PARBOABOA, Sukabumi - Sebuah makam bersejarah yang usianya lebih dari 100 tahun di Jalan Kapitan, Kelurahan Cikundul, Kecamatan Lembursitu, Kota Sukabumi nyaris terlupakan. Makam yang dibangun tahun 1906 itu adalah tempat persemayaman Sim Keng Koen, seorang Birokrat Tionghoa-Indonesia pertama di Sukabumi pada era Hindia Belanda. Di tempat itu pula disemayamkan istri Kapitan Sim Keng Koen, Fransisca Louisa Zecha pada 1939.
Keberadaan makam bersejarah itu kembali terkuak setelah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sukabumi hendak membangun sebuah Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, dan Recycle (TPS3R) seluas 200 meter persegi, tepat di depan pusara yang kini kondisinya rusak. Para pegiat sejarah yang tergabung dalam Yayasan Dapuran Kipahare kemudian bergerak agar situs bersejarah itu tak dibongkar akibat dampak pembangunan TPS3R.
Ketua komunitas Yayasan Dapuran Kipahare, Irman Firmansyah mengatakan, Kapitan Sim Keng Koen adalah seorang pesohor di zamannya, dikenal sebagai pimpinan etnis Tionghoa-Indonesia. Keberadaan Kapitan Sim Keng Koen membawa pengaruh terhadap pembangunan Sukabumi yang pada saat itu berada di bawah pimpinan Hindia Belanda.
"Kita sempat khawatir makam bersejarah ini dibongkar. Kemudian kita juga khawatir nantinya tidak ada akses masuk ke lokasi. Kebetulan kita juga sedang ada inventarisasi benda-benda dan peninggalan cagar budaya. Ini menjadi salah satu referensi untuk dijadikan objek cagar budaya nantinya. Apalagi Kota Sukabumi kan punya Perda tentang Cagar Budaya," ungkap Irman kepada wartawan, Selasa (21/9).
Rencananya, akan dilakukan upaya perawatan dan pemugaran terhadap makam tersebut. Apalagi, Kapitan Sim Keng Koen merupakan salah satu simbol sejarah panjang perjalanan masyarakat Tionghoa di Sukabumi.
"Tentu ini sangat layak dijadikan cagar budaya. Kita sedang inventarisasi agar bisa diajukan sebagai situs cagar budaya oleh pemerintah. Sehingga untuk perawatan dan pemeliharaannya bisa dilakukan bersama. Kompleks pemakaman ini sekitar 20 meter persegi dengan tiga tingkatan. Dulunya tempat ini sangat megah. Langkah awal akan kita benahi dulu dan akan dipasangi plang sebagai tanda bahwa di tempat ini terdapat sebuah situs bersejarah," ucap Irman.
Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSTMI) Kota Sukabumi juga turut menyambangi lokasi tersebut. Ketua PSTMI Kota Sukabumi, Tan Wijaya menyebut pihaknya juga sampai saat ini tengah berupaya untuk mencari keberadaan keluarga atau ahli waris mendiang Kapitan Sim Keng Koen.
"Kita coba cari jalan agar makam bersejarah ini bisa dilestarikan. Kita cari dan hubungi pihak keluarganya dulu karena di lingkungan Tionghoa ini ketika mau memugar makam ada aturannya. Kemudian kami akan ikut membantu membenahi dan mendorong agar lokasi ini bisa dijadikan Cagar Budaya. Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa leluhur dan pahlawannya," ungkap Tan Wijaya.
Diwawancarai di lokasi yang sama, Sekretaris DLH Kota Sukabumi, Endah Aruni mengaku baru mengetahui bahwa ada makam bersejarah di lokasi tersebut.
"Kita juga belum tahu, baru sekarang. Di DLH juga tidak ada data ini. Tidak tersampaikan informasi-informasinya. Kita ambil hikmahnya, ternyata dari rencana pembangunan TPS3R ini jadi ketemu ada situs bersejarah di Kota Sukabumi. Tapi pembangunan TPS3R tetap jalan," singkat Endah.
Lurah Cikundul Agus Heryanto juga ternyata baru mengetahui ada situs bersejarah di wilayahnya.
"Kebetulan situs ini memang minim referensi. Hikmah dari pembangunan TPS3R jadi diketahui ada situs bersejarah. Kalau dulu sebelum ada rencana pembangunan TPS3R di sini seperti hutan, banyak pepohonan dan rerumputan jadi tertutupi. Pokoknya tidak terlihat. Tentu ini bisa jadi potensi wisata sejarah di kawasan kami. Mungkin untuk ke depan kita akan libatkan komunitas Tionghoa, kita kerja bakti dan pasang plang supaya ini bisa dikenal," pungkas Agus.