Mi Awai: Tetap Eksis Sejak 1948 dengan Resep dan Warisan Asli

Outlet Mi Awai di Jl. Sutomo No.101, Kota Pematangsiantar. (Foto: PARBOABOA/Sandy)

PARBOABOA, Pematangsiantar - Di tengah pesatnya perkembangan kuliner modern, Mi Awai Pematangsiantar tetap mempertahankan cita rasa autentiknya sejak tahun 1948.

Setiap mangkuk mi pangsitnya bukan hanya menyajikan rasa, tetapi juga pengalaman kuliner yang menyatu dengan sejarah panjang dan tradisi yang terus hidup hingga kini.

Dengan resep asli yang tidak pernah berubah, Mi Awai tetap menjadi ikon kuliner populer berkat sentuhan nostalgia dalam setiap suapan mi pangsitnya.

Saat ditemui oleh Parboaboa, Jumat (26/07/2024), seorang pelayan menunjukkan buku menu Awai yang memiliki terbilang unik.

Di halaman pertama, terdapat sejarah singkat berdirinya Mi Pangsit Awai hingga sekarang. Sementara halaman-halaman berikutnya menampilkan berbagai menu, lengkap dengan penjelasan tentang empat varian mi buatan Awai.

Buku menu Mi Awai yang berisi sejarah singkat. (Foto: PARBOABOA/Sandy)

Tidak hanya di buku menu, tetapi juga di profil Instagram @awaisince1948, mereka sering mengunggah kata-kata motivasi, momen keseharian, serta cerita awal perjalanan Mi Awai.

Mi sendiri berasal dari negara China. Kata "mi" berasal dari bahasa Mandarin "mian" (baca: myen). Mi didefinisikan sebagai adonan tipis dan panjang yang digulung dan dimasak dalam cairan mendidih seperti air, kuah, atau minyak. Mi terdiri dari berbagai jenis tergantung bahan bakunya, salah satunya adalah mi yang terbuat dari gandum.

Sejak tahun 1948, Mi Awai bukan hanya sekadar tempat makan, tetapi juga sebuah perjalanan rasa yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Mi Awai bermula dari tangan Lou Yi, generasi pertama yang menjual mi menggunakan gerobak. Pada tahun 1971, bisnis ini diteruskan oleh Yoe Wie Lie, atau yang lebih dikenal sebagai Bapak Awai, generasi kedua.

Di bawah kepemimpinannya, Mi Awai berkembang pesat dan berhasil membuka warung pertama di Pematangsiantar.

Tahun 2002, outlet kedua dibuka di Jalan Siswondo Parman, Medan, dan saat itulah merk Awai resmi dipatenkan.

Perkembangan terus berlanjut dengan dibukanya outlet ketiga di Jalan Wahidin No 4, Medan, pada tahun 2008, dan outlet keempat di Cemara Asri, Deli Serdang, pada tahun 2010.

Kemudian, di tahun berikutnya, outlet kedua di Jalan Siswondo Parman pindah ke No 20, dan pada tahun 2018, outlet kelima dibuka di Padang Bulan, Jalan Jamin Ginting No 688, Medan.

Dengan semangat dan ketekunan tersebut, terciptalah resep asli mi pangsit Awai yang hingga kini tidak pernah berubah. Resep ini tetap menjadi rahasia yang memberikan sentuhan nostalgia dalam setiap suapan.

Julian (21), leader di Mi Pangsit Awai, mengaku bahwa selama tiga tahun bekerja di sana, yang membuat tempat ini istimewa adalah resep dan olahan makanan yang tetap konsisten sejak dulu hingga sekarang.

"Kalau menurutku, selama tiga tahun bekerja di sini, yang membuat Awai berbeda adalah karena semua dilakukan dengan tangan kami sendiri. Mulai dari olahan empat varian mi, kecap asin, garam, hingga minyak, semuanya kami buat sendiri," kata Julian kepada PARBOABOA, Jumat (26/07/2024).

Kini Mi Awai dinaungi oleh generasi ketiga, Chandra Johan, yang tidak hanya fokus pada kualitas rasa tetapi juga kesejahteraan karyawan.

Di outlet pertama ini, terdapat 20 karyawan. Julian bercerita bahwa setiap tahunnya mereka diberangkatkan oleh owner untuk berlibur ke luar negeri seperti Bangkok, Malaysia, dan Singapura.

"Sebelum menjadi karyawan tetap, setiap karyawan mendapatkan pelatihan intensif di Jakarta, dari penanganan situasi darurat hingga pertolongan pertama di dapur," tambah Julian.

Selain populer di kalangan masyarakat Pematangsiantar, Mi Awai juga telah menjadi tujuan favorit banyak artis dan selebgram. Beberapa di antaranya termasuk Judika, Jeka Saragih, Jevan Nathanio, Catheez, Brandon Kent, dan Cellos, yang pernah datang untuk menikmati cita rasa legendarisnya.

Selain karena rasanya yang khas, ada cerita unik yang membuat Mi Awai bertahan hingga sekarang.

Pada masa Orde Baru, ketika banyak etnis Tionghoa mengalami diskriminasi, Mi Awai mampu bertahan berkat kemampuan adaptasi pemiliknya.

Pemilik Mi Awai, yang beretnis Tionghoa, menikah dengan seorang perempuan lokal, sehingga memudahkan mereka berbaur dan menjalankan usaha dengan lebih aman.

Kisah mereka bukan hanya tentang kuliner, tetapi juga tentang kekuatan bertahan di tengah tantangan.

Kendati demikian, di balik kesuksesan Mi Awai, ada banyak rintangan yang harus dihadapi. Ketika pandemi COVID-19 mengguncang berbagai sektor, termasuk bisnis makanan, Mi Awai mengalami penurunan penjualan yang drastis.

Julian bercerita bahwa pada masa itu, mereka bahkan terpaksa memulangkan beberapa staf karena kesulitan finansial.

Namun, di tengah krisis tersebut, mereka tidak menyerah. Mi Awai kemudian beradaptasi dengan mencari bahan baku yang lebih murah namun tetap berkualitas, seperti mengurangi penggunaan daging yang awalnya 20 kg menjadi 15 kg.

"Staf dan karyawan kami liburkan dua kali seminggu, jadi gaji yang didapat sesuai dengan kerja keras mereka. Itu berlangsung sampai pandemi mereda, baru kemudian kondisi mulai membaik," ujar Julian.

Sandra (18), seorang pelanggan, mengatakan bahwa Mi Awai menyajikan mi dengan rasa enak dan gurih yang pas. “Porsinya terbilang besar dan lengkap dengan berbagai topping. Namun, cabainya terasa kurang pedas baginya dan tempatnya agak sempit,” katanya kepada Parboaboa, Rabu (31/07/24).

Di kota yang penuh dengan penjual mi pangsit ini, Julian mengaku Mi Awai tetap memiliki cita rasa khas tersendiri bagi para pelanggannya.

Meski banyak pesaing, termasuk Ayen yang berada tepat di sebelahnya, Mi Awai tetap menjadi favorit karena cita rasanya yang khas.

"Menurutku, tergantung cita rasa yang ada. Memang banyak mi pangsit di Pematangsiantar, tapi selera orang berbeda-beda. Ada yang suka mi tipis, ada yang suka mi tebal. Setiap mi pangsit punya keistimewaan sendiri. Jadi, balik lagi ke selera masing-masing," pungkas Julian.

Kisah Mi Awai adalah bukti bahwa dengan adaptasi dan inovasi, bisnis bisa bertahan bahkan di masa-masa sulit.

Editor: Sandy
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS