PARBOABOA, Jakarta - Aksi propaganda yang dilakukan Pemerintah Korea Selatan dan Korea Utara masih terus terjadi.
Kedua negara yang dipisahkan perbatasan darat itu saling balas propaganda yang sewaktu-waktu bisa memicu perang.
Pada Rabu (24/7/2024), Korea Utara kembali menerbangkan balon-balon berisi sampah ke Korea Selatan.
Bahkan beberapa dari balon sampah itu jatuh di kompleks Istana Kepresidenan di Yongsan, Seoul Tengah.
Beruntung balon-balon sampah tersebut tidak berisikan material berbahaya dan menyebabkan korban jiwa atau kerusakan, kata Pasukan Pengamanan Istana Kepresidenan Korea Selatan dilansir dari Al Jazeera.
Pemerintah di Ibu Kota Seoul bahkan meminta warganya melaporkan jika menemukan balon tersebut. Warga juga dilarang untuk menyentuh balon sampah itu.
Kepala Staf Gabungan Korsel mengakui, balon sampah yang dikirimkan Korut kali ini lebih banyak dari biasanya.
Insiden balon sampah ini buntut meningkatnya pemutaran siaran propaganda Korea Selatan melalui pengeras suara (speaker) besar di wilayah perbatasan keduanya.
Korsel memutar siaran propaganda yang berisi siaran berita untuk mendesak tentara Korut di dekat perbatasan melarikan diri atau membelot ke Korsel.
Selain itu, siaran dari sepiker besar yang ditempatkan di perbatasan Korsel ini juga memutarkan lagu-lagu K-Pop termasuk lagu hits dari boyband BTS seperti Butter dan Dynamite.
Korsel juga telah memberikan peringatan bahwa mereka akan memperluas propaganda jika Korut terus mengirimkan balon sampah.
Siaran propaganda yang dilakukan pada Minggu, 21 Juli lalu ini dilakukan Korsel sebagai balasan atas serangan balon sampah dan tinja hewan yang dilakukan Korut, belakangan ini.
Sejauh ini pengiriman balon sampah pada Rabu kemarin merupakan yang ke-10 kalinya dilakukan Korut sepanjang tahun ini.
Ada lebih dari 2 ribu balon sampah yang diterbangkan Korut dan melintasi perbatasan dengan Korsel.
Bahkan, beberapa balon sampah yang diterbangkan ke Korsel memiliki pengatur waktu untuk mengeluarkan isinya ke udara.
Sebagian masyarakat di Korsel khawatir balon sampah ini membawa bahan kimia atau senjata biologi yang mematikan.
Pada Mei 2024, balon-balon sampah ini juga sukses mengganggu ratusan penerbangan dari dan ke Korsel. Data Kementerian Perhubungan Korsel menyebut, beberapa penerbangan juga terpaksa melakukan pendaratan alternatif di bandara selain Incheon (bandara utama yang ada di pusat kota Seoul).
Diketahui, propaganda menggunakan speaker ini merupakan salah satu taktik Korsel menghadapi Korut.
Taktik yang menyerang psikologis itu telah dilakukan Korsel sejak Perang Korea pada 1950-1953. Upaya ini juga berhasil membuat sebagian warga Korut memberontak dan membelot ke Korsel.
Sebelumnya, propaganda Korsel dimulai dengan mengirimkan balon yang berisi musik K-pop, uang dollar dan selebaran propaganda anti-pemimpin tertinggi Korut, Kim Jong Un. Pengiriman balon tersebut dilakukan aktivis Korsel.
Selain propaganda psikologis, kedua negara itu juga saling melakukan provokasi drone atau pesawat nirawak di kawasan perbatasan mereka.
Sekitar 5 drone Korut yang terdeteksi mengudara hingga melintasi perbatasan Korsel sejak Desember 2023. Provokasi drone Korut ini lantas dibalas Korsel dengan menggunakan senjata laser yang dikembangkan militer Korsel dan Hanwha Aerospace.
Secara teknis Perang Korea tidak pernah berakhir, karena hanya berakhir dengan gencatan senjata, bukan kesepakatan damai.
Ancaman itu yang membuat Pemerintah Korsel terus memberlakukan wajib militer untuk seluruh warga laki-laki berusia 18 hingga 28 tahun. Kecuali warga yang kondisi fisik dan psikologisnya tidak begitu sehat atau disabilitas.
Wajib militer ini sudah ada sejak tahun 1957 dan harus dijalankan selama lebih kurang 2 tahun.
Pemerintah Korsel juga memberlakukan hukuman penjara dan menjadi buronan jika menolak mengikuti wajib militer.