PARBOABOA, Jakarta - Ide Presidential Club yang dicetus calon presiden terpilih Prabowo Subianto terus menguat.
Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo alias Bamsoet mendukung gagasan tersebut dengan mengusulkan agar sesegera mungkin dilembagakan.
Kata dia, apa yang digagas Prabowo merupakan inisiatif baik untuk mempertemukan mantan presiden dan mantan wakil presiden guna berdiskusi mengenai masalah bangsa ke depan.
Bamsoet mengatakan, pada era orde baru, Indonesia punya sebuah lembaga bernama Dewan Pertimbangan Agung (DPA) yang bertugas memberikan nasihat dan sejumlah pertimbangan kepada pemerintah.
Saat ini, lembaga semacam DPA itu tegas Bamsoet perlu dihidupkan lagi dan anggota-anggotanya diisi oleh mantan presiden dan wakil presiden.
"Kalau mau, diformalkan, kalau Pak Prabowo-nya setuju," Kata Bamsoet di kompleks gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, Selasa (7/5/2024).
Dalam keterangan terpisah, Pengamat Politik, Ujang Komarudin membaca, ada dua alasan mengapa Prabowo mencetus ide Presidential Club.
Pertama, Prabowo tegas Ujang, ingin mendapatkan masukan-masukan berbasis pengalaman-pengalaman para mantan presiden, dari mulai Megawati, SBY hingga Jokowi yang sebentar lagi akan pensiun.
"Dalam pemerintahan masing-masing, di masa-masa sulit dan susah, presiden-presiden itu, yang masih hidup, bisa berkontribusi pemikirannya," kata Ujang kepada Parboaboa, Selasa (7/5/2024).
Dengan adanya Presidential Club ini nanti, tambah Ujang ada kekuatan baru yang memberikan masukan dan nasihat kepada Prabowo Subianto.
Kedua, Prabowo ingin menjadi jembatan untuk menyatukan mantan-mantan presiden yang saat ini hubungannya tidak baik-baik saja, berkonflik dan saling berhadap-hadapan.
Ujang misalnya menyebut ketegangan antara Presiden Megawati Soekarnoputri dengan Presiden SBY sejak tahun 2014 hingga saat ini.
Ditambah, pada Pilpres 2024, hubungan Megawati dengan Jokowi juga tidak akrab.
"Saya melihat, bahwa ingin mempersatukan mantan-mantan presiden itu dalam sebuah tempat agar tidak berkonflik lagi," tegas dia.
Sementara itu, terkait seperti apa formula, bentuk dan desain Presidential Club, menurut Ujang, itu sangat tergantung pada kebijakan Prabowo Subianto.
"Tapi paling tidak dua hal itu yang saya baca."
Namun begitu, Ujang menegaskan ide Presidential Club Prabowo bukanlah sesuatu yang mudah. Tantangannya adalah menyatukan perbedaan dan hati yang berkonflik di antara sesama mantan presiden.
Presidential Club hanya akan terealisasi kalau didahului oleh rekonsiliasi dan proses damai di antara mereka.
"Kalau belum clear rekonsiliasinya, ya melalui tempat itu nanti mereka saling menggerutu, berhadap-hadapan dan tidak sehat. Jadi ini tantantangan bagi Prabowo untuk menyatukan mereka-mereka itu," tutup Ujang.
Sementara itu, Pakar Politik, Prof Massa Djafar menerangkan, langkah Prabowo bentuk presedential club adalah sesuatu yang wajar dan memang diperlukan dalam rangka membangun dukungan.
Terlebih, tegas Djafar, keterpilihan Prabowo sebagai pemenang kontestasi Presiden menyimpan beberapa persoalan serius dan kontroversi.
Menurut Djafar, tidak cukup bagi Prabowo menjadi presiden bermodal legal-formal hasil keputusan Mahkamah Konstitusi, mengingat sebagian akademisi dan masyarakat sipil memberikan catatan buruk terhadap proses kemenangannya.
"Diakui atau tidak, Prabowo mungkin menyadari kondisi objektif politik pasca pilpres ada ganjalan terhadap legitimasi politik," kata Djafar kepada Parboaboa, Selasa (7/5/2024).
"Apalagi dissenting opinion 3 hakim MK, memberi catatan buruk bagi kemenangan Prabowo," tambahnya.
Karena itu, tidak mengherankan kalau Prabowo mengambil langkah politik dengan membangun political trust, legitimasi dan politik akomodasi.
"Dalam berbagai bentuk kompensasi atau political reward kepada kelompok yang berseberangan, yang tidak sejalan, apalagi kepada kelompok pendukung," Kata Djafar.
Dengan politik akomodasi ini, Djafar memprediksi gaya politik Presiden Jokowi tak mungkin diikuti oleh Prabowo, "karena pemerintahan yang dipimpinnya tidak banyak mendapat tentangan atau oposisi."
Sebelumnya, Presidential Club Dicetuskan Prabowo melalui Jubir Pribadinya, Dahnil Anzar Simanjuntak.
Kata Dahnil, Prabowo berkeinginan membentuk wadah khusus bagi mantan presiden berkumpul sehingga dapat menyumbang gagasan-gagasannya untuk membangun bangsa.
Selain untuk menggalang kekompakan, solidaritas dan kerukunan di antara sesama pemimpin, Dahnil menegaskan, Prabowo menginginkan terjalinnya silaturahmi kebangsaan, hingga "menjadi teladan bagi masyarakat Indonesia."