PARBOABOA, Pematang Siantar- Masyarakat gusuran PT Perkebunan Nusantara III (PTPN) Kebun Bangun Afdelin IV masih memperjuangkan tanah yang mereka tinggali selama belasan tahun agar diberikan sugu hati (tanda mata) yang layak jika diharuskan pergi. Nilai nominal yang diharapkan sebesar Rp5 miliar perkepala keluarga (KK).
Ketua Forum Tani Sejahtera Indonesia (Futasi), Tiomerlin Sitinjak meminta pihak PTPN III Kebun Bangun Afdelin IV untuk berhenti melakukan tindakan okupasi lahan secara sepihak dan merusak tanaman dan tempat tinggal masyarakat Kelurahan Gurilla dan Bah Sorma, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematang Siantar.
“Kalau mau kami pindah kami minta suguh hatinya 5 milliar rupiah per kepala keluarga,” tuturnya saat dijumpai di kediamannya Kelurahan Gurilla, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematang Siantar, Kamis (22/12/2022).
Tiormelin mengatakan, angka sebesar itu dianggap sudah sesuai yang diminta masyarakat Kelurahan Gurilla. Pihak Futasi sendiri diakuinya sudah menyurati kembali instansi pemerintah terkait, seperti DPRD dan Kapolres
Pematang Siantar untuk dapat memediasi keinginan masyarakat.
Tiomerlin menuturkan keinginan masyarakat hanya menginginkan tempat tinggal yang layak karena hidup mereka tidak tenang selama menjaga tanah dari okupasi yang dikuasai selama 18 tahun, termasuk kerugian tanaman bangunan bangunan yang mereka tempati.
“Untuk itu kami meminta kepada pihak PTPN dengan angka segitu, buntut dari lahan kami ini masih terdapat bangunan masyarakat dan tanaman yang di ladang kami itu belum dipanen,” ujarnya.
Tiomerlin tidak membantah bahwa beberapa masyarakat telah menerima suguh hati atau tali asih yang sudah diberikan oleh pihak PTPN III. Ia menjelaskan ada sekitar 30-40 KK yang sudah menerima suguh hati dari 110 KK yang masih bertahan selama dua bulan terjadinya okupasi lahan oleh pihak PTPN III. Nominal suguh hati yang sudah diterima warga sebesar Rp150 juta sampai Rp200 juta per KK karenakan beberapanya ada yang mendapat tekanan dari pihak PTPN yang tidak dikenal.
”Tiap malam kami tidak tenang tidur dibuat orang PTPN,” ungkapnya.
Ada kabar bahwa masyarakat ada yang menerima mobi sebagai sugu hatil, Tiomerlin membantahnya. ”Enggak benar itu, yang ada itu mereka diimin-imingi jadi karyawan di PTPN, taunya jadi BHL dan dibentrokkan ke kami,” tutupnya.
Terpisah dikonfirmasi, Lurah Gurilla, Aziz Javar mengatakan, pihaknya masih berupanya memberikan ruang bagi masyarakat Gurilla atas keluhan mereka selama terjadinya okupasi lahan tersebut. Dia menghimbau warga yang belum mendaftar dipersilahkan segera mendaftar sebelum tenggat waktu yang diberikan berakhir.
"Saya pastinya enggak tahu sudah berapa orang dan nominalnya sekarang berapa, kami hanya bisa memediasi,” terang Aziz.