Saham Bukalapak Turun Derastis ke Harga 426, 50 persen dari harga IPO

Saham Bukalapak Turun Derastis

PARBOABOA, Jakarta - Saham PT Bukalapak anjlok hampir 7 persen atau auto reject bawah (ARB) selama dua hari berturut-turut. Selain itu, selama 3 pekan ini kinerja BUKA di pasar bursa juga sangat mengkhawatirkan.

Pada perdagangan selasa (7/12), BUKA mendarat di level 426 atau nyaris 50 persen dari harga IPO-nya yang di 850. Selama sepekan terakhir saja unicorn pertama yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) terjun menjadi 21,8 persen, padahal kondisi keuangan BUKA mulai membaik.

Pada sembilan bulan pertama tahun 2021 ini, BUKA mampu mengurangi kerugian bersihnya  menjadi Rp 1,1 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, BUKA menanggung rugi hingga Rp 1,4 triliun. Dari segi topline, pendapatan sejak awal tahun hingga akhir September 2021 mampu bertumbuh 42% menjadi Rp 1,3 triliun.

Apalagi persaingan di industri e-commerce sangatlah ketat, dan BUKA kalah pamor dibandingkan perusahaan market place lainnya, katakanlah seperti Shoope & Tokopedia.

Pada hari ini investor asing terpantau melakukan jual bersih senilai Rp51,12 miliar dan sepekan ini tercatat penjualan senilai Rp224,9 miliar. Sejak melantai pada Agustus lalu, BUKA bergerak fluktuatif. Saham BUKA sempat naik kencang menembus level di atas 1.000. Namun, kenaikan tak bertahan lama dan mulai terjadi koreksi hingga menembus level terendahnya hari ini.

Ada beberapa alasan yang mengakibatkan koreksi tersebut. Pertama, karena saat IPO harga yang ditawarkan terlalu tinggi atau overvaulued di tengah kerugian perusahaan. Prospektus perusahaan mengungkap kerugian terjadi selama tiga tahun terakhir. Yakni, sebesar Rp2,24 triliun pada 2018, Rp2,79 triliun pada 2019, dan Rp1,35 triliun pada tahun lalu.

Alasan kedua, karena perkembangan Bukalapak sebagai marketpalce sudah sangat kedodoran alias kalah saing dibandingkan pesaing lainnya.

Menanggapi koreksi BUKA, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI Kristian Manullang menyebut pihaknya tak menutup kemungkinan melakukan suspensi bila terbukti pergerakan harga, volume, frekuensi transaksi, dan atau pola transaksi terpantau tidak biasa.

Ia juga mengatakan kebijakan suspensi dilakukan ke semua saham tanpa terkecuali, termasuk Bukalapak.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS