PARBOABOA - Elon Musk kembali mengajukan proposal untuk membeli Twitter dengan nilai US$44 miliar atau sekitar Rp669 triliun. Kabar tersebut memicu perdebatan terkait apa yang akan dilakukan Musk jika dirinya berhasil mengakuisisi Twitter.
Melalui akun Twitter resminya, Musk menuliskan cuitan yang menyatakan bahwa membeli Twitter adalah langkah untuk mempercepat untuk terciptanya X, aplikasi yang menyediakan segalanya, Rabu (5/10/2022). Namun, salah satu miliarder dunia itu tidak menyebutkan secara detail terkait 'X' yang dimaksud.
Tawaran baru yang kembali dimunculkan Musk ini terjadi jelang pertarungan yang sangat dinanti antara Musk dan Twitter di Pengadilan Kanser Delaware pada 17 Oktober mendatang.
Pada sidang tersebut, Twitter akan mencari cara supaya pengadilan memerintahkan Musk untuk menutup kesepakatan senilai US$ 44 miliar.
Tapi, pada Senin (3/10), Musk mengirim surat kepada Twitter, yang mengatakan bahwa dia bermaksud untuk melanjutkan kesepakatan dengan persyaratan asli jika hakim Delaware tetap melanjutkan prosesnya.
Sebuah sumber yang akrab dengan tim Twitter mengatakan kepada Reuters bahwa pada sidang pengadilan pada Selasa pagi, hakim meminta kedua belah pihak untuk melapor kembali pada malam hari.
Tidak segera dijelaskan mengapa Musk memilih untuk meninggalkan pertarungannya di pengadilan, meskipun beberapa menunjuk pada deposisi yang dijadwalkan.
"Dia akan digulingkan dan banyak fakta yang tidak menyenangkan akan terungkap," kata Eric Talley, Profesor di Columbia Law School.
Musk sebelumnya tertarik membeli Twitter. Namun akhirnya kesepakatan itu dibatalkan hingga menyeretnya ke meja hijau.
Alasan pembatalan itu karena Elon Musk mengklaim Twitter membuat pernyataan menyesatkan mengenai jumlah akun bot spam.
Pengacara Musk, Skadden Arps Mike Ringler, mengatakan bahwa Twitter belum memenuhi kewajiban kontraknya.
Sebelumnya, Elon Musk mengatakan ingin menilai klaim Twitter mengenai 5% dari pengguna aktif harian (mDAU) merupakan akun spam.
"Twitter telah gagal atau menolak untuk memberikan informasi. Terkadang Twitter mengabaikan permintaan Musk, terkadang menolaknya karena alasan yang tampaknya tidak dapat dibenarkan, dan terkadang mengklaim untuk mematuhinya sambil memberikan informasi yang tidak lengkap atau tidak dapat digunakan oleh Musk," klaim Ringler, seperti dikutip CNBC International.
Ringler mengatakan Twitter melanggar perjanjian merger, sebab memberikan 'representasi tidak akurat secara material'.
Ketua Dewan Direksi Twitter, Bret Taylor mengatakan perusahaan masih berkomitmen mengunci kesepakatan itu sesuai dengan rencana awal. Bahkan meyakini bisa menang melawannya di persidangan.
Tim legal Musk juga menyebutkan bahwa Twitter juga terkadang mengabaikan dan menolak permintaan keterbukaan informasi bisnis Twitter yang diajukan Musk dengan alasan yang tidak dapat dibenarkan.
Padahal, dalam kontrak kesepakatan akuisisi, Musk memang masih dapat meninjau dan meminta data dan informasi yang penting bagi bisnis Twitter sebelum Musk menyelesaikan transaksi pembelian Twitter.
Karena tak bisa memberikan data akurat soal jumlah akun spam dan bot, Twitter dinilai gagal memenuhi kewajibannya akuisisi tersebut. Inilah yang membuat Elon Musk memutuskan untuk batal membeli Twitter.
Setelah dibatalkan, pihak Twitter dan Musk saling menggugat ke pengadilan hingga akhirnya, kini Musk meneruskan proses pembelian Twitter.