PARBOABOA, Jakarta - Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang akan berlangsung pada November 2024 mendatang diperkirakan akan berlangsung seru.
Apalagi berdasarkan Jajak pendapat YouGov/The Economist, calon presiden dari Partai Republik, Donald Trump disebut unggul dari Partai Demokrat, Kamala Harris.
Pada survei yang berlangsung pada 21-23 Juli itu, Trump memperoleh 44 persen suara, sementara Harris hanya meraih 41 persen.
Survei New York Times pada 22-24 Juli lalu juga menyatakan hal yang sama. Dalam survei terhadap pemilih potensial itu menunjukkan Trump unggul dengan 48 persen dan Harris 47 persen.
Trump, dalam kampanyenya dikabarkan membawa nilai-nilai konservatif yang sesuai dengan Partai Republik. Mulai dari pemotongan dana untuk penelitian perubahan iklim dan mendorong tindakan hukum atas aksi anti-kulit putih.
Kemudian pemotongan dana untuk jaminan kesehatan sosial Medicare dan Medicaid, pembatalan hak aborsi, hingga isu penghapusan perlindungan terhadap kelompok marjinal.
Salah satu faktor yang membuat Trump unggul dalam berbagai survei yaitu percobaan pembunuhan saat ia melangsungkan kampanye di Pennsylvania, pertengahan Juli.
Sementara Harris diprediksi bisa mengalahkan Trump lewat isu hukum, feminisme hingga rasialisme.
Apalagi Harris dikenal sebagai perempuan kulit hitam dan keturunan Asia pertama yang menjabat sebagai wakil presiden.
Namun, kelebihan Harris tadi malah diserang saingannya, Donald Trump yang menyerang wakil Joe Biden sejak Januari 2021 itu dengan persoalan inflasi, keamanan perbatasan dan kejahatan.
Mantan presiden AS itu juga menyebut Harris sebagai orang yang lebih liberal dari Joe Biden.
Bahkan, Trump bahkan pernah menyebut Harris sebagai wapres paling tak kompeten dan paling kiri dalam sejarah AS serta kalimat mencemooh seperti "gelandangan tiga minggu" dalam berbagai kampanyenya.
Meski diserang Trump, namun Harris meraup banyak dukungan dari kaum muda di Amerika Serikat yang juga menentukan siapa yang akan mencapai tampuk kuasa.
Berdasarkan survei terbaru Axios/Generation Lab yang dilakukan pada 22-24 Juli lalu, sebanyak 60 persen anak muda memilih Harris untuk menjadi Presiden AS, atau jauh dari pesaingnya dari Partai Republik, Donald Trump dengan 40 persen suara.
Survei terbaru itu melampaui suara dukungan anak muda terhadap Presiden petahana, Joe Biden yang meraih 53 persen suara mengalahkan Trump dengan 47 persen suara.
Dalam media kampanyenya yang menyasar suara pemilih muda, Harris juga menggunakan potongan lagu Freedom dari Beyonce untuk iklan kampanyenya.
Ia beralasan, frasa dan lagu Freedom ini yang paling tepat menggambarkan penolakan mereka terhadap gagasan Donald Trump dan Vance yang lekat dengan ideologi konservatisme.
Harris juga menarasikan permasalahan yang dihadapi masyarakat AS dalam Pilpres AS 2024 dalam video kampanye tersebut.
Selain pemilih muda, Kamala Harris juga unggul dari Trump di kalangan pemilih kulit hitam. Perolehan suaranya mencapai 78 persen berbanding 15 persen.
Tak hanya dari kalangan pemilih kulit hitam, di kalangan pemilih Hispanik atau latin, Harris juga unggul tipis dari Trump dengan perbandingan 47 persen dan 45 persen.
Di kalangan pemilih latin atau disebut Hispanik, Harris unggul tipis dari Trump. Ia memperoleh suara 47 persen dan Trump 45 persen.
Hanya saja, untuk memenangkan Pilpres AS, Harris harus unggul di sejumlah negara bagian seperti Michigan, Pennsylvania dan Wisconsin. Negara-negara bagian ini yang akan menjadi medan pertempuran untuk Harris-Trump.
Diketahui, Harris belum secara resmi diusung Partai Demokrat sebagai calon presiden pengganti Joe Biden yang mengundurkan diri, pertengahan Juli lalu.
Demokrat baru akan mengumumkan nama calon untuk maju di kontestasi Pilpres AS pada Agustus mendatang.
Editor: Kurniati