PARBOABOA, Jakarta - Hampir setiap pengguna smartphone pasti mengenal Android. Namun, kini muncul Fuchsia sebagai pesaing yang mulai menarik perhatian publik.
Android merupakan sistem operasi (OS) terbesar di dunia yang jadi pilihan utama bagi jutaan pengguna, berkat dukungan ekosistem aplikasi yang luas dan inovasi tiada henti.
Kemampuan canggih android yang terus berkembang dapat memudahkan berbagai pekerjaan dan memberikan solusi instan untuk banyak kebutuhan serta mengubah pola kehidupan dan kebiasaan masyarakat secara signifikan.
Sekarang, Android telah menjadi kebutuhan primer, terutama dalam berkomunikasi, seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi smartphone dan akses internet yang semakin luas.
Android bukan hanya sekedar OS, melainkan sebuah ekosistem yang menyatukan berbagai aspek kehidupan digital penggunanya.
Dari komunikasi, hiburan, hingga produktivitas, Android memberikan pengalaman terpadu yang memudahkan segalanya.
Dengan dukungan ribuan aplikasi dan inovasi dari pengembang di seluruh dunia, Android tetap kukuh sebagai raksasa di industri OS smartphone.
Namun, saat ini android sedang menghadapi tantangan dari fuchsia, yang sedang dikembangkan oleh google, majikannya sendiri.
Apakah Android akan tergoyahkan, atau fuchsia akan menjadi proyek akbar yang gagal?
Dari Robot Hijau “Kecil” Menjadi Raksasa Pesaing Apple
Andy Rubin, bersama Rich Miner, Nick Sears, dan Chris White, memulai langkah pertama dalam mengembangkan Android dengan visi yang sama, yaitu menciptakan OS untuk membuat ponsel pintar lebih cerdas.
Mereka menamakan sistem ini Android, terinspirasi oleh robot humanoids dalam film-film fiksi ilmiah yang cerdas.
Android awalnya dikembangkan oleh startup kecil Android, Inc., yang diakuisisi oleh Google pada 2005, awalnya sebagai OS untuk kamera digital.
Namun, karena potensi pasar ponsel pintar yang semakin menarik, pengembangan dialihkan ke smartphone.
Didukung oleh dana dan sumber daya melimpah, Android berkembang pesat dengan berbagai fitur baru yang menjadikannya semakin canggih.
Petualangan sebenarnya dimulai pada tahun 2008, saat Android pertama kali diluncurkan bersama konsorsium Open Handset Alliance, dengan misi menciptakan standar terbuka bagi perangkat seluler.
Sistem operasi ini memberi kebebasan bagi pengembang dan produsen untuk berkreasi tanpa batasan yang kaku.
Namun, seperti semua petualangan besar, Android juga menghadapi banyak rintangan dan tantangan.
Sebelum peluncuran Android, Apple sudah memperkenalkan iPhone OS 3.1 pada Januari 2007.
Tak lama kemudian, pada November 2007, Google memamerkan dua prototipe smartphone berbasis Android.
Salah satunya mirip BlackBerry dengan tombol fisik dan roda gulir, sedangkan prototipe lainnya memiliki layar sentuh besar yang lebih mirip dengan iPhone.
Pada Oktober 2008, ponsel Android pertama, T-Mobile G1, diluncurkan. Ponsel ini menggabungkan elemen dari kedua prototipe, termasuk layar sentuh yang dapat digeser untuk menampilkan keyboard fisik.
Kabar peluncuran ini sampai di telinga Steve Jobs, hal itu membuat ia marah dan mengancam akan menghancurkan Android dengan begitu serius.
Kemarahan Jobs berakar dari pengkhianatan teman dekatnya, Eric Schmidt, yang merupakan CEO Google dan juga anggota dewan direksi Apple.
Konflik internal pun terjadi cukup lama hingga akhirnya Eric Schmidt dengan lantang mengundurkan diri dari dewan direksi Apple pada tahun 2009.
Sebelum konflik ini, hubungan antara Apple dan Google sangat dekat, bahkan google terlihat seperti perusahaan satu-satunya Apple.
Hubungan baik tersebut pada akhirnya menimbulkan persaingan hak paten teknologi smartphone antara Apple dengan mitra-mitra Google yang menggunakan OS Android.
Persaingan dan Inovasi Versi Android
Persaingan sengit antara Android dan Apple membawa banyak manfaat bagi pengguna Android.
Dengan pendekatan yang terbuka, Android berhasil menarik minat banyak produsen ponsel, menciptakan beragam perangkat dengan harga dan spesifikasi yang bervariasi.
Dengan ekosistem yang dinamis, Android menjadi lahan subur bagi para pengembang untuk berinovasi serta membuat pengalaman menggunakan smartphone jadi semakin menarik.
Di tengah gempuran Android yang semakin menggila, Apple tetap bertahan dengan fokus pada desain dan pengalaman pengguna yang premium.
Namun, Android berhasil merebut hati konsumen dengan menawarkan lebih banyak pilihan dan keunggulan yang tidak dimiliki Apple (iOS).
Selain itu, Android memiliki daya tarik tersendiri, dengan setiap versi baru yang dinamai berdasarkan tema makanan penutup, meskipun hal ini sering dipertanyakan oleh pengguna.
Google memilih nama Dessert agar mudah diingat dan terdengar menyenangkan bagi penggunanya.
Namun sejak versi Android 10, Google memutuskan untuk menggunakan angka saja dalam menamai versinya untuk memberikan kesan lebih professional.
Apakah Android Akan Ditinggalkan Google?
Keunggulan Android tidak menjamin bahwa ia akan selalu aman, seperti yang pernah dialami BlackBerry di masa kejayaannya.
Pada tahun 2017, muncul isu bahwa Google mengembangkan Fuchsia sebagai calon pengganti Android dan Chrome OS, meskipun belum ada konfirmasi resmi.
Namun, pada Januari 2018, Google menerbitkan panduan resmi untuk menjalankan Fuchsia di Pixelbook, menunjukkan bahwa Fuchsia adalah proyek serius, bukan hanya sekedar rumor.
Panduan ini diuji oleh beberapa pihak, yang terkesan dengan kemajuan Fuchsia. Mereka melaporkan bahwa sistem ini berjalan lancar, mendukung berbagai perangkat keras, dan bahkan sudah mengaktifkan fitur seperti kontrol penunjuk mouse.
Ini menunjukkan bahwa Fuchsia sudah cukup matang, meskipun masih dalam tahap pengembangan.
Pada Januari 2019, Fuchsia mulai masuk ke ekosistem Android melalui proyek Android Open Source Project (AOSP), menandai langkah penting dalam integrasi Fuchsia dengan platform Android.
Pada ajang Google I/O 2019, Hiroshi Lockheimer, Wakil Presiden Senior untuk Chrome dan Android, menyebut Fuchsia sebagai bagian dari eksperimen Google dalam menciptakan OS baru.
Pada 1 Juli 2019, Google meluncurkan situs resmi Fuchsia yang berisi kode sumber dan dokumentasi, membuka akses publik terhadap pengembangannya .
Kemudian, pada Desember 2020, Google memperluas model sumber terbuka Fuchsia dengan menambahkan milis publik, model tata kelola yang jelas, peta jalan pengembangan, dan pelacak masalah yang transparan.
Pada Mei 2021 Fuchsia pertama kali digunakan pada perangkat konsumen, ketika Google meluncurkan pembaruan perangkat lunak untuk Google Nest Hub generasi pertama.
Pembaruan ini tidak membawa perubahan signifikan pada tampilan atau antarmuka pengguna, tetapi menandai langkah besar dalam pengujian Fuchsia di dunia nyata.
Pada Agustus 2021, pembaruan Fuchsia sepenuhnya diluncurkan untuk semua perangkat Nest Hub generasi pertama.
Pada Februari 2022, Google memastikan bahwa peramban Chrome berfungsi penuh di Fuchsia, memperluas kemampuan sistem ini untuk bersaing sebagai platform utama di masa depan.
Tak lama setelah kemajuan ini, pada Januari 2023, Google melakukan pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran, dengan sekitar 16% tim Fuchsia terkena dampaknya.
Meski begitu, pengembangan Fuchsia tetap berlanjut, dan pada Mei 2023, pembaruan berbasis Fuchsia mulai diluncurkan untuk Google Nest Hub generasi kedua.
Menandakan bahwa proyek ini masih berjalan meskipun ada pengurangan dalam jumlah karyawannya.
Di tahun 2024, Fuchsia mencapai versi 16, yang membawa peningkatan signifikan pada perangkat yang ada di Google Nest Hub sebelumnya.
Pembaruan ini mencakup peningkatan kemampuan Bluetooth dan dukungan untuk protokol Matter dan Thread, serta kompatibilitas yang lebih baik dengan aplikasi Linux melalui sistem Starnix.
Starnix berfungsi sebagai buffer untuk menjalankan program dalam kerangka kerja asli yang independen dari kernel Linux.
Google juga telah membuat kemajuan dalam mendukung perangkat keras RISC-V, mencerminkan komitmennya untuk memperluas kompatibilitas perangkat keras pada Fuchsia.
Meskipun Fuchsia belum siap menggantikan Android, ia terus berkembang dan memperluas jejaknya di ekosistem perangkat pintar Google, dengan potensi yang sangat besar di masa depan.
Google sepertinya benar-benar ingin menggantikan Android dari posisinya yang kuat.
Meskipun Android saat ini masih menjadi pemimpin dalam persaingan OS mobile, langkah ke depan Google masih penuh ketidakpastian.
Penulis: Ardhi