PARBOABOA, Jakarta - Kepala pertahanan Norwegia menyebut sebanyak 180 ribu tentrara Rusia tewas-terluka selama perang di Ukraina yang hampir mendekati satu tahun. Diketahui, sekitar 100 ribu tentara Ukraina tewas atau terluka sejak perang Rusia di Ukraina pada Februari tahun lalu, dengan sekitar 30 ribu warga sipil yang tewas. Dikonfirmasi, pada Selasa (24/01/2023).
Adapun angka tersebut adalah prediksi terbaru yang diungkapkan oleh kepala militer Norwegia dalam wawancara pada Minggu (22/01/2023) waktu setempat. “Kerugian Rusia mulai mendekati sekitar 180.000 tentara yang tewas atau mengalami luka-luka,” ujar Kepala Pertahanan Norwegia Eirik Kristoffersen dalam wawancara dengan TV2.
Kristoffersen tidak menerangkan lebih lanjut mengenai bagaimana perhitungan dilakukan. Norwegia yang berbatasan langsung dengan Rusia, merupakan salah satu negara anggota Nato sejak aliansi militer itu dibentuk tahun 1949 silam.
“Kerugian Ukraina mungkin melebihi 100.000 orang yang tewas atau mengalami luka-luka. Selain itu, Ukraina memiliki 30.000 warga sipil yang tewas dalam perang yang mengerikan ini,” tutur Kristoffersen dalam pernyataannya.
Moskow dan Kiev belum memberikan data yang kredibel soal jumlah tentara dan warga sipil yang tewas dalam perang selama berbulan-bulan.
Sebelum, pada November tahun, Kepala Staf Gabungan Militer AS Mark Milley mengatakan militer Rusia mengalami kerugian lebih dari 100 ribu meliter tentara tewas atau luka-luka, dengan jumlah korban tewas yang ‘mungkin’serupa juga dialami Ukraina.
Angka-angka yang dirilis Norwegia itu tidak dapat diverifikasi secara independen. Walaupun, mengalami banyak kematian personel militer, menurut Kristoffersen, “Rusia mampu melanjutkannya (perang) untuk waktu yang cukup lama,” dengan mengutip mobilisasi dan kemampuan produksi senjata Moskow.
“Yang paling mengkhawatirkan adalah apakah Ukraina akan mampu menjaga Angkatan Udara Rusia tidak ikut perang,” jelas Kristoffersen, sembari menyebut Kiev mampu bertahan sejauh ini ‘berkat pertahanan antipesawat Ukraina’.
Sebagian besar serangan Rusia dalam beberapa bulan terakhir diluncurkan rudal jarak jauh. Kristoffersen juga menyerukan pengiriman cepat untuk tank-tank tempur ke Ukraina, yang sejauh ini tertahan terutama oleh Jerman.
“Jika mereka akan menyerang di musim dingin, mereka (Ukraina-red) membutuhkannya dengan cepat,” terang Kristoffersen.
Walaupun, ada seruan mendesak dari Ukraina dan beberapa negara Eropa, Berlin menolak untuk mengirimkan pasokan tank Leopard ke Kiev. Tank berat buatan Jerman itu digunakan oleh sejumlah negara Eropa, termasuk Norwegia. Tapi, pengiriman tank-tank berat itu ke Ukraina masih harus mendapatkan persetujuan Berlin.
Selanjutnya, Awal minggu ini. Menteri Luar Negeri (Menlu) Jerman Annalena Baerbock menyatakan negaranya akan memberi wewenang kepada Polandia untuk mengirim tank Leopard buatannya ke Ukraina, agar bisa digunakan untuk menghadapi perang Rusia. “Jika kami ditanya pertanyaan itu, maka kami tidak akan menghalangi,”jelas Baerbock kepada media setelah pertemuan puncak Prancis-Jerman di Paris.
“Kami tahu betapa pentingnya tank-tank ini dan inilah mengapa kami mendiskusikannya sekarang dengan mitra kami. Kami perlu memastikan nyawa orang terselamatkan dan wilayah Ukraina dibebaskan,” pungkasnya.
Polandia sebelumnya mengumumkan siap mengirimkan 14 tank Leopard ke Kiev namun Perdana Menteri Mateusz Morawiecki mengatakan dia sedang menunggu ‘pernyataan yang jelas’ dari Berlin apakah negara produsen Leopard itu mengizinkan mengirim senjata tersebut.