PARBOABOA, Jakarta - Platform media sosial Twitter dilaporkan telah melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 200 karyawan atau sekitar 10% dari total pekerjanya pada Sabtu (25/2/2023). Sebelum PHK ini terjadi, Twitter memiliki sekitar 2.000 karyawan yang tersisa.
Karyawan yang terkena PHK tersebut termasuk manajer produk, ilmuwan data, dan insinyur yang bertanggung jawab atas pembelajaran mesin dan keandalan situs yang membantu menjaga berbagai fitur Twitter tetap online. Mayoritas tim teknik yang terkait dengan periklanan, aplikasi utama Twitter, dan menjalankan sistem Twitter juga terdampak oleh PHK tersebut.
Meski pemecatan dilakukan pada akhir pekan lalu, sebagian karyawan mengetahui nasib mereka keesokan harinya, setelah mereka kehilangan akses ke akun surel dan laptop perusahaan.
Perlu diketahui bahwa ini bukanlah kali pertama Twitter melakukan PHK sejak diambil alih oleh Elon Musk pada November 2022. Saat itu, Musk telah melakukan PHK terhadap sekitar setengah dari karyawan Twitter setelah membeli perusahaan tersebut. Tak hanya PHK, sejumlah karyawan juga memutuskan untuk resign, sehingga Twitter hanya mempunyai sekitar 2.000 pekerja.
Pengurangan tenaga kerja ini, kata Elon Musk, disebabkan penurunan pendapatan yang sangat besar dari perusahaan yang baru dibelinya itu, karena pengiklan menarik pengeluaran di tengah kekhawatiran tentang moderasi konten.
Menurut laporan The Information, upaya Elon Musk untuk menghasilkan pendapatan dari langganan Twitter Blue juga tidak berjalan mulus. Di India, pelanggan enggan membayar 900 rupee per bulan untuk berlangganan Twitter Blue karena dianggap terlalu mahal jika dibandingkan dengan layanan serupa seperti Netflix, Spotify, Apple Music, dan beberapa layanan global lainnya.