Harga Bahan Pangan Menurun: Petani Saribudolok Alami Kerugian di Tengah Musim Kemarau

Produksi tomat yang melimpah ruah di salah satu gubuk petani warga (Foto: PARBOABOA/ Jeff Gultom)

PARBOABOA, Simalungun - Bahan pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia.

Sementara, stok atau ketersediaannya berpengaruh langsung terhadap harga pasaran.

Jika ketersediaan bahan pangan melimpah, maka harganya menurun. Sebaliknya, semakin sedikit persediaan bahan pangan, maka harga di pasaran akan naik. 

Belakangan, penurunan harga bahan pangan seperti cabai merah, tomat, dan sayur kol di Saribudolok mendapat sorotan penting. 

Para petani mengalami dampak negatif dari penurunan harga ini. Persoalan tersebut diperparah oleh musim kemarau yang berkepanjangan.

Banyak tanaman rusak akibat panasnya terik matahari. Risikonya, hasil panen dan kualitas tanaman menurun. 

Andi Purba, seorang petani dari Desa Nagaraja, Kelurahan Saribudolok, Kecamatan Silimakuta, Simalungun mengafirmasi hal tersebut. 

Ia mengungkapkan bahwa dirinya mengalami kerugian signifikan akibat penurunan harga tomat yang kini berada di angka Rp1.500 per kilogram. 

Penurunan harga tomat, ujar Andi, sudah terjadi sejak bulan lalu dan hingga kini belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan.

“Sebelumnya harga bisa lima ribu atau enam ribu,” ungkapnya kepada PARBOABOA, Kamis (01/08/24).

Selain harga, tantangan lain yang dialami petani adalah perubahan musim. Apabila terjadi musim kemarau berkepanjangan, maka petani akan menunda musim tanam sampai musim kemarau berakhir.

Demikian halnya pada perawatan tanaman tomat yang harus dilakukan dengan baik. Terlebih pada saat musim hujan maupun musim kemarau.

“Sensitif kali. Kalau musim kemarau, kecil buahnya. Kalau hujan pun, mau gosong daunnya,” ucapnya.

Menurut Andi, selain harga jual yang rendah, biaya produksi juga menjadi tantangan besar. Harga pupuk yang terus melambung tinggi menambah beban ekonomi bagi petani.

Situasi ini tidak hanya mempengaruhi Andi, tetapi para petani lain di Saribudolok. Mereka harus berjuang keras untuk bertahan di tengah tekanan ekonomi dan cuaca yang tidak mendukung.

Hal ini disampaikan Jusen Damanik, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Singgalang Jaya I, Desa Nagaraja, Kelurahan Saribudolok, Kecamatan Silimakuta, Simalungun. 

Menurut Jusen, penurunan harga tomat disebabkan karena jumlah persediaan tomat yang melimpah.

Ia menyampaikan pola tanam yang tidak serempak menjadi salah satu penyebab tidak terkendalinya stok bahan pangan di pasar. Akibatnya, terjadi penurunan harga beberapa bahan pangan.

“Bagaimana harga tidak turun, semua menanam tomat. Terjadilah kelebihan stok,” ucap Jusen kepada PARBOABOA, Kamis (01/08/24).

Pun begitu, ia menyayangkan partisipasi pemerintah dalam menunjang produktivitas petani. Menurutnya, pengolahan terhadap bahan baku di dekat lokasi pertanian, dapat membantu produktivitas petani.

“Semua sayuran dikirim ke Siantar, ke Medan. Kalau dibuatlah di sini penampungan untuk tomat, diolah menjadi saus contohnya, kan sangat membantu,” keluhnya.

Dengan kondisi demikian, baik Jusen maupun Andi maupun para petani lain berharap adanya perhatian pemerintah atau pihak terkait untuk membantu mengatasi masalah tersebut.

Bantuan finansial dan pelatihan untuk menjaga ketahanan pangan dapat dilakukan sehingga para petani bisa melanjutkan usaha dan memperoleh hasil yang lebih baik di masa depan.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS