Rupiah Ditutup Melemah, Dinamika Pencapresan di AS Jadi Akar Masalah

Ilustrasi melemahnya mata uang Rupiah yang terpengaruh dengan Pilpres AS. (Foto: PARBOABOA/Fika)

PARBOABOA, Medan – Pasca mundurnya Joe Biden dari pencapresan di Amerika Serikat, mata uang Rupiah kerap bergerak anomali dibandingkan mata uang di Asia lainnya.

Setelah Joe Biden menyatakan mundur, pasar berspekulasi seakan bahwa Donald Trump memiliki kesempatan untuk menang.

Meskipun, survei menunjukkan dua capres saat ini yaitu Donald Trump dan Kamala Harris sama-sama bersaing ketat dalam perolehan suara.

Di mana kebijakan Donald Trump kala menjabat sebagai Presiden AS membuat US Dollar dalam tren menguat terhadap mata uang lainnya termasuk Rupiah.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin menilai bahwa Bank Sentral AS pada saat ini lebih memegang peranan dalam pergerakan mata uang dunia.

Rencana pemangkasan suku bunga acuan tetap akan menjadi katalis positif bagi mata uang Rupiah nantinya.

Mata uang Rupiah pada akhir pekan ini kembali ditutup melemah di level 16.285 per US Dollar.

Kinerja mata uang Rpiah yang melemah ini dinilai masih lebih baik dibandingkan dengan pelemahan mata uang Yuan China pada hari ini.

Meski demikian, pelemahan mata uang Rupiah pada akhir pekan tidak menimbulkan tekanan serius pada kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

IHSG yang pada perdagangan sebelumnya mengalami tekanan, pada perdagangan hari ini berbalik menguat.

IHSG secara konsisten berada di zona hijau selama sesi perdagangan. Meskipun sebagian besar bursa di Asia berakhir di zona merah.

Sesi pembukaan perdagangan IHSG menjadi level yang paling rendah, karena setelah dibuka, IHSG konsisten menguat hingga nyaris menyentuh 7.300.

IHSG menguat di tengah minimnya sentimen pasar pada akhir pekan. Sementara pelaku pasar tengah menanti rilis data inflasi AS yang akan dipublikasikan di akhir pekan ini.

Data tersebut akan menjadi penentu arah pergerakan pasar keuangan dan harga emas. Untuk harga emas dunia di akhir pekan ini, ditransaksikan sedikit menguat dibandingkan pembukaan perdagangan di pagi hari tadi.

Harga emas ditransaksikan di level 2.374 US Dollar per ons troy nya. Atau sekitar Rp1.248 juta per gram nya.

Pelaku pasar terlihat mengambil posisi wait and see sebelum rilis data penting AS di akhir pekan.

Sebelumnya, Gunawan Benjamin mengatakan data pemesanan barang tahan lama atau durable goods AS turun lebih dalam dari ekspektasi.

“Pemesanan barang tahan lama AS anjlok menjadi -6.6 persen pada Juni. Dibandingkan proyeksi sebelumnya tumbuh 0.3 persen,” jelas Gunawan Benjamin kepada PARBOABOA, Jumat (26/07/2024).

Data tersebut membuat sebagian besar bursa di AS ditutup melemah pada perdagangan sebelumnya, yang turut menyeret lesunya kinerja bursa di Asia.

Sementara itu, mayoritas bursa di Asia pada perdagangan hari ini bergerak mendatar dengan kecenderungan mengalami pelemahan.

IHSG di sesi perdagangan pagi tadi dibuka menguat di kisaran level 7.270. Gunawan Benjamin memperkirakan IHSG ditransaksikan dalam rentang 7.230 hingga 7.290 pada perdagangan hari ini.

Pada dasarnya IHSG masih dibayangi tekanan, karena bursa di regional Asia terpantau tidak banyak mengalami perubahan kinerja dan masih berpeluang ditransaksikan di zona merah.

Dan IHSG juga akan dipengaruhi kinerja mata uang Rupiah yang cenderung melemah pada perdagangan hari ini.

Editor: Fika
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS