PARBOABOA, Jakarta - Pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) di pemilihan umum (Pemilu) 2024 menawarkan kebaruan dalam visi-misi dan program masing-masing.
Perbandingkan visi dan misi dari tiga pasangan capres-cawapres bukan hanya sekadar kebaruan dalam ide atau konsep, melainkan perbedaan fokus yang menjadi ciri khas dari setiap pasangan.
Pasangan Anies Baswedan dan Cak Imin menggarisbawahi pentingnya kemakmuran yang merata dan kesetaraan akses layanan publik.
Mereka menyoroti perlindungan hak asasi manusia dan kesetaraan di depan hukum, serta mengutamakan kemandirian dalam aspek pangan dan energi.
Fokus mereka terletak pada penciptaan kesetaraan dan keadilan sosial, yang mencerminkan pendekatan yang lebih inklusif dan berorientasi pada pemerataan.
Pasangan Anies Baswedan dan Cak Imin dalam Pemilu 2024 mengusung visi "Indonesia Adil Makmur untuk Semua," menekankan pada kemakmuran yang merata dan kesetaraan akses layanan publik.
Mereka berkomitmen untuk menghadirkan keadilan dalam setiap kebijakan, dengan tujuan utama menurunkan indeks ketimpangan di Indonesia.
Visi ini mencerminkan keinginan mereka untuk memastikan bahwa semua lapisan masyarakat dapat merasakan manfaat dari kebijakan pemerintah.
Dalam misi mereka, yang dijuluki "8 jalan perubahan," terdapat berbagai inisiatif yang dirancang untuk menciptakan kesempatan yang lebih merata bagi semua warga negara.
Hal ini termasuk memastikan ketersediaan kebutuhan pokok dan biaya hidup yang terjangkau, mengentaskan kemiskinan, dan mewujudkan upah yang adil.
Di sisi lain, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD menekankan pada pembangunan maritim dan keadilan serta kelestarian lingkungan.
Visi mereka mengarah pada pembangunan manusia Indonesia yang unggul dengan penekanan khusus pada sains dan teknologi.
Hal ini menunjukkan, fokus pada pemanfaatan potensi maritim Indonesia dan pengembangan sumber daya manusia yang berbasis pengetahuan dan inovasi.
Sementara itu, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka menargetkan pembangunan jangka panjang dengan visi "Bersama Indonesia Maju, Menuju Indonesia Emas 2045."
Mereka menawarkan program-program konkret yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan langsung rakyat, seperti pemberian makan siang dan susu gratis di sekolah.
Fokus mereka adalah pada pembangunan yang berkelanjutan dan menyeluruh, dengan menyoroti aspek-aspek seperti pendidikan, kesehatan, dan pemberantasan kemiskinan.
Menurut Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik Narasi Institute, Achmad Nur Hidayat, visi serta program dari masing-masing pasangan capres-cawapres untuk Pemilu 2024 di Indonesia memerlukan pertimbangan beberapa aspek, termasuk kelayakan ekonomi, infrastruktur politik dan sosial, serta sumber daya yang tersedia.
"Meskipun visi terdengar ideal, implementasinya membutuhkan perubahan kebijakan yang signifikan dan mungkin menghadapi tantangan dalam hal sumber daya dan koordinasi antar lembaga," ujar Achmad kepada PARBOABOA, Rabu (22/11/2023).
Secara keseluruhan, setiap pasangan capres-cawapres menawarkan visi dan misi yang ambisius dan ideal.
Namun, realisasi mereka bergantung pada berbagai faktor, termasuk stabilitas politik, ketersediaan sumber daya, dan kemampuan untuk mengimplementasikan perubahan kebijakan secara efektif.
Selain itu, dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, sektor swasta, dan masyarakat, juga sangat penting untuk mewujudkan visi dan misi tersebut.
"Peluang target-target ekonomi makro maupun moneter yang ditargetkan oleh para capres-cawapres dapat mengantarkan Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2045," ungkapnya.
Namun, hal itu perlu mempertimbangkan beberapa faktor penting yang terdiri dari kondisi ekonomi global dan regional, stabilitas politik dan kebijakan pemerintah, investasi dalam infrastruktur dan sumber daya manusia, inovasi dan teknologi, ketahanan ekonomi dan diversifikasi, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan, kebijakan moneter dan fiskal, keterlibatan dengan ekonomi global.
Mengingat faktor-faktor ini, peluang Indonesia untuk menjadi negara maju pada tahun 2045 akan sangat bergantung pada bagaimana pemerintahannya, baik saat ini maupun di masa depan, menangani tantangan-tantangan ini.
"Target-target yang ditetapkan oleh pasangan capres-cawapres membutuhkan upaya yang berkelanjutan," kata dia.
Target Pertumbuhan PDB Capres-Cawapres yang paling Realistis
Penargetan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) oleh masing-masing pasangan capres-cawapres memang menunjukkan ambisi yang berbeda-beda.
Dalam konteks ini, target pertumbuhan PDB 5,5 - 6,5 persen per tahun yang ditetapkan oleh pasangan Anies-Muhaimin untuk periode 2025-2029 dapat dianggap lebih realistis dibandingkan dengan target yang lebih tinggi dari pasangan Prabowo-Gibran (6- 7 persen) dan Ganjar-Mahfud (7,5 - 8 persen).
Achmad mengungkapkan, pertimbangan realisme ini didasarkan pada performa ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Meskipun Presiden Jokowi pernah menargetkan pertumbuhan 7 persen, angka tersebut belum pernah tercapai, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia umumnya berada di bawah 6 persen.
"Faktor-faktor seperti kondisi ekonomi global dan kapasitas infrastruktur menjadi beberapa alasan mengapa target yang lebih tinggi sulit dicapai," tegasnya.
Untuk itu, dalam konteks mencapai status Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2045, pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan ialah kunci.
Meskipun target pertumbuhan di periode 2024-2029 mungkin belum cukup untuk langsung mendorong Indonesia menjadi negara maju, periode ini bisa menjadi momentum penting untuk menginisiasi strategi-strategi yang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Hal ini termasuk memperkuat fondasi ekonomi, seperti peningkatan investasi di sektor-sektor kunci, pengembangan sumber daya manusia, dan inovasi teknologi.