PARBOABOA – Tepat pada tanggal 10 November kemarin, kita merayakan Hari Pahlawan untuk mengenang dan menghormati jasa-jasa para pahlawan tanah air.
Kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh Indonesia di masa lampau dipengaruhi oleh kontribusi para pahlawan. Tidak hanya dari kalangan pria, melainkan juga dari beberapa wanita pemberani.
Mengutip dari laman resmi rri.co.id, pahlawan nasional wanita memiliki peran penting dalam memperjuangkan Indonesia dari penjajahan, baik melalui perjuangan politik, sosial, pendidikan maupun kebudayaan.
Kontribusi mereka menciptakan jejak sejarah yang memancarkan semangat patriotisme dan kesetaraan gender di Bumi Pertiwi.
Adanya perempuan pemberani ini tidak hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga menjadi agen perubahan yang memberikan kontribusi besar terhadap pembentukan identitas suatu negara.
Lantas, siapa saja nama pahlawan nasional wanita Indonesia yang begitu menginspirasi? Yuk, temukan jawabannya dalam ulasan berikut ini!
1. Maria Walanda Maramis
Maria Walanda Maramis merupakan salah satu pahlawan nasional wanita asal Sulawesi yang lahir pada 1 Desember 1872. Dalam perjuangannya, ia bertekad untuk mengatasi ketertinggalan pendidikan kaum perempuan di Indonesia.
Dalam perjalanan hidupnya, ia pernah belajar di Sekolah Melayu di Maumbi, Minahasa Utara. Akan tetapi, ia tak dapat lanjut ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Setelah itu, Maria mendirikan organisasi yang dinamakan Percintaan Ibu Kepada Anak Temurunnya (PIKAT) dengan tujuan memajukan pendidikan perempuan.
Melalui PIKAT, perempuan diberdayakan dengan keterampilan untuk kehidupan sehari-hari, seperti memasak, menjahit, merawat bayi, dan sebagainya. Keterlibatan Maria dalam PIKAT berlangsung hingga saat kematiannya pada tanggal 22 April 1924.
2. Martha Christina Tiahahu
Pahlawan nasional wanita yang selanjutnya adalah Marta Christina Tiahahu. Wanita kelahiran Pulau Nusalalut, 4 Januari 1800 ini berusaha memerdekakan kaum perempuan dari keterbelakangan pendidikan.
Saat berusia 17 tahun, ia telah bersedia menggunakan senjata untuk melawan penjajah Belanda, dan tidak hanya itu, Martha selalu memberikan semangat pada perempuan agar turut membantu di medan pertempuran.
Namun sayangnya, Ayahnya yang bernama Kapitan Paulus Tiahahu dihukum mati oleh Belanda. Kejadian pilu tersebut membuat fisik dan mental Martha terganggu.
Tak hanya itu, ia ditangkat bersama 39 orang lainnya dan dibawa ke Pulau Jawa dengan kapal Eversten untuk dijadikan sebagai pekerja paksa di perkebunan kopi.
Namun, kondisi kesehatan Martha semakin memburuk di atas kapal karena menolak makan dan perawatan. Ia akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada 2 Januari 1818 dan disemayamkan dengan penghormatan militer di Laut Banda.
3. Laksamana Malahayati
Laksamana Malahayati adalah salah satu pahlawan nasional wanita yang lahir di Aceh pada tahun 1550. Ia merupakan pejuang dari Kesultanan Aceh yang memimpin 2.000 pasukan Inong Balee (janda-janda pahlawan yang telah syahid).
Dengan keteguhan hati, mereka bertempur melawan kapal dan benteng Belanda, berhasil membunuh Cornelis de Houtman pada 11 September 1599.
Berkat keberaniannya, Malahayati dianugerahi gelar Laksamana. Namun, Malahayati gugur pada tahun 1615 ketika melindungi Teluk Krueng Raya dari serangan Portugis di bawah pimpinan Laksamana Alfonso De Castro.
4. Cut Nyak Meutia
Perempuan pemberani asal Aceh ini berjuang melawan Belanda bersama suaminya, Teuku Muhammad. Mereka terlibat dalam perang dengan Korps Marechausée, menyebabkan suaminya gugur pada 26 September 1910 dan Cut Nyak Meutia berhasil lolos.
Setelah suaminya ditangkap dan dihukum mati pada tahun 1905, Cut Nyak Meutia menjalankan wasiatnya, yakni menikah dengan Pang Nanggroe.
Pahlawan Nasional wanita ini kemudian melanjutkan perlawanan dengan sisa pasukannya. Namun, Cut Nyak Meutia akhirnya gugur pada 24 Oktober 1910.
5. Raden Adjeng Kartini
Nama Raden Adjeng Kartini tentunya sudah tak asing lagi didengar. Ia merupakan salah satu pahlawan nasional wanita Indonesia yang dengan berani memperjuangkan kebangkitan perempuan di Indonesia.
Kritiknya terhadap budaya Jawa yang menghambat perkembangan perempuan terungkap melalui surat-suratnya. Kartini lahir pada 21 April 1879 dan kemudian ditetapkan sebagai Hari Kartini yang diperingati setiap tahunnya.
6. Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien adalah pahlawan nasional wanita yang lahir di Lampadang Kerajaan Aceh. Ia dikenal lewat partisipasinya dalam peperangan bersama masyarakat Aceh.
Saat perang Aceh meletus pada tahun 1873, suaminya Teuku Ibrahim Lamnga gugur di medan pertempuran.
Usai ditinggal pergi sang suami, Cut Nyak Dien kembali meneruskan perjuangan melawan penjajahan Belanda. Ia aktif terlibat dalam perang gerilya bersama pejuang Nusantara lainnya hingga mencapai usia 50 tahun.
Gelar pahlawan wanita nasional Aceh diberikan kepadanya oleh pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.
7. Dewi Sartika
Sama halnya dengan RA Kartini, Dewi Sartika merupakan seorang pahlawan nasional kelahiran Jawa Barat yang memainkan peran penting dalam pemberdayaan perempuan di bidang pendidikan.
Pada 16 Januari 1904, ia mendirikan Sekolah Istri yang awalnya hanya berisikan sekitar 20 murid. Sekolah tersebut terus berkembang seiring berjalannya waktu dan resmi berubah nama menjadi Sekolah Keutamaan Istri pada tahun 1910.
Pengabdian Dewi Sartika di bidang pendidikan diakui oleh pemerintah Indonesia. Pada 2 Mei 1964, gelar pahlawan nasional disematkan kepadanya melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 1964.
8. Andi Depu Maraddia Balanipa
Andi Depu Maraddia Balanipa dikenal lewat perjuangannya melawan Belanda pada tahun 1946. Perjuangannya tidak singkat karena dirinya ikut terlibat dalam perang melawan Belanda dan Jepang.
Pada tahun 1943, ia aktif dalam mendirikan Fujinkai di Mandar sebagai organisasi gerakan wanita. Saat Indonesia baru merdeka pada 1945, Andi Depu dengan gigih menyebarkan berita Proklamasi ke seluruh wilayah Mandar.
Berkat kontribusinya bagi bangsa Indonesia, Andi Depu diberi gelar pahlawan nasional pada 8 November 2018 melalui Keputusan Presiden RI Nomor 123/TK/2018.
9. Siti Manggopoh
Siti Manggopoh adalah salah satu pahlawan nasional wanita berhijab yang berasal dari Manggopoh, Agam, Sumatra Barat. Ia turut berjuang pada era kolonialisme.
Bersama suaminya, Siti dengan berani berjuang di medan perang. Aksi heroiknya membuat sosoknya dikenal sebagai Singa Betina dari Manggopoh.
Berkat pengorbanannya melawan penjajah, Mande Siti dihormati sebagai pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964.
10. Fatmawati
Gelar ibu negara pertama Indonesia melekat dalam dirinya. Istri Presiden Soekarno ini berasal dari Sumatra Barat dan memiliki keturunan dari Kesultanan Indrapura.
Fatmawatimendapat penghargaan sebagai pahlawan nasional wanita berkat perannya dalam menjahit bendera merah putih untuk upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
11. Nyi Ageng Serang
Nyi Ageng Serang berasal dari Purwodadi, Jawa Tengah. Ia adalah pahlawan wanita yang ikut memimpin pasukan melawan Belanda pada tahun 1825.
Nenek Ki Hajar Dewantara ini dianugerahi gelar pahlawan nasional wanita Indonesia melalui Surat Keputusan Presiden RI No. 084/TK/1974 sebagai pengakuan atas jasanya dalam perjuangan kemerdekaan.
12. Opu Daeng Risadju
Pahlawan nasional wanita yang berasal dari Sulawesi adalah yang bernama Opu Daeng Risadju. Ia aktof terlibat dalam Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII) cabang Parepare pada periode 1880-1962.
Risadju pernah ditangkap dan dipenjara selama 14 bulan oleh pemerintah kolonial karena perannya dalam menyebarkan propaganda tentang Islam. Ia menjadi sasaran kolonial sejak sebelum kemerdekaan hingga pasca proklamasi.
13. Siti Hartinah (Ibu Tien Suharto)
Siti Hartinah atau yang lebih dikenal sebagai Ibu Tien merupakan istri Presiden Soeharto. Ia dianugerahi gelar pahlawan usai kematiannya pada 28 April 1996.
Selain sebagai ibu negara, Ibu Tien Suharto juga berpengaruh dalam pelarangan poligami bagi pejabat di Indonesia dan memiliki kontribusi dalam berbagai proyek nasional seperti Taman Mini Indonesia Indah dan lainnya.
14. Rohana Kudus
Wartawan perempuan pertama Indonesia bernama Rohana Kudus yang mendapat penghargaan gelar pahlawan nasional pada tahun 2019.
Wanita kelahiran Koto Gadang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat ini mengabdikan hidupnya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan mendirikan Sekolah Kerajinan Amai Setia sebagai upaya pemberdayaan kaum perempuan.
15. Nyai Ahmad Dahlan
Nyai Ahmad Dahlan atau yang dikenal dengan Siti Walidah merupakan istri KH Ahmad Dahlan. Wanita yang lahir di Kauman pada tahun 1872 ini adalah pendiri Muhammadiyah.
Ia menaruh perhatian besar terhadap kaum buruh perempuan yang berada di bawah pemerintahan Hindia Belanda dan aktif falam pendidikan serta hak-hak perempuan.
Berkat pengabdiannya, Nyai Ahmad Dahlan dianugerahi gelar pahlawan nasional melalui Surat Keputusan Presiden RI Nomor 042/TK/1971 pada 22 September 1971. Sosoknya juga dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional wanita berhijab.
Demikian deretan nama nama pahlawan nasional wanita Indonesia yang turut berjuang untuk Bangsa Indonesia. Dedikasi mereka menjadi inspirasi besar bagi generasi selanjutnya untuk terlibat aktif dalam membangun dan memperjuangkan masa depan yang lebih baik.
Editor: Juni