PARBOABOA, Jakarta - Harga minyak dunia menghadapi ketidakpastian seiring dengan tanda-tanda peningkatan stok di Amerika Serikat (AS) dan jelang pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC+) terkait pasokan.
Menurut laporan American Petroleum Institute, persediaan minyak nasional AS mengalami peningkatan sebesar 9,05 juta barel dalam minggu sebelumnya, dengan peningkatan persediaan di Cushing.
Kemudian, perluasan di pusat utama Oklahoma oleh AlphaBBL menandai perkembangan penting, sementara minyak mentah menghadapi tekanan dari peningkatan indikasi pasokan non-OPEC.
Spekulasi pun muncul, memperkirakan kemungkinan pemangkasan produksi lebih lanjut oleh OPEC dan sekutunya.
Selain itu, perkiraan pergerakan menunjukkan bahwa kemungkinan pemangkasan produksi ialah satu banding lima menurut beberapa sumber, sementara Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan peluangnya satu banding tiga.
Analisis dari Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer menjelaskan bahwa harga minyak dunia akan mengalami penurunan.
Hal itu disebabkan, karena OPEC+ memutuskan untuk menunda pertemuan yang awalnya dijadwalkan pada 26 November menjadi 30 November. Keputusan ini menyebabkan penurunan sekitar 5 persen pada awal sesi perdagangan.
Data terbaru menunjukan bahwa harga minyak West Texas Intermediate (WTI) kontrak Januari 2024 terindikasi melemah sebesar -0,23 persen atau -0,18 poin menjadi USD77,59 per barel pada pukul 14.06 WIB.
Sementara itu, harga minyak Brent kontrak Januari 2024 turun -0,23 persen atau -0,19 poin ke USD82,26 per barel.
"OPEC+ kemungkinan akan memberi sinyal kebijakan pengetatan, mengingat peningkatan produksi AS dan meredanya sanksi Venezuela," ujar Fischer kepada PARBOABOA, Jumat (24/11/2023).
Dalam analisanya, Fischer melihat pasar minyak dunia mengalami pelemahan, ditandai dengan selisih harga antara dua kontrak terdekat untuk Brent dan WTI yang menunjukkan pola contango yang bearish.
Perbedaan harga segera untuk Brent mencapai 3 sen per barel dalam kondisi contango, dibandingkan dengan lebih dari USD1 per barel dalam struktur backwardation yang bullish sebulan yang lalu.
Meskipun secara trend menunjukkan penurunan, Fischer menekankan pentingnya memperhatikan perbandingan harga dengan level support sebelumnya.
"Harga menunjukkan kecenderungan menurun, perbandingannya masih lebih tinggi dari harga terendah sebelumnya di level support," ungkapnya.
Di sisi lain, terdapat isu-isu geopolitik yang mempengaruhi pasar minyak di Timur Tengah.
Kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk membebaskan tawanan dari Gaza, sebagai imbalan untuk jeda empat hari dalam pertempuran dan pembebasan tawanan Palestina, memberikan dampak positif pada situasi regional.
Fischer menyimpulkan bahwa meskipun terdapat tren penurunan, peluang kenaikan masih mungkin terjadi.
Dengan harga saat ini yang masih berada di atas level support sebelumnya, ada potensi untuk pergerakan harga yang lebih tinggi dalam jangka panjang.
Sementara harga minyak cenderung akan stabil, isu-isu global dan kebijakan OPEC+ tetap menjadi faktor utama yang mempengaruhi pasar minyak dunia.
Editor: Wenti Ayu