Jakarta Jadi Kota dengan Polusi Terburuk Dunia: Apa Saja Penyebabnya?

Jakarta menjadi salah satu kota dengan polusi udara terburuk di dunia (Foto: Instagram/@dinaslhdki)

PARBOABOA, Jakarta - Hujan deras mengguyur Jakarta pada Minggu (04/07/2024) dan menyebabkan beberapa lokasi terdampak banjir.

Kondisi demikian seharusnya mempengaruhi kualitas udara di Jakarta menjadi lebih teduh.

Namun, laporan terkini justru menyebut Jakarta memegang predikat sebagai kota dengan polusi udara terburuk di dunia.

Menurut data situs pemantau kualitas udara IQAir pada Senin (05/08/2024), Jakarta menduduki peringkat pertama dalam daftar kota dengan kualitas udara terburuk. 

Indeks Kualitas Udara (AQI) Jakarta tercatat mencapai 169 poin dan tergolong dalam kategori tidak sehat. 

Kategori ini menandakan udara di Jakarta sangat buruk untuk aktivitas luar ruangan bagi semua kelompok masyarakat.

Selain Jakarta, Medan dan Batam juga termasuk dalam daftar 20 kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Medan berada di peringkat kelima dengan AQI sebesar 126 poin dan masuk dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif. 

Kualitas udara di kategori ini berisiko mengganggu kesehatan manusia, hewan, dan tumbuhan yang sensitif.

Di sisi lain, Batam menempati posisi ke-16 dengan AQI sebesar 77 poin sehingga dikategorikan dalam skala sedang. 

Kualitas udara pada kategori tersebut umumnya tidak membahayakan kesehatan manusia atau hewan, namun dapat mempengaruhi tumbuhan yang sensitif dan estetika lingkungan.

Di peringkat kedua kota dengan kualitas udara terburuk dunia adalah Kampala di Uganda dengan AQI sebesar 153 poin, diikuti Kinshasa di Kongo dengan 152 poin, dan Lahore di Pakistan yang juga mencatatkan AQI 152 poin.

Apa Penyebabnya?

Terpisah, Sistem Informasi Lingkungan dan Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta melaporkan kualitas udara di Jakarta secara keseluruhan berada pada kategori sedang dengan indeks angka 79.

Kategori sedang menunjukkan tingkat kualitas udara tidak berdampak pada kesehatan manusia atau hewan, namun bisa mempengaruhi tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika lingkungan.

Sejumlah wilayah yang tercatat berada dalam kategori udara sedang meliputi Kebon Jeruk, Kelapa Gading, dan Lubang Buaya. Sementara, wilayah dengan kategori udara tidak sehat adalah Jagakarsa.

Temuan sejumlah lembaga pemerhati lingkungan hidup menyebut, berbagai faktor yang menyebabkan kualitas udara di Jakarta memburuk antara lain:

Pertama, emisi kendaraan. Sebagai kota padat penduduk, aktivitas kendaraan bermotor menjadi salah satu penyumbang terbesar pencemaran udara di Kota Jakarta. 

Kendaraan bermotor menyumbangkan emisi karbon monoksida (CO) yang berdampak pada meningkatnya polusi udara dari tahun ke tahun.

Kedua, pergerakan angin. Selain emisi kendaraan, pergerakan angin juga berperan dalam peningkatan pencemaran udara di Jakarta. 

Pada bulan Juni dan Juli, angin muson timur yang bertiup membawa udara kering dan mempengaruhi kualitas udara di Jakarta menjadi lebih kering dan berpolusi.

Ketiga, musim kemarau. Musim kemarau yang panjang, seperti yang terjadi sepanjang tahun 2023, memberikan dampak signifikan pada kualitas udara di Jakarta. 

Kurangnya curah hujan menyebabkan polusi udara meningkat sehingga memperburuk kualitas udara.

Keempat, pembangkit listrik. Penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara juga menyumbang polusi udara yang signifikan. 

PLTU menghasilkan sulfur dioksida (SO2) sebagai polutan yang dapat merusak lingkungan. Di Jakarta, terdapat setidaknya 16 PLTU milik PLN dan perusahaan listrik swasta yang setiap harinya menghasilkan emisi SO2.

Kelima, kegiatan industri. Sebagai jantung perekonomian Indonesia, Jakarta menjadi rumah bagi berbagai pabrik dan industri. 

Aktivitas industri ini tidak hanya menghasilkan limbah fisik, tetapi juga menyumbang pencemaran udara. Limbah udara dari aktivitas industri menambah buruknya kualitas udara di Jakarta.

Editor: Defri Ngo
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS