PARBOABOA, Jakarta - Aksi terorisme berkedok Islam kembali mengguncang Prancis.
Kali ini, seorang perempuan bercadar terpaksa ditembak polisi setelah mengancam akan meledakkan diri di stasiun metro Paris.
Peristiwa mencekam ini terjadi di Stasiun Metro Bibliothèque François-Miterrand di Paris, Selasa (31/10/2023) pagi.
Menurut kepolisian, peristiwa bermula saat pelaku yang tak disebutkan namanya membuat ancaman dan mendukung terorisme saat berada di stasiun.
Penumpang lain pun segera menghubungi polisi. Sekitar pukul 08.30 pagi waktu setempat, polisi tiba di lokasi dan mengisolasi pelaku.
Semua penumpang segera dievakuasi dan lokasi disterilkan. Bahkan tentara juga siaga dan mengepung lokasi.
Dalam perdebatan yang alot, pelaku lantas mengancam meledakkan diri sambil berteriak 'Allahu Akbar'.
Negosiasi yang buntu meski polisi terus melontarkan peringatan. Akhirnya satu tembakan dilepaskan sekitar pukul 09.20 dan mengenai perut pelaku.
Selanjutnya, pelaku yang tak berdaya segera dievakuasi ke rumah sakit terdekat. Dilaporkan, pelaku dalam kondisi kritis.
Atas kasus ini, juru bicara kantor kejaksaan Paris telah membuka dua investigasi.
Pertama, pelaku yang dilaporkan karena melontarkan ancaman pembunuhan dan tindakan intimidasi sejak dia terlihat naik kereta api di pinggiran Kota Val-de-Marne' tepatnya Stasiun RER Villeneuve-le-Roi.
Investigasi kedua juga dibuka terhadap 'kekerasan yang disengaja dengan senjata oleh seseorang yang memegang otoritas publik' dalam hal ini petugas kepolisian.
Kerusuhan Berbau Agama di Prancis
Prancis terjerumus ke dalam kerusuhan yang meluas pada bulan Juni setelah penembakan fatal terhadap Nahel Merzouk (17) di Nanterre, pinggiran kota Paris.
Dia merupakan seorang Muslim Prancis yang berlatar belakang Maroko Aljazair.
Pelaku pembunuhan yang belum disebutkan namanya secara resmi hingga saat ini merupakan petugas polisi lalu lintas. Saat ini dia masih ditahan sambil menunggu persidangan.
Prancis secara institusional dituduh rasis dan memici kerusuhan.
Mobil dan gedung-gedung dibakar, kembang api dilemparkan ke arah polisi, hingga penjarahan toko-toko selama lebih dari seminggu.
Hingga pada 13 Oktober lalu, aksi teror berbau agama juga menimpa seorang guru, Dominique Bernard (57) di Kota Arras di utara.
Dia ditikam hingga tewas oleh mantan murid yang bergama Islam, Mohamed Mogouchkov (20).
Tersangka penyerang berada di bawah pengawasan polisi karena dicurigai melakukan radikalisasi Islam.
Penyelidik antiteror Prancis mengatakan tersangka menyatakan kesetiaannya kepada kelompok ISIS sebelum serangan di Kota Arras, Prancis utara.
Menteri Dalam Negeri Prancis, Gérald Darmanin juga mengatakan ada ketegangan terkait Perang Hamas-Israel yang sedang berlangsung di Timur Tengah.
Dalam hal ini, pemerintah Prancis melarang sejumlah demonstrasi pro-Palestina.
Polisi juga menembakkan gas air mata dan meriam air kepada mereka yang menunjukkan dukungan mereka terhadap korbant tewas di Gaza.
Editor: Umaya khusniah