PARBOABOA, Samosir - Terletak di tepi Danau Toba, Kampung Ulos Huta Raja menarik perhatian para pengunjung dengan keelokan rumah-rumah bolon yang megah dan dihiasi oleh keanggunan ulos, simbol dari warisan budaya yang kaya.
Di tengah gemerlapnya kehidupan kampung yang autentik ini, sebuah pohon Hariara menjulang tinggi, berdiri kokoh di belakang rumah-rumah bolon.
Pohon yang dihormati sebagai pohon keramat ini, seolah menjadi simbol kekuatan dan penjaga yang tidak hanya menawan mata, tetapi juga menjadi bagian dari penduduk setempat.
Konon, selain menawarkan panorama yang memukau, pohon keramat ini juga menyimpan berbagai legenda mistis. Meskipun usianya tak tercatat dengan pasti, keberadaannya tetap menjadi sumber keteduhan dan memancarkan aura magis bagi siapa saja yang berada di dekatnya.
Marga Simarmata, seorang tetua berusia 68 tahun, menjelaskan peran penting pohon keramat ini dalam melindungi kampung mereka dari ancaman luar.
Menurut penuturannya, pohon ini memiliki kekuatan untuk mengaburkan dan menahan serangan dari kerajaan lain yang hendak menyerang.
"Pohon ini dianggap keramat karena dari cerita leluhur kami, semasa dulu kerajaan lain ingin menyerang kampung ini, mereka tidak melihat kampung ini, langsung danau yang dilihat mereka," ungkapnya penuh keyakinan saat ditemui Parboaboa, Sabtu (7/4/2024).
Meskipun identitas sang penanam pohon ini masih menjadi misteri, tetapi kepercayaan masyarakat setempat menyatakan bahwa pohon itu telah berdiri kokoh selama lebih dari tiga abad.
Legenda ini bukan hanya warisan dari masa lalu, tetapi juga sebuah simbol kekuatan spiritual dan pelindung yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, menjelma menjadi lebih dari sekadar catatan sejarah.
Walaupun zaman terus berganti, tetapi masyarakat Kampung tetap mempertahankan tradisi penghormatan terhadap pohon keramat ini dengan penuh pengabdian.
Mereka menghindari aktivitas yang dianggap merugikan di sekitarnya, bahkan menolak untuk menyentuhnya, meyakini sepenuh hati bahwa gangguan apapun terhadap pohon itu akan mendatangkan kesialan yang tak terduga.
Tradisi memberikan sesajen kepada pohon Hariara juga tetap terjaga. Hal ini disampaikan langsung oleh Boru Haloho, seorang warga setempat yang berusia 50 tahun.
Dia menjelaskan bahwa pemberian sesajen tidak memiliki jadwal yang pasti, namun biasanya dilakukan menjelang peristiwa penting atau upacara adat.
Ia juga menceritakan sebuah insiden yang tidak menyenangkan, yaitu ketika penduduk kampung lupa memberikan sesajen menjelang kunjungan Presiden Jokowi.
Akibat kelalaian tersebut, suasana di kampung menjadi gelap dan mendung. Namun, setelah sesajen akhirnya diberikan, cuaca pun kembali cerah. Kondisi ini menggambarkan betapa pentingnya penghormatan terhadap pohon keramat ini dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Keyakinan dan penghormatan terhadap pohon keramat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari warisan budaya Kampung Ulos Huta Raja, turun-temurun diwariskan kepada generasi muda.
Mereka dibesarkan dengan pemahaman yang mendalam akan keagungan pohon ini, dan diajarkan untuk tidak sekadar menghormatinya, tetapi juga merawat lingkungan sekitarnya dengan penuh kesadaran.
Membersihkan daun-daun yang berguguran di sekitar pohon keramat bukan hanya sekadar rutinitas, melainkan sebuah ritual harian yang melambangkan penghormatan bersama terhadap keberadaannya.
Dalam keyakinan lokal, tindakan membersihkan tersebut juga dianggap sebagai cara untuk membuka pintu rezeki.
Boru Haloho, dengan rasa hormat yang mendalam, memilih untuk menyimpan rahasia tentang kepercayaan masyarakat terhadap entitas mistis yang dipercaya menghuni pohon itu. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan perlindungan terhadap kekayaan budaya mereka.
Meskipun demikian, mereka percaya bahwa siapapun yang dianggap menjadi 'penjaga' di pohon tersebut merupakan sosok yang baik kepada warga Kampung Ulos Huta Raja.
Pada tahun 2019, inisiatif penataan ulang kampung diluncurkan oleh pemerintah. Fokusnya tidak hanya pada perbaikan rumah-rumah bolon, tetapi juga perawatan khusus terhadap pohon keramat di Huta Raja.
Sebagai upaya untuk memperindah dan menegaskan pentingnya keberadaan pohon keramat dalam kehidupan komunitas, dibuatlah struktur batu yang diplester mengelilingi pohon tersebut.
Ini merupakan langkah yang tidak hanya dipandang sebagai estetika semata, melainkan juga sebagai simbol pengakuan dan penghargaan terhadap nilai-nilai budaya serta lingkungan yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.