PARBOABOA, Jakarta - Komoditas beras masih memegang peranan utama dalam kontribusi inflasi pada September 2023.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan bulanan pada tingkat inflasi beras mencapai titik tertinggi sejak Februari 2018, sementara tingkat inflasi tahunan mencapai puncak terakhirnya sejak 2014.
Beras menjadi komoditas yang menyumbang sebesar 0,05 persen, sementara tingkat inflasi tahunan Indonesia pada Agustus tercatat 3,27 persen (yoy).
Jika dirinci secara keseluruhan, pada September 2023, Indonesia mengalami kenaikan inflasi secara tahunan (year on year/yoy) sebesar 2,28 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) mencapai 119,96 persen.
Menanggapi hal tersebut, Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, mengindikasikan bahwa risiko inflasi terkait dengan beras masih cukup tinggi ke depan.
Hal itu disebabkan oleh harga pupuk yang belum menurun dan risiko dari fenomena El Nino.
Menurut Josua, kenaikan harga beras tidak terbatas pada 2023 saja, melainkan cenderung meningkat sejak Agustus 2022.
Salah satu penyebab kenaikan harga beras adalah lonjakan harga pupuk global, yang meningkatkan biaya produksi dalam sektor pertanian.
Harga pupuk global telah naik sejak awal 2022 akibat perang Rusia-Ukraina, meskipun dampaknya baru terasa saat musim panen Agustus 2022.
Dengan perang yang masih berlangsung, harga pupuk tidak menunjukkan tanda-tanda penurunan, sehingga biaya produksi tetap tinggi.
Josua menyarankan agar pemerintah melakukan subsidi pupuk untuk mengurangi biaya produksi pertanian.
Selain itu, pemerintah perlu meningkatkan kuota impor beras untuk memenuhi kebutuhan domestik.
Josua juga mengimbau untuk membantu konsumen, pemerintah harus secara rutin melakukan operasi pasar dan mendorong daerah-daerah strategis untuk menyediakan fasilitas penyimpanan guna memastikan distribusi beras tetap lancar.
Harga Gabah Kering Mengalami Kenaikan
Sementara itu, harga rata-rata gabah kering giling (GKG) mengalami kenaikan 9,26 persen di September dibandingkan Agustus 2023. Secara tahunan bahkan sudah melonjak 27,31 persen.
Plt Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan kenaikan harga gabah berdampak pada indeks yang diterima petani subsektor tanaman pangan dan juga petani nasional.
Indeks yang diterima petani mengalami kenaikan sebesar 2,27 persen yang merupakan kenaikan tertinggi tahun 2023.
Amalia mengungkapkan bahwa, bersamaan dengan naiknya harga gabah, harga beras juga mengalami peningkatan. Ini terjadi di berbagai tingkat, termasuk penggilingan, grosir, dan eceran.
Tercatat, harga rata-rata nasional bulan September 2023 untuk beras di penggilingan naik 10,33 persen dibandingkan Agustus 2023, dan melonjak 27,43 persen dibandingkan September 2022
Selain itu, harga di tingkat grosir naik 6,29 persen secara bulanan dan secara tahunan naik 21,02 persen.
Sementara di tingkat eceran naik 5,61 persen dibandingkan Agustus 2023, dan dibandingkan September 2022 atau secara tahunan naik 18,44 persen.
Amalia mengomentari bahwa kenaikan harga beras secara bulanan pada September tahun ini tampak lebih signifikan dibandingkan dengan kenaikan di tahun lalu.
Editor: Wenti Ayu