PARBOABOA, Jakarta - Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI Johan Rosihan mengajak seluruh komponen masyarakat, baik politisi maupun insan pers, untuk menghindari penggunaan isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 mendatang.
Menurutnya, isu tersebut sudah tidak relevan. Karena hanya akan menimbulkan perpecahan antar kalangan masyarakat di Indonesia.
Selain itu, ia juga mengatakan bahwa diskusi terkait dengan Sara lebih baik dihentikan sebab, hal tersebut merupakan pemberian dari tuhan.
“Saya sudah tegaskan di awal bahwa proses atau dinamika pemilu itu tidak boleh merusak persatuan Indonesia kita,” tutur Johan ketika mengisi acara Dialektika Demokrasi dengan tema ‘Safari Elite Politik dan Pesan Damai Pemilu 2024’ di Media Centre, Gedung Nusantara III, DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (16/02/2023).
“Mari kita konsen terkait bagaimana caranya kita berpikir secara bersama-sama dari semua stakeholder bangsa ini. Bagi partai politik, DPR, pers, pengamat, bagaimana kita pertama, bersama-sama memikirkan bagaimana cara kita melindungi seluruh rakyat dan tumpah darah Indonesia. Agar kita tetap bangga sebagai Indonesia, agar kemudian kita nyaman bekerja di Indonesia, tidak kemudian kita merasa sebagai orang asing di negara kita,” sambungnya.
Lebih lanjut, ia menyarankan agar pihak-pihak ini fokus saja pada tugas konstitusi, terutama bagaimana melindungi seluruh rakyat dan mencerdaskan kehiduan bangsa. Lalu ikut di dalam forum internasional, menceritakan tentang Indonesia yang hebat, dan memasarkan produk-produk lokal agar bisa bersaing dikancah dunia.
“Saya pikir di situ (seharusnya) konsentrasi kita. Jadi kalau kemudian orang ingin bermain pada isu itu, saya bilang udah nggak laku. Mari kemudian kita mengambil isu-isu penting karena tugas kita sebagai anak bangsa ini adalah bagaimana sekali lagi, tugas konstitusi kita, kembali ke situ saja,” pungkasnya.
Editor: Maesa