PARBOABOA, Jakarta - Wacana duet Ganjar-Anies kembali mencuat ke publik beberapa hari ini. Wacana ini digulirkan politisi PDIP Said Abdullah, menanggapi survei elektabilitas yang dirilis Litbang Kompas.
Dalam survei tersebut, perbandingan elektabilitas Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo terpaut cukup jauh. Elektabilitas Anies hanya menempati angka 12,7%, sementara Ganjar berada di angka 24,9%.
Kendatipun demikian, Anies disebut sebagai sosok cerdas sekaligus kompetitor yang tidak dapat diremehkan. Karena itu, Abdullah menyebut hal yang sangat mungkin jika keduanya berdampingan di Pilpres 2024 mendatang.
"Jika keduanya bisa bergabung menjadi satu kekuatan, tentu akan makin bagus buat masa depan kepemimpinan nasional kita kedepan, sama sama masih muda, cerdas, dan enerjik," ungkap Abdullah dikutip pada Kamis (23/8/2023).
Wacana duet Ganjar-Anies disambut baik oleh Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Jubir Tim 8 KPP, Sudirman Said menilai, wacana tersebut hendak menunjukkan realitas politik yang sehat dan dewasa di Tanah Air.
Dalam politik, kata Said, komunikasi dan membangun mitra lintas partai menjadi sebuah keharusan, dengan satu keyakinan bersama, yakni memajukan bangsa.
Bagi Said, politik selalu dinamis dan membuka segala kemungkinan untuk membangun kolaborasi dengan siapa pun.
Di sisi lain, lanjut Said, komunikasi yang terbangun antar para tokoh dan institusi politik bisa menjadi pendingin suasasa di tengah konstelasi politik jelang Pilres.
Menurutnya, soal kepastian Ganjar dan Anies bakal berada dalam satu gerbong politik yang sama, biarlah waktu yang menentukan. Pada intinya, lanjut Said, KPP selalu membuka ruang komunikasi dengan semua elemen.
"Soal jadi atau tidak berpasangan itu kan jodoh. Tapi bahwa banyak pihak membuka komunikasi dengan Pak Anies, itu sesuatu yang kami syukuri," ujar Sudirman di Jakarta, Rabu (22/8/2023).
Internal partai yang tergabung dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan memang belum membahas soal wacana duet Ganjar-Anies, sebab wacana tersebut baru muncul belakangan.
Saat ini, demikian Said, KPP sudah mengerucut pada satu nama soal cawapres yang bakal mendapingi Anies di Pilpres 2024. Ia juga merespon secara diplomatis ketika disinggung terkait siapa yang bakal menjadi capres jika duet Ganjar-Anies terjadi.
"Bahwa Anies Baswedan adalah jawaban situasi dan kondisi bangsa ini. Karena itu, tidak ada perubahan dalam soal pencalonan Anies sebagai bacapres," ujar mantan Menteri ESDM itu.
Nama AHY di Lingkaran Koalisi Perubahan
AHY sebelumnya menjadi salah satu figur yang didorong sebagai cawapres mendampingi Anies Baswedan. Dua partai yang tergabung dalam KPP, yakni Demokrat dan PKS memberikan sinyal itu.
Wakil Ketua Majelis Syuro DPP PKS Hidayat Nur Wahid mendorong Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapres Anies. PKS menilai, AHY memenuhi kriteria seperti yang diinginkan Anies Baswedan.
Namun, Partai NasDem sebagai partai yang lebih awal mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres, enggan berkomnetar banyak soal nama AHY yang disodor sebagai cawapres Anies.
Ketua DPP Partai Nasdem, Taufik Basari mengatakan, Partai NasDem menyerahkan sepenuhnya kepada Anies Baswedan terkait siapa sosok cawapres yang bakal mendampinginya nanti.
“Kalau Nasdem kita berpedoman kepada kesepakatan yang telah kita buat bersama, yakni kita serahkan kepada Mas Anies,” kata Taufik kepada wartawan di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (22/8/2023).
Jika melihat sejumlah hasil survei cawapres, nama AHY menempati posisi teratas jika dibandingkan dengan sejumlah figur lain, seperti Erick Thohir, Khofifah Indar Parawansa, Andika Perkasa, Puan Maharani, Airlangga Hartarto dan Muhaimin Iskandar.
Dalam survei simulasi cawapres yang dilakukan Indikator Politik Indonesia pada Desember 2022 lalu, AHY bertengger di posisi teratas dengan angka 23,2%. Sementara Erick Thohir berada di urutan kedua, yakni 19,6%.
Selanjutnya diikuti Khofifah Indar Parawansa 10,6%, Andika Perkasa 7,7%, Puan Maharani 6,3 persen dan Airlangga Hartarto 3,5 persen. Kemudian, urutan terakhir ditempati Muhaimin Iskandar, yakni 2,2%.
Dengan perbedaan elektabilitas AHY yang cukup tinggi dibandingkan sejumlah kandidat lain, kemungkinan untuk menjadi capres Anies Baswedan semakin terbuka lebar.
Editor: Andy Tandang