PARBOABOA, Jakarta - Ukraina terus dihujani serangan-serangan udara mematikan yang menewaskan warga sipil.
Yang terbaru, sebuah rudal menghantam Desa Hroza di timur laut Ukraina pada Kamis (5/10/2023).
Rudal itu menghantam kafe dan toko kelontong dimana orang-orang tengah berkumpul dan berduka atas kematian tentara Ukraina.
Hingga Jumat (6/10/2023), jumlah korban tewas mencapai 52 orang. Korban terakhir meninggal saat mendapatkan perawatan medis di rumah sakit.
Gubernur wilayah Kharkiv, Oleh Synehubov menambahkan, banyak korban luka yang dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.
Bagi Kiev, ini merupakan salah satu serangan udara paling mematikan terhadap warga sipil.
Pemerintah juga mengumumkan tiga hari masa berkabung di wilayah Kharkiv.
Sehari pascaserangan, petugas penyelamat masih terus berupaya memeriksa puing-puing bangunan yang hancur untuk menemukan lebih banyak korban atau potongan tubuh mayat.
Penyelidik polisi juga menambahkan, pihak berwenang harus menggunakan tes DNA untuk mengidentifikasi beberapa korban karena jenazah mereka tak dapat dikenali.
Reaksi Kremlin
Pemerintah Rusia tak mengakui jika mereka telah menargetkan sasaran sipil.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menegaskan, pihaknya hanya menyerang konsentrasi pasukan, infrastruktur serta pimpinan militer.
Tanggapan PBB
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres mengutuk serangan rudal tersebut karena menargetkan warga dan infrastruktur sipil dimana hal itu dilarang berdasarkan hukum kemanusiaan internasional.
Sebagai langkah lebih lanjut, Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR) mengerahkan tim lapangan untuk berbicara dengan para penyintas dan mengumpulkan informasi.
Juru bicara OHCHR, Elizabeth Throssell mengatakan, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Volker Turk melihat sendiri dampak mengerikan dari serangan tersebut.
Throssell juga menambahkan, masih sulit untuk menentukan dengan pasti apa yang terjadi.
Meski demikian, ada indikasi bahwa itu adalah rudal Rusia.
Editor: Umaya khusniah