Mengenal Suku Asmat, Lengkap dengan Sejarah, Rumah Adat, Tradisi, Tarian, Pakaian, dan Alat Musik Tradisionalnya

Suku Asmat (Foto: Sergey Udinov/Shutterstock)

PARBOABOA – Papua dikenal dengan keindahan alam dan kebudayaannya yang memukau. Salah satu suku terbesar yang mendiami wilayah ini adalah Suku Asmat.

Mengutip dari laman resmi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia, Suku Asmat berasal dari Papua dan dikenal sampai ke seluruh dunia sejak abad ke 20 dengan keterampilan seni yang luar biasa.

Masyarakat di sana memiliki keterampilan khusus yang ditekuni dari keyakinannya terhadap roh leluhur yang diwujudkan melalui patung dan seni ukiran.

Menariknya lagi, seluruh penduduknya selalu mengedepankan adat istiadat dan tradisi yang begitu erat dengan memanfaatkan sumber daya alam di sekitar lingkungan.

Masyarakat Suku Asmat memiliki ciri khas tersendiri, yakni tubuh yang tinggi, besar, dan kuat. Mereka memiliki kulit yang cenderung gelap, rambut keriting, dan hidung yang mancung.

Agar lebih mengenal Suku Asmat lebih dalam, berikut Parboaboa telah merangkum informasinya secara lengkap. Simak ulasannya sampai habis ya!

Sejarah Suku Asmat

Suku Asmat

Suku Asmat (Foto: indonesian cultures)

Mengutip dari buku berjudul Suku Asmat karya Abdul Muti, Suku Asmat telah dikenal luas dari tahun 1904. Masyarakat Asmat meyakini bahwa mereka berasal dari keturunan Dewa Fumeripits, seorang dewa yang konon pernah datang ke wilayah Papua.

Awal mulanya, Dewa Fumeripits pergi berlayar dengan perahu dari hulu sungai menuju laut, namun tiba-tiba diserang oleh buaya raksasa.

Mereka terlibat dalam pertarungan sengit, dan meskipun Dewa Fumeripits mengalami luka-luka, ia berhasil mengalahkan buaya tersebut. Namun, perahu yang ia naiki tenggelam, dan Dewa Fumeripits terdampar di tepi Sungai Asewetsy.

Untungnya, ia diselamatkan oleh seekor burung flamingo. Setelah sembuh, Dewa Fumeripits membangun sebuah rumah yang disebut "Jew" dan menciptakan dua patung beserta sebuah gendang.

Gendang tersebut digunakan untuk mengiringi Dewa Fumeripits dalam tarian khusus yang tak pernah berhenti. Tarian ini diyakini memiliki kekuatan magis yang membuat kedua patung itu menjadi hidup dan ikut menari.

Dari sinilah, kedua patung tersebut dianggap sebagai nenek moyang bagi masyarakat. Sejarah juga mengungkapkan bahwa Suku ini memiliki kesamaan dengan suku-suku di Selandia Baru dan Papua Nugini, karena semuanya berasal dari rumpun bangsa Polinesia.

Rumah Adat Suku Asmat

Salah satu suku di Papua ini terkenal dengan rumah adatnya yang disebut rumah Jew. Atau rumah bujang. Di dalamnya tersimpan senjata-senjata, seperti panah, tombah, dan noken.

Rumah adat Suku Asmat didirikan menghadap kea rah sungai dan terbuat dari kayu. Panjang rumah tersebut bisa mencapai puluhan meter. Atapnya terbuat dari daun nipah ataupun daun sagu yang telah dianyam.

Tradisi Suku Asmat

Suku Asmat

Suku Asmat (Foto: Indo Yachts)

Mengutip dari buku berjudul Suku Bangsa Dunia dan Kebudayaannya karya Pram, terdapat beberapa tradisi budaya yang menarik, antara lain:

1. Tradisi Mumi

Salah satu suku di Papua ini memiliki tradisi mengawetkan jasad orang yang telah meninggal, atau yang lebih dikenal sebagai mumifikasi.

Namun, proses ini tidak diterapkan untuk sembarang individu, melainkan hanya untuk kepala adat atau kepala suku. Setelah jasad mereka diawetkan, mumi tersebut akan dipajang di depan rumah adat.

2. Upacara Mbismbu

Upacara ini berkaitan dengan ukiran patung tonggak kerabat atau nenek moyang yang telah meninggal dunia. Upacara Mbismbu memiliki makna penting karena merupakan cara untuk mengenang dan menghormati kerabat yang telah tiada.

Dalam beberapa kasus, jika seseorang meninggal karena dibunuh, upacara ini dapat berubah menjadi upacara balas dendam.

3. Upacara Tysimbu

Tysimbu adalah upacara yang dilakukan untuk merayakan pembuatan dan pengukuhan rumah lesung. Rumah lesung adalah perahu tradisional yang biasanya terbuat dari batang pohon bintangur atau ketapang.

Nantinya,dihiasi dengan ukiran gambar keluarga yang telah meninggal, gambar binatang, dan elemen lainnya.

Proses upacara ini melibatkan pertemuan keluarga besar di rumah kepala suku dengan pertunjukan nyanyian dan tarian yang diiringi oleh alat musik tifa.

4. Upacara Yentpokmbu

Upacara ini bertujuan untuk memberi nama rumah bujang dengan nama marga pemiliknya. Rumah bujang ini digunakan untuk kegiatan religius dan non-religius serta sebagai tempat berkumpul keluarga besar.

Dalam situasi penyerangan, rumah bujang menjadi tempat perlindungan, dan anak-anak serta perempuan dilarang masuk ke dalamnya.

5. Ritual Korwar

Menjadi bagian penting dalam upacara pemakaman masyarakat di sana. Dalam ritual ini, mereka mengukir dan menghias patung kayu yang disebut korwar, yang mewakili roh individu yang telah meninggal.

Patung ini kemudian ditempatkan di atas meja persembahan sebagai tanda penghormatan terhadap orang yang telah meninggal dunia. Patung tersebut sering dihias dengan cincin kerang sebagai bagian dari tradisi tersebut.

6. Tradisi Mengukir

Salah satu unsur budaya yang paling terkenal dari suku di Papua ini adalah seni ukiran mereka. Hasil karya ukiran nya bahkan telah dikenal dan dihargai di seluruh dunia.

Keyakinan mereka adalah bahwa kemampuan mengukir kayu ini datang dari dewa bernama Fumeripitsy.

Tari Tradisional Suku Asmat

Suku Asmat

Suku Asmat (Foto: West Papua Diary)

Tari Tibe adalah sebuah tarian Suku Asmat berasal dari Papua yang dikenal sebagai "tari perang." Pada awalnya, tarian ini digunakan untuk memotivasi para prajurit ketika mereka harus pergi berperang.

Seiring berjalannya waktu, tarian Tibe juga menjadi cara untuk menyambut tamu sebagai tanda penghormatan. Tarian ini melibatkan 16 penari laki-laki yang didampingi oleh 2 penari perempuan.

Para penari mengekspresikan gerakan-gerakan khusus yang disertai dengan irama dari alat musik tifa. Tujuannya adalah untuk memberikan semangat, tari ini memiliki tempo yang cepat.

Selama pertunjukan, para penari mengenakan manik-manik di sekitar dada mereka, mengenakan rok dari akar bahar, dan meletakkan daun-daunan di berbagai bagian tubuh mereka.

Baju Adat Suku Asmat

Bukan hanya sekadar pakaian biasa, pakaian adat Suku Asmat mencerminkan identitas budaya dan nilai-nilai yang dijunjung tinggi.

Uniknya, pakaian adat tersebut memiliki keunikan tersendiri karena berasal dari alam. Berikut nama baju adat Suku Asmat yang perlu diketahui, antara lain:

1. Rok Rumbai dan Cawat (Pummi)

Pummi merupakan baju adat Suku Asmat Papua yang digunakan untuk bagian bawah tubuh. Rok ini terbuat dari serat alami seperti daun sagu atau kulit kayu yang dihiasi dengan rumbai-rumbai atau hiasan lainnya.

Sementara itu, cawat merupakan sejenis kain atau anyaman yang digunakan untuk menutupi bagian intim.

2. Penahan (Asemen)

Penahan atau Asemen digunakan untuk menutupi bagian dada dan perut. Penahan ini biasanya terbuat dari kulit kayu, kulit binatang, atau anyaman serat tumbuhan. Mereka menghias penahan dengan ukiran atau motif yang khas.

3. Tutup Kepala (Kasuomer)

Kasuomer adalah tutup kepala yang digunakan oleh masyarakat di sana. Tutup kepala ini bisa berupa topi atau benda lain yang dikenakan di kepala untuk melengkapi pakaian adat.

Bahan yang digunakan untuk membuat kasuomer dapat bervariasi, termasuk daun, serat tumbuhan, atau bahan-bahan alami lainnya. Kasuomer sering kali dihiasi dengan hiasan seperti bulu burung, gigi binatang, atau ornamen khas suku tersebut.

4. Kalung (Tisen Pe)

Tisen Pe adalah jenis kalung yang sering digunakan sebagai aksesoris. Kalung ini terbuat dari bahan-bahan alami seperti gigi binatang, cangkang kerang, tulang, atau bahan-bahan organik lainnya.

Pakaian tradisional ini digunakan sebagai hiasan pada leher dan memiliki nilai simbolis dan estetika yang penting dalam kebudayaan Asmat.

5. Gelang Pangkal Lengan (Sof Betan)

Sof Betan adalah gelang yang dikenakan pada pangkal lengan. Gelang ini biasanya terbuat dari bahan seperti kayu, tulang, atau anyaman serat tumbuhan.

Gelang pangkal Lengan ini dipakai sebagai aksesoris untuk mempercantik tangan dan memberikan sentuhan budaya pada pakaian adat suku tersebut.

6. Pesuwe

Pesuwe adalah sejenis kain yang digunakan sebagai penutup tubuh pada bagian perut. Kain ini biasanya terbuat dari serat alami seperti kulit kayu atau serat tumbuhan yang diolah menjadi anyaman.

7. Tok

Tok adalah sejenis penutup kepala yang digunakan oleh masyarakat. Tok ini bisa berupa topi atau hiasan kepala lainnya yang terbuat dari bahan seperti daun, serat tumbuhan, atau kulit binatang.

8. Kutang

Kutang adalah pakaian tradisional Asmat yang digunakan sebagai penutup bagian bawah tubuh, mirip dengan rok.

Kutang terbuat dari serat alami seperti daun sagu atau kulit kayu yang dihiasi dengan ukiran atau motif khas. Pada beberapa kasus, kutang bisa juga merujuk pada celana pendek yang digunakan oleh pria.

9. Wasse Mbi

Wasse Mbi adalah sejenis selendang atau kain panjang yang digunakan oleh perempuan. Kain ini dikenakan di atas bahu, melilit tubuh, atau diikat di pinggang.

Kain panjang ini sering dihiasi dengan motif atau hiasan yang khas dan juga dapat mencerminkan status sosial atau peran dalam masyarakat.

Alat Musik Tradisional Suku Asmat

Suku Asmat

Suku Asmat (Foto: Indonesia Tourism)

Selain pakaian adat, terdapat alat musik bernama tifa. Tifa adalah alat musik perkusi yang sangat penting dalam budaya Asmat.

Alat ini terbuat dari batang kayu yang diukir dan dibentuk menjadi silinder panjang, kemudian diberi membran kulit hewan di salah satu ujungnya.

Tifa dimainkan dengan cara dipukul dengan menggunakan tangan atau alat pemukul, menghasilkan suara yang khas dan berirama. Alat ini sering digunakan dalam tarian dan upacara adat.

Demikian penjelasan tentang Suku Asmat Papua, lengkap dengan sejarah, tradisi, tarian, pakaian, dan alat musik tradisionalnya. Semoga bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi seluruh pembaca.

Editor: Juni
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS