PARBOABOA, Jakarta – UNICEF melaporkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi untuk anak telah mengalami penurunan selama COVID-19.
Republik Korea, Papua Nugini, Ghana, Senegal dan Jepang merupakan sebagaian negara yang di mana masyarakatnya memiliki keraguan terhadap vaksinasi sejak pandemi.
Berdasarkan data yang dikumpulkan oleh The Vaccine Confidence Project, hanya Tiongkok, India dan Meksiko yang datanya menunjukkan persepsi positif dan bahkan meningkat terhadap vaksin.
Adapun di negara lainnya, masyarakat di bawah umur 35 tahun dan perempuan cenderung memiliki kepercayaan yang kurang terhadap vaksin sejak terjadi pandemi.
Meski menurun, dukungan untuk vaksin secara keseluruhan tetap tinggi. Dari 55 negara yang diteliti, lebih dari separuh menunjukkan bahwa 80 persen responden memandang vaksin penting bagi anak-anak.
Lebih lanjut, faktor-faktor yang membuat turunnya kepercayaan terhadap vaksin adalah ketidakpastian respon pandemi, meningkatnya akses terhadap informasi yang menyesatkan, menurunnya kepercayaan terhadap ahli dan polarisasi politik.
“Pada puncak pandemi, para ilmuan bergerak cepat mengembangkan vaksin yang menyelamatkan banyak nyawa,” kata Direktur Eksekutif UNICEF, Catherine Russell, Kamis (20/04/2023).
“Namun terlepas dari pencapaian bersejarah itu, ketakutan dan disinformasi tentang semua jenis vaksin beredar luas seluas peredaran virus itu sendiri,” sambungnya.
Menurutnya, data yang ada saat ini merupakan sinyal peringatan yang telah mesuk dalam tahap mengkhawatirkan.
Pasalnya, apabila para orang tua tidak lagi mempercayai vaksinasi, maka dikhawatirkan akan timbul korban yang lebih banyak, terutama dari kalangan anak-anak.
“Data ini adalah sinyal peringatan yang mengkhawatirkan. Kita tidak bisa membiarkan kepercayaan pada imunisasi rutin menjadi korban lain dari pandemi,” ucapnya.
“Jika tidak, gelombang kematian berikutnya bisa berupa lebih banyak anak yang terkena campak, difteri atau penyakit lain yang dapat dicegah,” lanjutnya.
Ia menilai bahwa menurunnya kepercayaan imunisasi terhadap anak dikarenakan oleh pandemi COVID-19.
Pandemi juga telah memperparah kesenjangan yang ada. Banyak anak, khususnya dari kalangan yang paling terpinggirkan, vaksinasi tidak tersedia, tidak dapat diperoleh atau tidak terjangkau.
Data terbaru yang dihasilkan oleh International Center for Equity in Health untuk laporan ini menemukan bahwa dalam rumah tangga termiskin, 1 dari 5 anak tidak mendapat dosis sama sekali sedangkan di rumah tangga terkaya, hanya 1 dari 20.
Laporan itu juga menemukan bahwa anak-anak yang tidak divaksin umumnya tinggal di kawasan yang sulit dijangkau seperti kawasan pedesaan atau kawasan kumuh perkotaan.
Hal tersebut merupakan tantangan terbesar di negara-negara dengan status pendapatan rendah dan menengah, dimana zero-dose terjadi pada 1 dari 10 anak di kawasan perkotaan dan 1 dari 6 anak di kawasan pedesaan.
Editor: Maesa