PARBOABOA, Jakarta - Pendidikan di era digital saat ini tidak hanya berfokus pada penguasaan materi, tetapi juga pada cara mendalam dalam memahami dan menerapkan pengetahuan.
Di tengah maraknya teknologi kecerdasan buatan (AI), muncul istilah deep learning yang kini menjadi sorotan dalam dunia pendidikan.
Namun, apa sebenarnya deep learning itu, dan bagaimana penerapannya dapat mengubah cara kita belajar?
Dalam konteks kurikulum sekolah, deep learning membawa pendekatan baru yang menekankan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis, analisis mendalam, dan pengaplikasian ilmu dalam konteks yang relevan.
Dengan metode ini, siswa didorong untuk tidak hanya menghafal, tetapi juga menghubungkan konsep antar mata pelajaran, menggali akar masalah, dan mencari solusi melalui pendekatan analitis yang mendalam.
Menurut data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan generasi yang lebih siap menghadapi tantangan global.
Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) berencana untuk menerapkan pendekatan ini di jenjang pendidikan dasar dan menengah.
Menurut Wakil Menteri Dikdasmen, Fajar Riza Ul Haq, deep learning bukanlah kurikulum baru yang menggantikan Kurikulum Merdeka yang dicanangkan oleh Nadiem Makarim.
Ia menjelaskan, pendekatan ini berorientasi pada pendalaman materi,”bukan sekadar mengejar jumlah materi yang diajarkan," jelas Fajar. Rabu (13/11/2024).
Dengan penekanan pada sikap kritis, diharapkan siswa dapat mengembangkan ruang untuk bertanya dan belajar lebih aktif.
Meskipun deep learning bukanlah metode baru dan beberapa sekolah swasta telah menerapkannya, para praktisi pendidikan mengingatkan perlunya kajian mendalam sebelum program ini diterapkan secara nasional.
Iman Zanatul Haeri, Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), menyatakan bahwa tidak semua mata pelajaran cocok menggunakan pendekatan ini.
Penerapan sistem ini jelasnya, perlu disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran, terutama yang bersifat hafalan.
Di sisi lain, Iman mengemukakan bahwa model deep learning menuntut pembelajaran dengan materi yang lebih sedikit namun lebih mendalam.
Ini sejalan dengan tujuan pendidikan yang ingin menjadikan siswa tidak hanya tahu, tetapi juga memahami dengan baik.
Namun, tantangan muncul ketika memikirkan apakah deep learning dapat bersaing dengan perkembangan AI yang semakin pesat.
"Untuk itu, kita perlu memperkuat kemampuan literasi dan matematika siswa sebagai dasar sebelum menerapkan deep learning," tegas Iman.
Lantas, apa Itu deep learning? Deep learning dalam pendidikan merujuk pada pendekatan pembelajaran yang mendorong siswa untuk menggali pengetahuan secara mendalam.
Tujuan, para siswa tidak sekedar mengetahui sesuatu, tetapi lebih memahami apa yang dipelajari.
Metode ini berfokus pada pembelajaran aktif, kolaboratif, dan berkelanjutan.
Siswa didorong dan diarahkan untuk memahami konteks, menganalisis informasi secara kritis, serta menciptakan solusi inovatif berdasarkan pemahaman yang kuat.
Deep learning dapat diterapkan melalui berbagai metode, seperti pembelajaran berbasis proyek, inkuiri, studi kasus, atau simulasi kehidupan nyata.
Contohnya, dalam pelajaran IPA, siswa dapat mempelajari ekosistem dengan membuat simulasi lingkungan atau menciptakan proyek yang mendukung kesadaran lingkungan.
Penerapan deep learning membawa berbagai manfaat, seperti memperkuat keterampilan berpikir kritis, kontekstualisasi pengetahuan, serta pembelajaran mandiri dan kolaboratif.
Namun, tantangan dalam implementasinya juga tidak bisa diabaikan. Ketersediaan sumber daya, pelatihan guru, dan kurangnya standarisasi evaluasi hasil belajar menjadi tantangan yang harus dihadapi.
Dengan berbagai pertimbangan dan kajian yang mendalam, penerapan deep learning di pendidikan diharapkan dapat menjadi langkah maju dalam menciptakan generasi yang lebih siap dan berdaya saing di era global ini.