PARBOABOA, Jakarta - Kita hidup dari sejarah adalah ungkapan yang mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang kita alami hari ini tidak lepas dari perjalanan panjang yang telah ditempuh oleh generasi sebelum kita.
Begitu juga dengan 2 November yang diperingati sebagai hari arwah sedunia atau All Souls' Day dalam ajaran Katolik.
Momen spesial ini, untuk mengenang dan mendoakan orang-orang yang sudah meninggal, khususnya mereka yang masih dalam proses penyucian menuju keselamatan.
Hari arwah tidak semata dibentuk, tetapi berdasarkan sejarah panjang yang telah dilakukan oleh para pendahulu agama Katolik.
Tradisi ini dimulai sejak awal perkembangan agama Katolik, bahkan dalam Perjanjian Lama, sudah ada kebiasaan mendoakan arwah, seperti yang dilakukan Yudas Makabe untuk mereka yang gugur dalam pertempuran (2 Makabe 12:38-45).
Dalam Perjanjian Baru (2 Timotius 1:18), St. Paulus juga mendoakan sahabatnya, yaitu Onesiforus.
Pada abad ke-6, komunitas Benediktin juga sudah mulai memperingati jiwa-jiwa yang meninggal di hari Pentakosta, tetapi perayaan resmi Hari Arwah baru dimulai pada tahun 998 oleh Rahib Odilo dari Cluny.
Ia menetapkan 2 November sebagai hari khusus untuk mendoakan mereka yang sudah tiada, supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan.
Sejak itu, tradisi ini menyebar ke seluruh Eropa dan menjadi bagian penting dari gereja Katolik.
Bukan hanya Eropa,bahkan seluruh dunia sudah mengikuti tradisi ini.
Makna dan Praktik
Ada beberapa makna penting di balik perayaan ini untuk kita ketahui.
Pertama, umat Katolik percaya bahwa setiap orang memiliki harapan untuk mendapatkan keselamatan bahkan setelah kematian.
Kedua, sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama melalui doa, yang menguatkan rasa kebersamaan dalam iman.
Selain itu, hari arwah juga menjadi pengingat bagi kita semua bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, dan ada kehidupan abadi yang menunggu, karena dalam Katolik percaya bahwa setiap orang yang meninggal akan mencapai keselamatan di Surga
Adapun cara yang digunakan umat Katolik bervariasi.
Biasanya, banyak orang akan mengunjungi makam keluarga atau teman yang sudah tiada, membawa bunga, dan berdoa. Ada juga tradisi menyalakan lilin di makam sebagai simbol doa dan pengharapan.
Lilin juga melambangkan terang Kristus yang menuntun jiwa-jiwa menuju keselamatan.
Selain itu, misa Requiem juga diadakan secara khusus di gereja untuk mendoakan mereka yang sudah meninggal.
Misa ini adalah wujud pengharapan dan permohonan agar mereka yang telah tiada bisa segera disucikan dan memperoleh kedamaian di Surga.
Perayaan Hari Arwah bukan hanya sekadar sebuah ritual keagamaan, tetapi juga kesempatan bagi kita untuk merenungkan makna kematian, kehidupan setelahnya, dan bagaimana kita terus terhubung dengan orang-orang yang telah pergi melalui doa.
Hari Arwah adalah pengingat bahwa kematian adalah bagian dari kehidupan, dan bahwa di balik setiap kematian ada harapan akan kehidupan kekal di hadapan Tuhan.
Melalui doa, kita memperkuat ikatan spiritual dengan mereka yang telah meninggal, menunjukkan bahwa meskipun terpisah secara fisik, kita tetap terhubung dalam kasih dan iman.