PARBOABOA, Jakarta - Ketua Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr Moh Adib Khumaidi, SpOT mengungkapkan keterangan terbaru mengenai kondisi korban gempa di Cianjur, Jawa Barat. Saat ini pihaknya bersama dengan IDI Cianjur masih memantau distribusi tenaga kesehatan untuk membantu para korban.
Berdasarkan data terakhir dari BNPB hingga Kamis (24/11/2022), sejauh ini tercatat ada 272 korban meninggal dunia dan 50 persen di antaranya adalah anak-anak. Sekitar ribuan orang juga dilaporkan mengalami luka-luka dan sedang menjalani perawatan.
Dr Moh Adib menerangkan, pihaknya saat ini masih mengamati pemerataan pelayanan akses yang terputus. Sembari itu, proses evakuasi masih berjalan termasuk pencarian terhadap 39 orang yang masih belum ditemukan.
"Rata-rata karena memang komplikasi dari hasil trauma yang didapatkan dari gempa," ujar Dokter Adib dalam keterangan tertulisnya, Jumat (25/11/2022).
Kemudian, saat memasuki hari kelima pasca gempa di Cianjur, beberapa penyakit mulai ditemukan.
Adapun penyakit yang banyak ditemukan tim medis di pengusian, yakni:
1. ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas)
2. Fraktur (patah tulang)
3. Luka robek
4. Alergi
5. Myalgia
6. Dyspepsia/gartritis
7. Asma
8. Diare
9. Diabetes (karena tidak terkontrol dan sulit mendapatkan pelayanan)
10. Scabies (kudis)
Sementara untuk korban anak-anak banyak kasus yang mengalami broncho pneumonia dan ISPA selain trauma, ada juga mengalami patah tulang, kaki, cedera kepala atau tubuh.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua IDI Cianjur dr Ronny Hardyanto menjelaskan bahwa tantangan yang dihadapi oleh dokter dan tenaga medis. Beberapa pasien luka terbuka dan patah tulang belum tertangani dikarenakan pasien tidak mau berobat.
Selain itu banyak korban yang tidak mau dirujuk karena kekhawatiran akan dirujuk ke luar Cianjur.
“Sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari masih sulit. Lokasi MCK belum sesuai,” pungkas dr Ronny.
Editor: -