PARBOABOA, Pematang Siantar – Nama atlet Pematang Siantar perlahan-lahan tak terlihat dalam jajaran para pemenang. Terbukti dari hasil kejuaraan Pekan Olahraga Provinsi Sumatra Utara (Porprovsu) 2022 yang berlangsung pada 29 Oktober hingga 5 November lalu.
Di mana, kontingen dari kota ber-ikon becak ini bertengger di posisi 19, tertinggal 11 urutan dari wilayah tetangga, Kabupaten Simalungun yang berada di posisi 8.
Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pematang Siantar, Jayadi Sagala mengatakan, pada 2022 atlet Pematang Siantar menyumbangkan dua emas. Perolehan tersebut dianggapnya sudah maksimal di tengah kondisi anggaran yang minim untuk pembinaan atlet.
“Itu sudah maksimal kita buat, terus terang saja dengan kondisi kekurangan dana. Itulah daerah lain berapa miliar rupiah dana mereka coba lihat,” ucapnya kepada Parboaboa, Senin (14/11).
Jayadi menyebut, satu persen biaya pembinaan olahraga berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), di mana kenyataannya dana yang terealisasi tidak sesuai porsi setiap tahunnya. Tercatat dari yang diusulkan sebesar Rp3 miliar, hanya Rp200 juta yang didapat. Uang tersebut kemudian dibagi untuk kebutuhan atlet dan kegiatan olahraga.
“Biaya untuk keolahragaan tercantum di undang-undang nomor 3 tentang sistem keolahragaan nasional dan peraturan Presiden nomor 86 tahun 2021 tentang desain besar olahraga nasional,” jelasnya.
Di samping itu, Jayadi juga mengeluhkan beberapa oknum Pengcab yang diduga melakukan pengusulan dana fiktif.
“Masih ada oknum-oknum begitu, pemikiran KONI zaman dahulu yang tidak harus pake laporan pertanggungjawaban (LPJ). Kita cairkan dananya untuk beli peralatan, namun itu fiktif dan peralatannya saja tidak bisa dipertanggungjawabkan. Kalau tidak kita cairkan, mereka bilang kita mempersulit,” katanya.
“Itu juga salah satu penyebab minimnya prestasi atlet. Kalau Pengcab serius, saya siap mengusulkan dana mereka bahkan sampai melakukan demo,” tambahnya.
Jayadi berjanji, KONI akan terus memperjuangkan nasib dan kebutuhan para atlet, termasuk penertiban administrasi di masing-masing Pengcab.
“Untuk para atlet sudah kita berikan kebutuhannya secara langsung dan membawanya dalam rapat anggaran ke DPRD Pematang Siantar, biar mereka tahu apa saja yang dibutuhkan para atlet,” pungkasnya.
Salah satu atlit wushu yang berhasil mendapatkan medali perak di ajang Porprovsu 2022, Betri Maria Manalu mengaku, para atlet wushu masih minim pengalaman saat melawan lawannya dari daerah lain.
“Dari segi pengalaman lawan-lawan kami unggul, dari cara latihan dan fasilitas latihan mereka pun lebih memadai. Kalau di Siantar kita tahu untuk itu masih diupayakan sampai sekarang,” ucap Maria.
Saat ditanya mengenai perhatian pemerintah ke para atlet, Maria mengaku perlu lebih ditingkatkan keseriusannya.
“Ada diperhatikan memang, namun seringnya terlambat. Tapi adalah memang. Kita atlet itu harusnya di istimewakan ya, kitakan berjuang bukan untuk diri sendiri saja, tapi mengharumkan nama daerah. Jadi kalau bisa perhatikanlah kami, mungkin dari segi pendidikan kami juga butuh bantuan,” tandasnya.