PARBOABOA – Punahnya berbagai jenis makhluk hidup di muka bumi merupakan peristiwa alami yang sudah terjadi sejak berjuta-juta tahun yang lalu. Contoh yang paling sering kita dengar adalah peristiwa punahnya dinosaurus akibat jatuhnya asteroid ke bumi.
Faktor yang mempengaruhi peristiwa punahnya jenis makhluk hidup salah satunya ialah pertumbuhan penduduk dan industri. Maraknya penebangan pohon dan pembukaan lahan untuk pemukiman, membuat beberapa burung endemik di Indonesia harus kehilangan rumahnya.
Berdasarkan status keterancaman spesies sebagaimana tercatat dalam Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature), terdapat 179 jenis burung di Indonesia yang masuk ke dalam daftar jenis burung terancam punah secara global.
Jumlah tersebut meliputi 31 burung dalam kategori kritis (Critically Endangered/CR) yakni selangkah lagi menuju kepunahan, 52 burung dinyatakan genting (Endangered/EN), dan 96 jenis burung dikategorikan rentan terhadap kepunahan (Vulnerable/VU).
Berikut ini, Parboaboa akan menjelaskan beberapa di antara jenis burung di Indonesia yang terancam punah. Simak penjelasan lengkapnya pada ulasan di bawah ini.
Jenis Burung yang Dilindungi dan Hampir Punah
Berikut beberapa jenis burung yang hampir punah di Indonesia.
1. Burung Jalak Bali
Burung yang berasal dari Bali ini sudah lama masuk ke dalam daftar burung langka di Indonesia karena perburuan liar. Burung Jalak Bali memiliki ciri bulu yang cerah dan garis biru pada bagian mata. Sementara pada bagian ujung ekor dan sayapnya terdapat garis-garis berwarna hitam.
Melansir dari laman Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Tengah, diperkirakan ada 303 ekor burung Jalak Bali di tahun 2020 yang tersisa.
2. Burung Cendrawasih Biru
Cendrawasih Biru atau yang memiliki nama ilmiah Paradisaea Rudolphi adalah burung langka asli Indonesia dari Papua. Burung ini memiliki bulu yang dominan berwarna biru cantik. Habitat aslinya berada di hutan pegunungan Papua Nugini bagian timur dan tenggara.
3. Burung Sikatan Aceh
Dilansir dari laman Mogabay, burung ini sudah satu abad tidak pernah lagi terlihat di alam bebas. Burung Sikatan Aceh menjadi salah satu burung langka Indonesia yang berasal dari Aceh. Burung ini menjadi langka karena habitatnya yang terus berkurang karena eksploitasi hutan.
Burung dengan nama ilmiah Cyornis ruckii ini memiliki bulu berwarna biru dan bagian perutnya terdapat gradasi warna kuning ke putih untuk burung jantan. Untuk betinanya, bulunya didominasi warna cokelat dengan gradasi warna kuning ke putih.
4. Burung Tokhtor Sumatera
Burung endemik asal Sumatra ini ditemukan di Bukit Barisan dengan populasi kurang dari 300 ekor. Burung Tokhtor Sumatera memiliki ciri warna hitam pada bagian kepala dan paruh berwarna hijau. Sedangkan sayapnya bergradasi warna hijau, biru, dan ungu tua serta terdapat garis-garis cokelat di sekitar badannya.
Burung Tokhtor Sumatera ini masuk ke dalam daftar burung langka di Indonesia yang populasinya terancam dan sedang dalam tahap konservasi di Taman Nasional Waykambas.
5.Burung Kedasi atau Wiwik
Burung wiwik adalah jenis burung yang termasuk unik karena suaranya yang keras melengking dan cukup menyeramkan. Burung wiwik menjadi salah satu burung unik asli Indonesia karena banyak orang percaya jika burung ini bisa menjadi pertanda bahwa akan ada orang yang meninggal.
6. Burung Cililin
Burung Cililin adalah jenis burung yang bisa di jumpai di wilayah hutan Sumatra, Kalimantan, Jawa dan Sumbawa. Burung ini terbilang unik karena memiliki suara yang ngerol.
Bentuk dari burung ini juga sangat cantik karena memiliki jambul yang tinggi seperti antena. Jumlahnya yang semakin sedikit membuat pemerintah menjadikan hewan ini hewan yang dilindungi.
7. Burung Gagak Banggai
Burung Gagak Banggai sempat dinyatakan punah. Namun pada tahun 2007, sekawanan Burung Gagak Banggai kembali ditemukan di Pulau Peling tepatnya di Pegunungan Peling Barat, Sulawesi Tengah.
Burung dengan nama ilmiah Corvus unicolor ini memiliki ciri yang hampir sama dengan burung gagak pada umumnya yakni berwarna hitam. Dan populasi mereka saat ini diperkirakan sekitar 500 ekor.
8. Burung Kehicap Boano
Burung kecil ini memiliki ciri sayap, ekor dan kepala berwarna hitam. Sementara bagian tubuhnya berwarna putih bersih. Burung Kehicap ini mendiami Pulau Boano yang terletak di barat laut Pulau Seram, Maluku Selatan.
Dilansir dari laman detik.com, populasi burung Kehicap Boano ini diperkirakan hanya 100-200 ekor saja. Jumlahnya terus berkurang karena angka eksploitasi hutan semakin tinggi.
9. Burung Truleg Jawa
Burung langka Indonesia selanjutnya ada Truleg Jawa. Burung ini biasa tinggal di daerah basah seperti di pinggir sungai atau rawa-rawa. Burung Truleg Jawa memiliki ciri khas kakinya panjang seperti burung bangau, paruh pendek serta warna bulu yang didominasi coklat pada sayapnya. Di bagian perutnya berwarna putih dan kepala berwarna hitam.
10. Elang Flores
Burung karnivora yang hidup di Flores NTT ini merupakan salah satu jrnis burung yang terancam punah. Burung pemangsa ini memiliki ciri-ciri bulu berwarna coklat dan kukunya yang berwarna hitam.
11. Burung Maleo
Burung yang hidup di wilayah Sulawesi Utara ini menjadi burung yang langka dan terancam punah karena burung Maleo hanya bertelur satu kali dalam satu musim. Burung ini memiliki ciri bulu berwarna hitam dan bagian bawahnya memilikibulu berwarna merah muda.
12. Merak Hijau
Burung ini memiliki keunikan di ekornya karena dapat membuka dan menutup seperti kipas serta memiliki warna yang eksotis. Burung merak hijau terdapat di wilayah Pulau Jawa. Burung yang memakan biji-bijian ini terancam punah karena perburuan liar.
Itulah beberapa burung langka yang dilindungi dengan status terancam punah. Maka dari itu, mari kita bersama-sama mencegah perburuan liar terhadap hewan endemik Indonesia agar tetap lestari. Terima kasih.
Saksikan juga ulasan selengkapnya di platform media sosial Parboaboa:
YouTube: https://youtube.com/shorts/q8bIiemN7XY?feature=share
Twitter: https://twitter.com/parboaboa/status/1637776527214657541?s=20
TikTok: https://vm.tiktok.com/ZS8VbWsT4/
Instagram: https://www.instagram.com/reel/CqAj6J9juKA/?hl=id
Editor: Lamsari Gulo