PARBOABOA - Kelompok hacker atau peretas Anonymous ikut andil dalam perang melawan Presiden Rusia Vladimir Putin yang menyerang Ukraina.
Melansir dari Zing News pada Sabtu, 26 Februari 2022, dalam sebuah tweet yang diposting pada pukul 2:57 pagi pada tanggal 26 Februari (waktu Vietnam), kelompok hacker Anonymous mengklaim telah meretas situs web Kementerian Pertahanan Rusia dan menyatakan perang dengan Rusia.
Deklarasi diumumkan secara terbuka di media sosial Twitter lewat akun @YourAnonOne.
"Kelompok Anonymous resmi menyatakan perang siber melawan pemerintah Rusia," kata akun @YourAnonOne.
Tak lama setelah deklarasi perang diumumkan, hacker Anonymous mengklaim telah berhasil meretas situs web Russian Today (RT). Situs tidak bisa diakses dan hanya menampilkan pesan "situs tidak bisa dijangkau".
Beberapa website penting Rusia pun telah berhasil mereka tumbangkan. Salah satunya adalah Russian Today, perusahaan layanan berita yang disponsori pemerintah Rusia.
Kemudian website resmi Kremlin dan Kementerian Pertahanan sempat lama tidak bisa diakses karena serangan DDoS yang masif.
Anonymous mengklaim mereka berhasil menjebol database Kementerian Pertahanan Rusia. Kemudian, channel televisi kenegaraan Rusia disusupi dengan beberapa konten pro Ukraina, termasuk lagu-lagu patriotik dan foto-foto yang sebenarnya dari medan pertempuran di Ukraina.
"Sulit untuk menghubungkan langsung kejadian ini dengan Anonymous. Namun Anonymous punya rekam jejak melakukan aktivitas semacam ini dan sesuai dengan kemampuan mereka," kata pakar keamanan Jamie Collier dari perusahaan siber Mandiant.
Meski demikian, kelompok peretas mengaku tindakan ini sebagai permulaan. Rusia disebut bakal merasakan kemarahan para hacker dunia, yang banyak di antaranya merupakan warga Rusia sendiri.
Terpisah, Russia Today secara terbuka menyebut masalah situsnya adalah perbuatan Anonymous, dan mengklaim serangan itu berasal dari Amerika Serikat.
"Setelah pernyataan oleh Anonymous, situs web Russia Today menjadi subjek serangan DDoS besar-besaran dari sekitar 100 juta perangkat, sebagian besar berbasis di AS," bunyi pernyataan Russia Today.
Namun, menurut konsultan di perusahaan keamanan siber AS Mandiant, Jamie Collier sulit memastikan apakah serangan ini benar-benar dilakukan oleh Anonymous atau dari pihak lain.
"Sulit untuk secara langsung mengaitkan aktivitas ini dengan Anonymous, karena entitas yang ditargetkan kemungkinan akan enggan untuk mempublikasikan data teknis terkait," kata dia dikutip The Guardian.
Tetapi Jamie tak menampik jika kelompok Anonymous punya rekam jejak dalam melakukan kegiatan semacam ini dan itu sangat sesuai dengan kemampuan.