PARBOABOA, Pematangsiantar - Perusahaan gabungan Gojek dan Tokopedia (GOTO) melakukan pencatatan saham pada bulan Maret lalu.
Dengan harga initial publik offering (IPO) atau penawaran saham perdana Rp316 hingga Rp346 per lembar, saham GOTO ini langsung laris manis di pasaran.
Salah satu anak perusahaan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) juga terdaftar menjadi pemilik saham dari GOTO ini.
Kepemilikan Telkomsel atas saham GOTO ini berawal dari kerjasama Telkomsel dengan Gojek sebelum merger dengan Tokopedia.
Dilakukan pada 16 November 2020, Telkomsel membuat perjanjian dengan Gojek untuk investasi dalam bentuk Obligasi Konversi (CB) tanpa bunga sebesar US$150 juta (setara Rp2,1 triliun, dengan konversi USD 1=Rp14 ribu).
Kemudian dalam perkembangannya, pada Mei 2021, merger Gojek dengan Tokopedia akhirnya terlaksana. Perusahaan hasil merger tersebut kemudian dinamai GOTO.
Penggabungan perusahaan ini membuat Telkomsel mengkonversikan obligasinya dan melakukan exercise saham GOTO. Namun Telkom mendapat harga lebih rendah di bawah harga IPO yaitu, Rp270 per lembar.
Selain itu, Telkomsel juga melakukan uji coba pembelian saham tambahan, dengan nilai total US$ 450 juta (setara Rp 6,4 triliun). Nilai tersebut setara dengan jumlah saham yang dimiliki sebanyak 23,7 miliar lembar.
Dugaan Kerugian Telkomsel
Setelah IPO, saham GOTO sempat anjlok jauh dari harga IPO ke kisaran harga Rp194 per lembar.
Anjloknya harga GOTO ini kemudian memicu perdebatan, karena diduga menjadi investasi yang merugikan negara.
Hal ini terlihat dalam laporan keuangan Telkom kuartal I/2022, tercatat unrealized loss atau jumlah kerugian yang belum direalisasi pada investasi saham GOTO sebesar Rp881 miliar.
Kemudian ada juga dugaan mengenai konflik kepentingan dalam pembelian saham ini, karena Komisaris Utama GoTo, Garibaldi Thohir, adalah saudara kandung dari Menteri BUMN Erick Thohir.
Untuk menyelidiki investasi Telkomsel ini, Panitia Kerja (Panja) Investasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Perusahaan Digital yang dibentuk Komisi VI DPR RI memanggil petinggi PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan Telkomsel, untuk melakukam rapat mengenai investasi ini pada Selasa (14/6).
Direktur Utama (Dirut) Telkom Ririek Adriansyah dan Dirut Telkomsel Hendri Mulya Syam terlihat menghadiri rapat tersebut.
Dirut Telkom Ririek menepis dugaan kerugian atas investasi di GOTO ini, menurutnya, per Senin (13/6), saham GOTO diperdagangkan di harga Rp388 per lembar. Artinya, jika dibandingan dengan harga beli, maka Telkom sudah memperoleh keuntungan dari investasi ini.
"Kalau dibandingkan dengan ketika Telkomsel investasi di Rp270 itu kami mencatat keuntungan sekitar Rp2,8 triliun," ujarnya di Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (14/6).
Ririek mengatakan, proses investasi Telkomsel di GOTO sudah memenuhi berbagai prinsip good corporate governance (GCG) yang berlaku.
"Demikian juga kita sampaikan proses investasi Telkomsel di GOTO yang kami yakini proses itu sudah memenuhi berbagai prinsip GCG yang berlaku," kata dia kepada
Ia menjelaskan kalau investasi tersebut sudah melalui berbagai proses dan inisiasi yang dilakukan oleh tim. Ririek menyebut ide awal untuk investasi ini dimulai oleh Telkomsel yang sudah disetujui oleh pemilik saham lain, seperti Singtel.
Sehingga dia meminta agar tidak melihat investasi Telkom di GOTO hanya dari aspek capital gain atau loss (untung dan rugi). Melainkan yang menjadi incaran Telkomsel justru lebih besar lagi, yaitu keuntungan dari kolaborasi dengan Gojek dan Tokopedia.