PARBOABOA, Jakarta - Kaesang Pangarep baru saja ditetapkan sebagai ketua umum PSI dalam acara Kopi Darat Nasional (Kopdarnas) di Djakarta Theatre, Jakarta Pusat, Senin (25/9/2023).
Penetapan putra bungsu Presiden Jokowi itu terbilang cepat, hanya beberapa hari setelah resmi menjadi anggota dan mendapat Kartu Tanda Anggota (KTA) PSI.
Langkah PSI memilih Kaesang sebagai ketua umum memantik sejumlah kritikan, salah satunya oleh pengamat politik dari Lingkar Madani Indonesia (LIMA Indonesia), Ray Rangkuti.
Melalui keterangannya pada Selasa (26/9/2023), Ray menyebut keputusan PSI untuk memilih Kaesang sebagai ketua umum merupakan hal yang menggelikan dalam dinamika politik belakangan ini.
“Tak ada yang paling menggelikan dalam bulan ini di ruang politik, kecuali PSI memilih Kaesang Pangerap sebagai ketua umum partai itu, seperti sim salabim,” ujar Ray Rangkuti.
Kritikan Ray tentu beralasan, mengingat Kaesang baru dua hari bergabung ke partai namun langsung didapuk menjadi katua umum.
Mantan aktivis '98 itu memang mengaku tidak mengetahui persis mekanisme internal PSI dalam menunjuk seseorang untuk dapat menjabat ketua umum.
Tapi yang jelas, kata Ray, jika mengacu pada dinamika ini, maka langkah partai yang identik dengan anak muda itu sangat patut dinilai menggelikan.
Di sisi lain, cara PSI disebut mengabaikan banyak aspek dalam proses pemilihan ketua umum. Bahkan, kata Ray, untuk organisasi yang paling sederhana sekalipun, ada tata cara, waktu, sarat dan pelibatan anggota di dalam pemilihan ketua umumnya.
"Ini, seperti orang Mandailing menyebutnya belum masak tandan pisang, dia sudah jadi ketua umum,” beber Ray.
Bagi Ray, PSI menjadi seperti perusahaan keluarga lantaran jabatan ketua umum dipergilirkan bukan karena sederet alasan ideal.
Namun, Ray memahami bahwa langkah yang diambil PSI semata hanya untuk meraup suara pemilih yang memilih berdasarkan popularitas Jokowi.
Menurut Ray, sifat menggantungkan diri pada bapakisme ini sesungguhnya mengaburkan idiom PSI sebagai partai anak muda atau kaum milenial.
Sebagai partai anak muda, PSI seharusnya memberi teladan untuk selalu siap mandiri dan tidak menggantungkan nasib pada bapakisme. Ia pun ragu, PSI akan berhasil menarik simpati pemilih Jokowi.
Satu hal yang pasti, demikian Ray, PSI telah menukar idealisme dalam berpolitik untuk semata-semata mengejar suara, yang sekaligus mencerminkan standar etika politik PSI yang biasa-biasa saja.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal PSI, Raja Juli Antoni mengatakan, penunjukan Kaesang sebagai ketua umum lantaran dinilai sebagai sosok anak muda yang berhasil.
Tak hanya itu, suami Erina Gudono itu juga disebut memiliki gaya komunikasi yang baik serta rendah hati. Dengan begitu, Raja berharap Kaesang mampu membawa partai berlambang mawar itu masuk ke Senayan.
Di sisi lain, Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie menjelaskan, partainya memiliki kebiasaan menjadikan seorang yang masih baru di dunia politik sebagai ketua umum.
Grace mencontohkan dirinya ketika menjadi ketua umum pertama PSI yang kemudian digantikan oleh mantan vokalis Nidji, Giring Ganesha.
Hal ini, kata Grace, lantaran PSI diisi oleh mayoritas newbie atau anak-anak baru yang tidak mempunyai pengalaman tetapi bekerja kolektif-kolegial sebagai kekuatan utama.
Ia juga optimis Kaesang akan selalu mendapat dukungan penuh dari seluruh kader PSI yang ada di Indonesia.
Editor: Andy Tandang