Ratusan Hari Lockdown, Sidney Siap Sambut Hari Kebebasan

Keadaan Sidney ketika mengalami lockdown selama beberapa bulan

PARBOABOA, NSW - Penduduk negara bagian New South Wales (NSW), Sidney siap menyambut “hari kebebasan” usai pemerintah berencana mencabut penutupan wilayah (lockdown) panjang yang sudah berlangsung selama 106 hari.

Rencana pembukaan pembatasan COVID-19 di Sydney akan dilonggarkan mulai Senin depan setelah lockdown hampir empat bulan jika kota kota terbesar Australia itu mencapai target vaksinasi penuh 70%.

"Situasi yang sulit ini akan segera berakhir," ujar Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, seperti dikutip AFP, Kamis (7/10).

Sejak 5 Oktober, mereka yang sudah divaksinasi penuh di Negara Bagian New South Wales (NSW) boleh keluar rumah dengan alasan apa pun termasuk mengunjungi pub, toko ritel, bioskop, dan pusat gym, yang akan dibuka kembali dengan peraturan jaga jarak yang ketat.

Pembatasan perjalanan lima kilometer juga akan dicabut. Namun perbatasan negara bagian dan internasional masih ditutup untuk saat ini. Penduduk Sydney menggambarkan hari pembukaan itu sebagai hari kebebasan.

Manajer salah satu pub di Sydney, The Carrington, Alice Murphy, menyambut baik rencana itu dengan perasaan senang sekaligus tegang.

"Jelas berubah dari tidak melakukan apa-apa selama berbulan-bulan, dan kemudian punya prospek beberapa pekan untuk mendapat tempat di sana cukup menakutkan," kata Murphy.

Murphy mencoba mengisi hari lockdownnya dengan melukis dan berkebun. Tetapi sebagaimana jutaan warga Australia, dia juga hanya duduk di sofa dan menonton acara televisi.

Sejumlah wilayah di Australia berada dalam pembatasan wilayah selama 18 bulan. Mereka menerapkan aturan itu untuk mencapai Covid Zero. Pekerjaan telah hilang, anak-anak tak muncul di sekolah, dan aturan pembatasan memicu protes serta misinformasi di media sosial. Beberapa bulan ini, konsep Covid Zero menjadi perhatian global.

Salah satu pejabat di negara bagian Amerika Serikat, Gubernur Florida, Ron DeSantis menyampaikan kekhawatirannya. Ia bahkan menyarankan untuk memutus hubungan diplomatik dengan Australia.

"Ini sama sekali bukan negara bebas. Apakah Australia lebih bebas dari komunis China sekarang? Saya tidak tahu," katanya.

Ribuan penduduk Australia juga kesal dengan pembatasan itu. Sementara mereka harus tetap berjuang untuk bertahan hidup. Pembatasan itu memukul sektor perhotelan dan ritel yang melaporkan kekurangan staf dan kemacetan logistik, yang justru mempersulit rencana pembukaan kembali.

Beberapa ahli medis juga khawatir rencana pembukaan kembali di NSW dinilai terlalu cepat. Lembaga penasihat kesehatan pemerintah dari Doherty Institute merekomendasikan pembukaan kembali secara luas dilakukan saat tingkat vaksinasi mencapai 80 persen, bukan 70 persen seperti sekarang.

Asosiasi Medis Australia juga memperingatkan infeksi akan meningkat dengan dibukanya kembali aturan pembatasan. Sementara rumah sakit yang kekurangan dana berisiko kewalahan.

"New South Wales tidak boleh gegabah pada saat kritis ini," kata presiden kelompok itu. Omar Khorshid.

"Itu akan menelan lebih banyak nyawa, menyebabkan lebih banyak penderitaan, dan menempatkan ekonomi New South Wales dan bangsa dalam bahaya."

Namun Perdana Menteri NSW, Dominic Perrottet, bersikeras tentang pembukaan itu. Dominic mengajukan jadwal untuk sebagian sekolah agar dibuka kembali. Ia juga mengatakan masker tidak akan diperlukan lagi di kantor.

Kedua tindakan tersebut dirancang untuk membuat orang kembali bekerja. Sejauh ini, total kasus Covid-19 di Australia mencapai 118 ribu kasus dengan angka kematian 1.378 jiwa.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS