PARBOABOA, Simalungun - Perilaku seks bebas yang melibatkan remaja semakin merajalela. Persoalan ini bahkan terjadi hampir di semua wilayah di tanah air.
Seperti yang baru terjadi di Kabupaten Simalungun, Rabu (12/6/2024), seorang siswi menggugurkan kandungannya di toilet Rumah Sakit Balimbingan, Kecamatan Tanah Jawa, akibat perilaku seks bebas.
Selain itu, ada juga temuan bayi dari sepasang remaja pelajar yang masih duduk di kelas XII SMA.
Diketahui, pasangan ini membuang bayi mereka di semak-semak persis di areal perkebunan teh Kebun Toba Sari, Kecamatan Pematang Sidamanik Kabupaten Simalungun pada 13 Mei 2024.
Selain di Kabupaten Simalungun, perilaku seks bebas ini juga terjadi di kota Pematangsiantar.
Hal ini dibenarkan Mario, bukan nama sebenarnya. Ia seorang remaja berusia 17 tahun yang baru saja lulus dari salah satu sekolah menengah atas di Pematangsiantar.
Mario mengatakan bahwa banyak teman seusianya sudah mengenal dan melakukan seks bebas.
Perilaku seks bebas yang dimaksudkannya, seperti ciuman hingga hubungan seks di luar pernikahan.
Bahkan, kenalannya yang masih SMP juga sudah mengalami seks bebas.
"yang hamil pun ada kemarin, bang. Tapi memang orangnya langsung keluar dari sekolah karena malu,” ungkapnya kepada PARBOABOA, Rabu (28/06/2024).
Fenomena ini, katanya, menakutkan karena perilaku seks bebas sudah menjadi tren di kalangan pelajar.
Namun, ia mengakui akan berkomitmen untuk tidak memikirkan, apalagi terjerumus dalam perilaku seks bebas ini.
Ia beralasan, ada peringatan keras dari orangtuanya, dan itu menjadi pegangan baginya sehingga terhindar dari perilaku seks bebas hingga lulus SMA.
Sementara Dita, bukan nama sebenarnya, seorang siswa kelas XI di salah satu sekolah menengah atas di Pematangsiantar, mengakui bahwa pendidikan seks yang diterima di sekolah hanya melalui pelajaran agama dan biologi.
"Memang pernah mendapatkan pendidikan seks di sekolah, tapi hanya dalam pelajaran agama dan biologi. Namun, aku lupa, bang, seperti apa," kata Dita kepada PARBOABOA, Rabu (28/06/2024).
Ia juga menambahkan, pendidikan seks tersebut hanya disampaikan beberapa kali saja, dan pembahasan mengenai pendidikan seks masih tabu di keluarganya.
"Ya, orangtua cuma bilang jangan lakukan hal yang aneh-aneh dan fokus belajar yang baik dan benar. Itu saja yang disampaikan, bang," ujarnya.
Upaya Pemerintah dan Sekolah
Menanggapi fenomena ini, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI Provinsi Sumatera Utara, R. Zuhri Bintang, mengatakan bahwa hamil di luar nikah ini bukan kecolongan.
Apalagi, katanya, ada pembinaan yang berjenjang sehingga tidak harus membina orang per orang. Kita ada pembinaan bersifat umum.
"Ada rapat koordinasi, ada rapat kepala sekolah, ada rapat dengan guru, jadi kalau ada satu kasus seperti itu, jangan kita bilang kecolongan tadi,” ungkapnya kepada PARBOABOA, Rabu (28/06/2024).
Kasus seperti ini selalu ada di mana-mana. Cuman kita lanjutnya berupaya untuk menghindari dan kita mengantisipasi supaya jangan sampai terjadi dan terulang.
Sementara terkait pendidikan seks, Zuhri Bintang menjelaskan bahwa pendidikan keagamaan dan budi pekerti sudah mencakup pendidikan seks.
"Kegiatan keagamaan kan diajarkan, aturan keagamaan kan dilarang berzina, berjudi, dan disampaikan semua itu. Program P5 itu diajarkan semua, tapi kan tidak semua harus kita capai 100%, ada aja itu satu kecolongan," tambahnya.
Zuhri Bintang juga menekankan bahwa pengaruh lingkungan rumah dan media sosial turut berperan dalam perilaku siswa.
"Siswa itu punya latar belakang yang berbeda seperti pengaruh di lingkungan rumah, seperti media sosial. Nah, bagaimana kita melarang medsos padahal kan medsos juga bagian sumber ilmu. Persoalannya kan si anak itu menyalahgunakan medsos,” ungkapnya.
Mengenai upaya pencegahan penyalahgunaan internet oleh pelajar, Zuhri Bintang menjelaskan bahwa program P5 sudah mencakup pembinaan mental dan keagamaan.
Razia di sekolah-sekolah juga sering dilakukan sebagai langkah preventif.
Langkah yang diambil ini, mudah-mudahan membawa perubahan, “tapi kan tidak mungkin 100% berubah, paling tidak ada tahap-tahap perubahan tadi," jelasnya.
Zuhri Bintang menekankan bahwa pihaknya akan terus melakukan pembinaan rutin dan bekerja sama dengan pemerintah kabupaten dan kota serta dinas terkait.
"Kita akan melakukan pembinaan rutin itu dan tetap kita sampaikan kepada pelajar. Kita juga bekerjasama dengan pemerintah kabupaten dan kota, juga dinas P3A dan BNN,” tegasnya.
Dia menjelaskan bahwa kegiatan seperti sosialisasi dapat terjadi setiap bulan.
Namun hal itu dilakukan berganti di sejumlah sekolah di Pematangsiantar-Simalungun.
Selain itu, kadang dikumpulkan juga, “di kecamatan perdagangan kita kumpulkan beberapa sekolah dalam satu tempat lalu kita lakukan sosialisasi. Dari sekolah juga ada tim, tim pembinaan masalah narkoba, judi online, bullying, dan seks bebas," jelasnya.
Zuhri mengakui pembinaan yang sudah maksimal, belum tentu bisa menjamin keberhasilan yang maksimal.
"Untuk target pencapaian, ya siapa yang bisa menjawab tapi jangan tuntut ke cabang karena bukan tanggung jawab cabang saja," ungkapnya.
Karena itu, punya peran orangtua juga di rumah, jelasnya, karena kita belum tentu bisa mengarahkan semua anak itu di sekolah dan belum tentu semuanya ikut.
Ia mengimbau kepada para pelajar agar tetap mengikuti dan melaksanakan program P5 yang telah diajarkan di sekolah dan memperkuat program roots.
Sementara itu, J. Purba, Pembantu Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan di SMKN 2 Pematangsiantar, menjelaskan bahwa pendidikan seks diberikan melalui pelajaran agama dan biologi.
"Kalau tentang seks bebas, di pelajaran agama nanti gurunya akan mengarahkannya sesuai agama masing-masing dan termasuk juga dalam program roots. Ini sebutan lain untuk program jejaring," jelasnya.
Jadi, setiap awal semester, sekolah akan memilih tiga perwakilan siswa dari masing-masing kelas untuk mendapatkan bimbingan.
Sekolah akan membimbing anak-anak tersebut dengan pedoman P5 Kurikulum Merdeka.
Nantinya, anak-anak ini diharapkan akan menjadi role model bagi teman sekelasnya, melakukan pendekatan, dan komunikasi antar siswa.
Karena dalam beberapa kasus, katanya, komunikasi yang terjalin melalui siswa ke siswa lebih efektif.
Namun, dia mengakui bahwa sosialisasi tentang pendidikan seks masih dipengaruhi oleh norma-norma sosial.
Dia menjelaskan, memang dalam sosialisasi tentang pendidikan seks, itu masih dipengaruhi oleh norma.
“Sebab, seks masih menjadi hal yang tabu di dalam lingkungan kita,” ungkapnya.
Ia juga menjelaskan bahwa pendidikan seks yang diberikan kepada siswa dalam kadar yang cukup untuk menghindari rasa penasaran yang lebih jauh yang timbul di kalangan pelajar.
Editor: Norben Syukur