PARBOABOA, Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengumumkan bahwa Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen selama enam kuartal berturut-turut.
Bahkan, pada kuartal I-2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia secara tahunan (year-onyear/YoY) mencapai 5,03 persen.
Menurutnya, pencapaian ini merupakan prestasi yang luar biasa mengingat seluruh dunia tengah berada dalam ketidakpastian global. Selain itu, Indonesia juga mencatatkan pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan negara-negara di benua Eropa.
"Jadi, kita berhasil tumbuh 5 persen itu bukan usiness as usual, kita berhasil tumbuh di tengah ketidakpastian global dan di atas rata-rata negara lain," tutur Airlangga dalam Opening Ceremony of Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia 2023, Senin (8/5/2023).
Airlangga melanjutkan, pada kuartal pertama tahun 2023, pertumbuhan ekonomi Uni Eropa hanya mencapai 1,3 persen. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) sebesar 1,8 persen, dan ekonomi Jerman hanya tumbuh 0,2 persen.
Beralih ke kawasan Asia, pertumbuhan ekonomi Indonesia juga masih lebih baik, dimana ekonomi Korea Selatan hanya tumbuh sebesar 0,8 persen, dan China mencapai 4,5 persen.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Erwin Haryono melaporkan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia menurun pada akhir April 2023 dibandingkan dengan periode Maret 2023.
Dimana sebelumnya cadangan devisa Indonesia berada di posisi US$ 145,2 miliar atau setara Rp 2.178 triliun. Namun kini turun menjadi US$ 144,2 miliar atau setara Rp 2.163 triliun (kurs Rp 15.000/US$). Meskipun mengalami penurunan, angka tersebut dinilai masih tinggi.
Menurut Erwin, penurunan ini dipengaruhi oleh kebutuhan pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebutuhan likuiditas valas yang diperlukan sehubungan dengan antisipasi dalam rangka Hari Besar Keagamaan Nasional.
Kendati demikian, Erwin menilai angka tersebut masih tetap tinggi dan mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
"Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 6,4 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor," ujarnya.