Sejarah Singkat Bengawan Solo, Sungai Terpanjang di Pulau Jawa

Bengawan Solo, sungai terpanjang di Pulau Jawa, foto: PosJateng.ID

PARBOABOA, Solo - Sungai Bengawan Solo adalah sungai terpanjang di Pulau Jawa. Sungai ini memiliki panjang 548,53 km dan melintasi dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sungai ini memiliki hulu di Lereng Gunung Lawu dan mengalir melintasi berbagai kota besar seperti Wonogiri, Solo, Ngawi, dan Bojonegoro sebelum akhirnya bermuara di Laut Jawa.

Namun ternyata dulunya Sungai Bengawan Solo punya aliran yang berbeda dengan aliran yang sekarang.

Sungai ini mengalirkan air dari daerah aliran sungai (DAS) sepanjang kurang lebih 16.100 km, mulai dari Pegunungan Sewu di sebelah barat-selatan Surakarta, ke laut Jawa di utara Surabaya melalui alur sepanjang ± 600 km.

Menjadi tumpuan penduduk

Dikutip dari buku Ekpedisi Bengawan Solo (2007), panjang sungai Bengawan Solo dari hulu hingga hilir adalah 548,53 kilometer. Pengukuran dilakukan dengan alat global positioning system (GPS). 

Selain itu, hasil ekspedisi Bengawan Solo Kompas 2007 menunjukkan bahwa sungai Bengawan Solo menjadi tumpuan penduduk yang berada di sekitarnya.

Sungai ini panjangnya sekitar 548,53 km dan mengaliri dua provinsi yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Sungai ini dikagumi masyarakat di seluruh dunia khususnya Jepang karena terinspirasi dari lagu keroncong karangan Gesang berjudul sama, Bengawan Solo.

Sering menyebabkan kebanjiran

Pada Tahun 1880 guna menghindari sedimentasi di Pelabuhan Tanjung Perak, muara Sungai Bengawan Solo dialihkan dari Selat Madura ke Ujung Pangkah.

Untuk keperluan irigasi, Pemerintah Belanda membangun Waduk Pacal (1935) di Kabupaten Bojonegoro dan Waduk Prijetan (1916) di Kabupaten Lamongan.

Setelah banjir besar pada tahun 1966 yang menenggelamkan sebagian besar Kota Solo, Pemerintah mulai menangani pembangunan infrastruktur pengendali banjir Bengawan Solo.

Dengan bantuan teknis Pemerintah Jepang (OTCA) pada tahun 1974, dirumuskan Master Plan Pengembangan Wilayah Sungai Bengawan Solo.

Untuk mengendalikan banjir dan mendukung pengembangan wilayah, Master Plan WS Bengawan Solo (1974), antara lain merekomendasikan pem-bangunan 4 waduk serbaguna, yakni Waduk Wonogiri, Waduk Jipang, Waduk Bendo dan  Waduk Badegan.

Master Plan juga merekomendasikan 25 lokasi waduk-waduk irigasi di anak-anak sungai Bengawan Solo yang potensial untuk dibangun.

Disamping itu, Master Plan merekomendasikan pekerjaan perbaikan dan pengaturan sungai Bengawan Solo Hulu ruas Nguter – Jurug, Kali Madiun ruas Catur – Kwadungan dan Bengawan Solo Hilir ruas Cepu – Tanjung Kepolo.

Waduk Serbaguna Wonogiri yang telah dibangun pada Tahun 1978-1981 telah berfungsi untuk pengendali banjir di wilayah Bengawan Solo Hulu, terutama untuk melindungi Kota Solo, serta penyediaan air irigasi seluas ± 30.000 Ha di wilayah kabupaten-kabupaten Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Karanganyar dan Sragen.

Membentang puluhan kilometer

Sungai Bengawan Solo Purba dulunya membentang sejauh dua puluhan kilometer. Karena pergeseran lempeng, sungai itu mengering dan akhirnya menghilang sejak empat juta tahun silam. Namun jejak aliran sungai itu masih bisa ditemukan hingga kini.

Salah satu tempat yang masih bisa dilihat dari adanya bukti peninggalan Sungai Bengawan Solo Purba adalah di kawasan Gunung Sewu.

Di sana, terdapat kawasan cekungan yang menjadi bekas aliran sungai tersebut. Cekungan itu kemudian berakhir di kawasan Pantai Sadeng yang kini menjadi kawasan wisata.

Cekungan Baturetno

Cekungan yang merupakan jejak Sungai Bengawan Solo Pura kemudian dinamakan Cekungan Baturetno.

Cekungan ini memanjang dari Pantai Sadeng ke kawasan Waduk Gajah Mungkur yang memiliki topografi berupa dataran bergelombang dengan ketinggian kurang lebih 150-175 mdpl.

Dilansir dari Geo.web.id, batuan dasar Cekungan Baturetno terdiri dari persilangan antara batuan gamping fragmental dengan kalkarenit dan kalsilutit.

Kini, bekas aliran Bengawan Solo yang berada di dasar Cekungan Baturetno menjadi lahan yang subur. Banyak warga yang memanfaatkannya untuk bercocok tanam.

Dilansir dari Sejarahunik.net, perubahan aliran sungai Bengawan Solo Purba disebabkan oleh adanya pengangkatan tektonik.

Pada sekitar 4 juta tahun silam, lempeng Australia menghujam ke bawah lempeng Eurasia karena massa jenis lempeng Australia lebih berat dari pada lempeng Eurasia. Sehingga terjadi zona subduksi atau zona penunjaman.

Sekian informasi seputar sejarah singkat Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa. Semoga bisa menambah wawasan kamu!

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS