PARBOABOA- Proses akuisisi Twitter oleh Elon Musk memasuki babak baru. Kali ini, ia mengancam akan menarik penawarannya untuk membeli platform media sosial tersebut.
Hal itu disampaikan Elon Musk, karena Twitter disebut telah gagal memberikan data yang Ia minta, terkait keberadaan dan jumlah akun palsu.
Dalam surat yang dikirimkan kepada manajemen Twitter, ia mengatakan, raksasa sosial media itu secara aktif menolak dan menggagalkan hak informasinya, yang merupakan bagian dari perjanjian akuisisi.
"Ini jelas merupakan pelanggaran material terhadap kewajiban Twitter berdasarkan perjanjian merger, dan Musk memiliki semua hak yang dihasilkan dari hal tersebut, termasuk haknya untuk tidak menyelesaikan transaksi dan haknya untuk mengakhiri perjanjian merger," tulis pengacara yang mewakili Musk.
Ini memang bukan pertama kalinya Musk mengancam akan membatalkan akuisisi Twitter. Namun peringatan tersebut, yang disampaikan dalam surat dari pengacara Elon Musk kepada chief legal officer Twitter, Vijaya Gadde, menandai keseriusannya.
Dalam suratnya ke manajemen Twitter, pengacara Elon Musk mengulangi permintaannya untuk perincian tentang akun bot.
Elon Musk mengatakan bahwa mereka memiliki semua hak untuk menghentikan akuisisi karena perusahaan tersebut melakukan "pelanggaran material yang jelas" terhadap kewajibannya dengan tidak memberikan informasi kepadanya.
Twitter menanggapi bahwa pihaknya berencana untuk menegakkan penyelesaian kesepakatan dengan persyaratan yang disepakati.
"Twitter telah dan akan terus bekerja sama berbagi informasi dengan Musk untuk menyelesaikan transaksi sesuai dengan ketentuan perjanjian merger," kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Reuters, Selasa (7/6/2022).
Beberapa minggu setelah penangguhan tersebut, Musk kemudian mengeluarkan ancaman resminya untuk membatalkan proses akuisisi.
Beberapa analis Wall Street berspekulasi bahwa ancaman ini merupakan cara Musk untuk keluar dari perjanjian atau untuk menurunkan nilai akuisisinya.
Juru bicara Twitter Brian Poliakoff mengatakan pihaknya telah bekerjasama dengan Musk dan akan terus membagikan informasi.
"Kami berniat untuk menyelesaikan transaksi dan menegakkan perjanjian merger dengan harga dan persyaratan yang disepakati," kata Poliakoff.
Sebelumnya, Elon Musk memang menyebut salah satu prioritasnya adalah menghapus "bot spam" dari platform.
Dia mencuitkan bahwa kesepakatan Twitter "sementara ditahan" pada pertengahan Mei dan dia tidak akan melanjutkan dengan tawaran itu sampai perusahaan menunjukkan bukti bahwa akun bot spam kurang dari 5% dari total penggunanya.
Dalam suratnya, Musk mengatakan dia membutuhkan data untuk melakukan analisisnya sendiri terhadap pengguna Twitter. Karena dia tidak percaya pada metodologi pengujian yang dari perusahaan yang ia anggap terlalu longgar.