PARBOABOA, Medan – Laju tekanan inflasi di Sumatera Utara (Sumut) pada bulan Mei 2024 berada di level 0.48 persen secara bulanan atau month to month.
Hal ini dinilai sangat mengecewakan. Berdasarkan rilis data Badan Pusat Statistik (BPS), laju tekanan inflasi Sumut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi nasional yang justru merealisasikan deflasi 0.03 persen.
Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan ada selisih 0.51 persen untuk laju tekanan inflasi di wilayah Sumatera Utara jika dibandingkan dengan realisasi inflasi nasional.
“Saya sendiri memperkirakan Sumut akan merealisasikan inflasi di bulan Mei maksimal 0.2 persen sebelumnya,” ujar Gunawan Benjamin kepada PARBOABOA, Senin (03/06/2024).
Data BPS menuliskan, tingginya inflasi di Sumut disumbang oleh tiga komoditas pangan strategis yaitu cabai merah, bawang merah dan daging ayam.
Padahal, jika mempertimbangkan dari sisi konsumsi. Bulan Mei seharusnya konsumsi masyarakat Sumatera Utara mengalami penurunan selama tahun berjalan.
Pasalnya pada Mei 2024, ada normalisasi belanja setelah perayaan Idul Fitri di bulan sebelumnya yaitu April.
Namun, kebijakan pemerintah yang memberlakukan libur panjang untuk dua kali perayaan hari besar di bulan Mei diperkirakan menjadi salah satu pendorong laju harga barang semakin sulit ditekan.
Gunawan Benjamin menuturkan, deflasi yang terjadi pada perekonomian nasional membuat Sumut seolah bergerak anomali jika dibandingkan dengan kebanyakan daerah lain di Indonesia.
Dengan inflasi yang terjadi pada bulan Mei 2024 ini, Sumatera Utara masuk dalam lima besar wilayah yang pengendalian inflasinya paling buruk se-Indonesia.
Pemerintah melalui Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) seharusnya bisa mencari tahu apa penyebab tingginya inflasi di Sumut pada Mei kemarin.
Setidaknya bukan hanya bulan Mei saja, melainkan Maret laju tekanan inflasi di Sumut juga jauh dari proyeksi yaitu 0.34 persen. Pasalnya, realisasi di angka 0.72 persen secara bulanan.
“Saya menilai realisasi inflasi di Sumut ini merupakan kejutan kedua di tahun 2024. Dan saya menilai pemicu inflasi sejauh ini lebih dikarenakan oleh gangguan supply,” ungkapnya.
Gunawan Benjamin menegaskan, komoditas utama penyumbang inflasi yaitu cabai merah, bawang merah dan daging ayam mengalami kenaikan harga saat adanya gangguan persediaan.
Mulai dari cabai merah yang terganggu akibat tingginya harga cabai di luar Sumut. Ditambah dengan adanya gangguan persediaan serius di luar Sumut serta turunnya produktivitas tanaman di Sumut sendiri.
Sementara itu, bawang merah di Sumut jelas sangat bergantung dengan produksi di Jawa. Serta daging ayam yang pada dasarnya mengalami gangguan pasokan akibat kerugian yang dialami peternak selama ini.
Dari hasil pengamatan harga di awal pekan, sejumlah komoditas pangan seperti daging ayam, bawang merah dan bawang putih mengalami penurunan.
Mengacu pada data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) hari ini, rata-rata harga bawang merah mengalami penurunan senilai Rp5.000 per kilogramnya di sejumlah pasar tradisional di Kota Medan.
Harga bawang merah saat ini ditransaksikan di kisaran angka Rp45 ribu per kilogram. Turun dari posisi sebelumnya di akhir bulan Mei yang sempat berada di level Rp50 ribu per kilogram nya.
Selanjutnya, ada harga daging ayam yang sempat ditransaksikan di angka Rp38.700 per kilogram, awal bulan ini ditransaksikan di kisaran angka Rp36.300 per kilogram.
Harga tomat yang sejauh ini masih ditransaksikan dalam rentang angka yang cukup lebar memiliki kecenderungan untuk turun. Harga tomat diproyeksikan akan membentuk rata-rata harga yang lebih murah pada bulan Juni dibandingkan Mei.
Ketiga komoditas itu, menurut Gunawan Benjamin, berpeluang untuk merealisasikan angka yang konsisten lebih rendah dibandingkan Mei kemarin.
Ditambah lagi, ada peluang cabai merah juga akan mengalami penurunan harga di bulan ini. Salah satu indikatornya adalah lompatan harga cabai merah di awal pekan yang tidak begitu signifikan.
Lompatan harga cabai merah di tengah minimnya supply di awal pekan ini masih dalam rentang Rp40 sampai Rp50 ribu per kilogram.
Berdasarkan PIHPS, harga cabai merah di Kota Medan pada awal pekan ini ditransaksikan di kisaran Rp50.900 per kilogram.
“Ini kabar baik di mana harga cabai sangat berpeluang untuk ditransaksikan dalam rentang Rp35 sampai Rp45 ribu per kilogram, setidaknya hingga perayaan Idul Adha nanti,” katanya.
Meskipun terlalu dini, menghitung berapa deflasi di Sumut pada bulan Juni. Namun, jika tidak ada aral melintang Sumut akan merealisasikan deflasi di bulan Juni lebih tinggi daripada realisasi deflasi pada bulan April sebelumnya.
Artinya Sumut akan mampu mencetak deflasi justru disaat ada perayaan hari besar keagamaan seperti Ramadan serta Idul Fitri (April) serta Idul Adha (Juni).
Editor: Fika