PARBOABOA - Suku Minangkabau atau suku Minang adalah salah satu suku yang mendiami wilayah Sumatra Barat.
Wilayah suku Minangkabau meliputi seluruh daratan Sumatra Barat yang terdiri dari beberapa bagian.
Bagian utara Bengkulu, barat Jambi, pantai barat Sumatra Utara, pantai barat daya Aceh dan Negeri Sembilan di Malaysia.
Suku ini memiliki sejarah panjang dan kebudayaan yang beragam.
Suku Minang berada di urutan ketujuh suku dengan populasi terbanyak di Indonesia.
Mayoritas masyarakat suku Minang memeluk agama Islam.
Hal ini tercermin dalam beragam aspek kehidupan sehari-hari, mulai dari adat istiadat, kesenian, hingga kehidupan sosial ekonomi.
Agama Islam telah menjadi bagian penting dari identitas dan budaya suku Minang selama berabad-abad, mempengaruhi nilai dan norma yang dipegang teguh oleh masyarakatnya.
Untuk mengenal lebih mendalam tentang suku minang ini, berikut akan disajikan informasi menarik mengenai sejarah, tradisi, serta kebudayaan dari suku tersebut.
Sejarah Suku Minangkabau
Mengutip dari buku berjudul Minangkabau: Perkembangan Sejarah dan Kebudayaan oleh Etmi Hardi (2023), suku Minangkabau berasal dari Sumatra Barat.
Asal-usul nama Minangkabau berasal dari penggabungan kata "minang" yang berarti kemenangan, dan "kabau" yang merujuk kepada kerbau.
Konon, dipercaya bahwa sejarah suku Minang dari kisah sebuah legenda yang mengatakan bahwa nama Minangkabau dimulai pada zaman kerajaan Majapahit pada abad ke-16.
Untuk menghindari konflik berdarah, penduduk setempat mengusulkan sebuah kompetisi antara kerbau-kerbau mereka dengan kerbau Jawa yang dibawa oleh pasukan Majapahit.
Kala itu, pasukan Majapahit membawa seekor kerbau besar dan agresif, sementara masyarakat setempat hanya memiliki seorang anak kerbau yang lapar.
Namun, mereka memasang pisau di tanduk anak kerbau tersebut.
Akhirnya, anak kerbau dengan pisau di tanduknya berhasil mengalahkan kerbau besar milik pasukan Majapahit.
Kemenangan ini membuat nama Minangkabau menjadi terkenal sejak saat itu.
Kisah ini dapat ditemukan dalam buku Persamaan di Dalam Perbedaan Budaya yang ditulis oleh Retno Widyastuti.
Selain itu, ada kepercayaan bahwa nenek moyang suku Minang adalah keturunan Iskandar Zulkarnain atau Alexander The Great.
Orang Minang merupakan bagian dari komunitas Deutro Melayu atau Melayu Muda yang bermigrasi dari daratan Cina Selatan menuju Pulau Sumatra.
Migrasi ini terjadi sekitar 2.000 hingga 2.500 tahun yang lalu, mereka memasuki Pulau Sumatra dari arah timur dan mengikuti aliran sungai Kampar hingga mencapai dataran tinggi.
Wilayah ini kemudian menjadi kampung halaman orang Minang. Pada awalnya, orang Minang dan Melayu dianggap serupa.
Namun, pada abad ke-19, perbedaan mulai muncul berdasarkan tradisi kekerabatan matrilineal yang dijalankan oleh Minangkabau, sementara Melayu mengikuti sistem kekerabatan patrilineal.
Bahasa daerah suku Minangkabau adalah bahasa Minang.
Namun bahasa suku Minang memiliki dialek yang berbeda-beda, seperti dialek Bukittinggi, dialek Payakumbuh, dialek Pariaman, dan dialek Pesisir Selatan.
Selain itu, ada jugabahasa Mentawai yang digunakan oleh penduduk daerah Mentawai yang termasuk bagian dari Sumatra Barat.
Tradisi Suku Minangkabau
Mengutip dari buku berjudul Pertautan Budaya - Sejarah Minangkabau & Negeri Sembilanoleh Prof. Dr. H. Saifullah SA, MA, dkk (2017), terdapat beberapa tradisi suku Minang, di antaranya:
1. Merantau
Suku minangkabau berasal dari provinsi Sumatra Barat, salah satu tradisi suku Minang yang biasa dilakukan oleh laki-laki adalah merantau.
Tradisi ini terkait dengan sistem matrilineal di Minangkabau.
Pada sistem kekerabatan berdasarkan garis keturunan ibu, laki-laki tidak akan mewarisi harta pusaka.
Harta pusaka adalah harta yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi, dari nenek ke ibu dan dari ibu ke anak perempuannya.
Tradisi merantau juga mengandung makna sebagai laki-laki yang tangguh.
2. Sistem Kekerabatan Matrilineal
Suku Minang menganut sistem kekerabatan matrilineal menurut garis keturunan ibu.
Pada sistem kekerabatan matrilineal kedudukan perempuan jauh lebih tinggi saat menikah, maka suami akan mengikuti garis keturunan istri.
Perempuan akan memiliki banyak keutamaan dan peran, bahkan dalam pembagian harta warisan.
3. Makan Bajamba
Makan bajamba merupakan salah satu tradisi makan yang dilaksanakan secara bersama-sama pada hari besar keagamaan, upacara adat, pesta, maupun hari penting lainnya.
Makan bersama ini akan dilakukan secara berkelompok oleh ratusan orang, masing-masing kelompok terdiri dari lima sampai tujuh orang, bahkan lebih.
Setiap kelompok akan mendapatkan aneka nasi beserta lauk pauknya (ayam, daging, gulai babat, asam padeh, dan lain-lain).
Dalam Makan Bajamba, kepala tidak boleh menunduk, karena hal tersebut dapat menghalangi orang lain untuk leluasa menyuap nasi.
Setelah itu, diharuskan untuk menghabiskan semua nasi yang ada di hadapan tanpa ada yang tersisa.
4. Tabuik
Upacara Adat Tabuik adalah upacara yang dilakukan dalam rangka memperingati wafatnya cucu Rasulullah yang bernama Hassan dan Hussein.
Prosesi upacara tabuik dilaksanakan selama satu minggu.
Puncak perayaan tradisi ini dinamakan Hoyak Tabuik yang dilaksanakan setiap 10 Muharram di kota Pariaman.
5. Batagak Rumah
Upacara adat Minangkabau selanjutnya adalah batagak rumah.
Upacara adat ini dilaksanakan ketika ada seseorang yang mendirikan rumah gadang.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam upacara adat batagak rumah diantaranya adalah mufakat awal, maleo kayu, mencetak tiang tuo, batagak tiang, manaiakkan kudo-kudo, serta manaiak-I rumah.
6. Upacara Turun Mandi
Kebudayaan suku Minang selanjutnya yaitu Upacara adat Turun Mandi.
Tradisi ini dilaksanakan dalam perayaan rasa syukur kepada Sang pencipta atas lahirnya seorang bayi.
Tujuan diadakannya tradisi ini adalah untuk memperkenalkan keturunan baru dari satu keluarga ke masyarakat atau kelompok tertentu.
Pada umumnya, upacara turun mandi dilaksanakan ketika bayi menginjak usia tiga bulan.
Tarian Suku Minangkabau
Terdapat beberapa tarian yang perlu kamu ketahui, di antaranya:
1. Tari Pasambahan
Dikutip dari buku Mengenal Suku-Suku di Indonesia oleh Wahyudi Wijayanto (2022), tari pasambahan merupakan tarian ucapan selamat datang, sekaligus rasa hormat kepada tamu istimewa.
Tari piring ditarikan sambil memegang piring pada telapak tangan masing-masing dengan diiringi lagu yang dimainkan oleh alat musik tradisional suku ini yaitu talempong dan saluang.
2. Tari Galombang
Sebuah tarian yang digunakan sebagai penyambutan untuk pengantin di beberapa daerah di Sumatara Barat.
Tarian ini sering dilakukan sebelum tari pasambahan.
3. Tari Piring
Tari piring dianggap sebagai salah satu tari suku Minang paling populer dari Sumatra Barat.
Tarian ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat Minangkabau, mengisahkan proses panen padi yang disimbolkan dengan penggunaan piring.
Tak jarang, atraksi mencincang pecahan piring dan bahkan tidur di atas pecahan tersebut menjadi bagian dari pertunjukan.
4. Tari Lilin
Salah satu tarian hasil kebudayaan dari suku Minang adalah tari lilin.
Tari ini memiliki daya tarik yang unik, karena menggunakan piring sebagai properti utama.
Perbedaan utama antara tari lilin dan tari piring terletak pada penggunaan lilin di atas piring sebagai properti penari.
Gerakan tari lilin cenderung lebih lambat dibandingkan dengan tari piring.
5. Tari Payung
Tari payung adalah tarian yang melibatkan beberapa pemuda dan pemudi dalam gerakannya.
Tarian ini bertujuan untuk mengisahkan kisah romansa sepasang kekasih.
Selain itu, irama lagu yang diiringi oleh tari payung kaya dengan nuansa Melayu.
Pakaian Adat Suku Minangkabau
Suku Minang memiliki beragam pakaian adat tradisional yang mengandung makna yang mendalam, di antaranya:
1. Pakaian Adat Bundo Kanduang
Pakaian adat suku Minang bernama Limpapeh Rumah Nan Gadang atau dikenal sebagai busana Bundo Kanduang yang merupakan simbol keagungan bagi wanita yang telah menikah.
Busana ini mencerminkan pentingnya peran seorang ibu dalam sebuah keluarga.
2. Pakaian Adat Pria
Para pria suku Minang mengenakan busana tradisional yang disebut pakaian penghulu.
Busana ini hanya dikenakan oleh tetua adat atau individu tertentu dengan aturan pemakaian yang diatur oleh hukum adat.
Pakaian ini terdiri dari berbagai perlengkapan seperti deta, baju hitam, sarawa, sesamping, cawek, sandang, keris, dan tungkek.
3. Pakaian Adat Pengantin
Selain busana Bundo Kanduang dan busana penghulu, ada juga jenis busana adat Sumatra Barat lain yang biasa dikenakan oleh pengantin dalam upacara pernikahan.
Busana pengantin ini biasanya berwarna merah dengan tutup kepala dan hiasan yang lebih beragam.
Hingga saat ini, Pakaian adat suku Minangkabau ini masih sering digunakan dengan sedikit sentuhan modernisasi pada gaya atau desain yang lebih kreatif.
Senjata Tradisional Suku Minangkabau
Mengutip dari buku berjudul Adat dan Tradisi Sumatra Barat oleh Sahilatur Salwa dan Siti Nur Halizah (2021), senjata tradisional suku Minang yang masih ada hingga saat ini, yaitu kurambiak.
Nama ini terinspirasi dari bentuk cakar harimau, karena pada zaman dahulu wilayah Sumatra Barat masih banyak hewan harimau. Namun, terdapat senjata lainnya yaitu sebagai berikut:
1. Sumpitan
Sumpitan merupakan sebuah senjata tradisional yang sangat berguna dan sesuai untuk digunakan dalam serangan jarak jauh.
Di zaman dahulu, sumpitan sering digunakan untuk berburu hewan.
2. Piarik
Senjata berikutnya yaitu piarik, memiliki tiga mata atau trisula.
Bentuknya yang unik ini berasal dari adaptasi budaya Hindu Siwa sebelum agama Islam masuk ke Sumatra Barat.
3. Karih
Senjata yang masih ada hingga sekarang di wilayah suku Minang yaitu Karih.
Karih sendiri mirip dengan belati, dengan ujung yang sangat tajam dan memiliki sarung dengan ukiran motif yang indah.
Bentuknya yang khas mudah dibedakan dengan senjata lain.
4. Ruduih
Senjata tradisional keempat yang masih digunakan hingga sekarang adalah ruduih.
Ruduih memiliki kemiripan dengan parang dan digunakan baik untuk pertempuran maupun berburu pada zaman dulu.
Makanan Khas Suku Minangkabau
Mengutip dari buku berjudul Makanan Khas Minangkabau oleh Zoe (2021), makanan khas Minangkabau kaya akan bumbu dan rempah dengan cita rasa yang pedas, seperti:
1. Dendeng Balado
Dendeng Balado adalah hidangan khas Minangkabau.
Hidangan ini berisi irisan tipis daging sapi yang digoreng kering dengan sambal balado, menciptakan percampuran rasa pedas, manis, dan gurih yang khas.
2. Asam Padeh
Asam padeh adalah salah satu makanan khas Minangkabau yang sangat populer.
Hidangan ini menggabungkan berbagai bahan seperti tongkol, ikan pari, atau ayam kampung dalam cita rasa segar, pedas, dan asam yang menggugah selera.
Biasanya disajikan dengan nasi putih atau lontong.
3. Sate Padang
Sate Padang adalah makanan khas Minang yang terdiri dari potongan daging yang dibakar seperti sate pada umumnya.
Disertai dengan kuah kental berwarna kuning yang terbuat dari santan, tepung beras, dan rempah-rempah.
Kuah sate padang memberikan sentuhan pedas, asam, dan gurih yang wajib untuk dinikmati.
4. Rendang
Rendang masuk dalam ikon kuliner Minangkabau yang terkenal di seluruh dunia, terbuat dari daging sapi yang dimasak dengan santan dan berbagai rempah.
Selain itu, memiliki rasa gurih, pedas, dan wangi rempah yang khas.
Proses memasaknya memakan waktu lama untuk memastikan daging empuk dan bumbu meresap sempurna.
5. Nasi Kapau
Nasi Kapau merupakan hidangan nasi campur khas Minangkabau.
Disajikan dengan sambal dan beragam lauk pauk khas kapau, termasuk gulai sayur nangka, gulai tunjang, dan lainnya.
Keunikan nasi ini terletak pada gulai nangka yang memberikan cita rasa yang khas dan lezat.
Rumah Adat Suku Minangkabau
Selain makanan khas yang terkenal, rumah adat Minangkabau juga memiliki ciri khas tersendiri yaitu
Atap yang berbentuk melengkung. Adapun rumah adat Suku Minangkabau, di antaranya:
1. Gadang Gonjong Anam
Rumah adat Minangkabau disebut Gadang Gonjong Anam, memiliki desain yang lebih modern daripada rumah adat lain di daerah tersebut.
Bangunan pada rumah ini dibangun secara tradisional menggunakan papan kayu, dengan ciri khas banyak jendela yang memungkinkan cahaya masuk ke dalam ruangan.
Selain itu, terdapat ukiran bagus yang menghiasi setiap sudut rumah, mulai dari tiang hingga dindingnya.
2. Gadang Surambi Papek
Gadang Surambi Papek atau dikenal sebagai "bapamoko", yang artinya pintu belakang.
Karakteristik utamanya adalah adanya pintu belakang, yang menjadi pintu masuk utama bagi tamu. Penggunaan pintu belakang juga melambangkan peran perempuan sebagai pemilik rumah.
3. Gadang Batingkek
Rumah Gadang Batingkek merupakan sejenis rumah adat Minangkabau, memiliki arsitektur yang mirip dengan Gadang Gajah Maharam.
Ciri khasnya yaitu strukturnya yang bertingkat, meskipun bukan lantai yang bertingkat, melainkan bagian atapnya yang menonjol.
4. Gadang Gonjong Sibak Baju
Rumah Gadang Gonjong Sibak Baju memiliki kemiripan dengan desain rumah Gadang Gajah Maharam.
Namun memiliki ciri khas bentuk belahan atap yang memberikan nama "Sibak Baju".
Konstruksinya terbuat dari kayu sasak yang ditemukan di Desa Pariangan.
5. Gadang Gonjong Ampek Baanjuang
Terletak di Luhak Nan Tigo, Padang, Rumah Gadang Gonjong Ampek Baanjuang adalah salah satu rumah adat suku Minang yang memiliki empat gonjong, mencerminkan namanya yang berarti empat.
Tambahan anjung atau teras di sisi kanan dan kiri menjadi salah satu desain bangunan menarik dari rumah ini.
Demikianlah informasi seputar suku Minangkabau, semoga dengan informasi di atas wawasan kamu kian bertambah, ya.
Editor: Ratni Dewi Sawitri