PARBOABOA, Kupang – Kementerian Pertanian (Kementan) RI mendefenisikan, demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) sebagai penyakit babi yang sangat menular dan menyebabkan kematian pada babi hingga 100 persen.
Dinas Peternakan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Johanna Lisapaly melaporkan, terdapat 122 ribu babi mati akibat terinfeksi virus demam babi Afrika di Provinsi tersebut.
“Jumlah ternak babi yang mati akibat virus ASF yang dilaporkan secara resmi ke kami sekitar 122 ribu ekor yang tersebar di 22 kabupaten/kota," ungkap Lisapaly, Selasa (26/7).
Lisapaly mengungkapkan, nilai kerugian peternak akibat penyakit yang menyerang ternak babi di NTT mencapai ratusan miliar rupiah.
Menurutnya, pemerintah telah melakukan berbagai upaya pencegahan dan pengendalian guna mengatasi penyebaran ASF, seperti melakukan sosialisasi ke masyarakat peternak untuk menghindari terjadinya perkawinan babi lokal dengan babi dari luar.
Selanjutnya, pemerintah berharap para peternak menjaga sanitasi atau kebersihan kandang babi secara intensif dan mematuhi kebijakan untuk melarang pasokan babi dari luar masuk ke daerah-daerah.
Oleh karena itu, Lisapaly berkata, pemerintah akan berupaya membangkitkan kembali peternakan babi di NTT, dengan menggalakkan gerakan bertajuk “Kampanye Kesadaran ASF dan Penyakit Hewan Menular Lainnya”.
Lisapaly berharap gerakan yang dicanangkan pemerintah akan memberikan motivasi bagi pengusaha untuk kembali mengembangkan peternakan babi demi mendapatkan manfaat ekonomi, sosial, dan budaya.
"Ternak babi memiliki berbagai manfaat yang strategis bagi masyarakat, karena itu masyarakat tak perlu takut lagi untuk kembali mengembangkannya dengan tetap waspada terhadap serangan penyakit," tutup Lisapaly.