PARBOABOA - Harga Bitcoin jatuh ke level terendah sejak Juli 2021 pada hari Senin (9/5/2022). Melansir Reuters, harga Bitcoin turun seiring dengan merosotnya pasar saham AS di tengah kekhawatiran tentang jalur pengetatan agresif Federal Reserve.
Melansir CNBC International, Bitcoin turun hampir 5% menjadi US$32.896,25 (atau setara Rp479 juta) sekitar pukul 7 pagi ET atau waktu bagian timur, menurut data dari Coindesk. Bitcoin sendiri merupakan mata uang digital terbesar di dunia berdasarkan nilai pasar.
Bitcoin sekarang diperdagangkan pada level terendah sejak akhir Januari 2022. Mata uang virtual telah diperdagangkan dalam kisaran sempit tahun ini karena mencoba untuk merebut kembali level tertingginya pada akhir tahun 2021.
Harga Bitcoin bahkan anjlok lebih dari 50 persen jika dibanding bulan November 2021 lalu. Pada November 2021, harga Bitcoin sempat menembus puncaknya, yakni mencapai 68.990,90 dolar AS (sekitar Rp 1 miliar).
Tak hanya Bitcoin, harga uang kripto lain juga turun seperti Ethereum yang turun 20 persen dalam seminggu terakhir.
Penyebab anjloknya harga Bitcoin dan mata uang kripto lain adalah karena indeks saham di seluruh dunia yang lesu dalam beberapa hari terakhir, termasuk indeks saham utama Eropa, Asia dan AS.
Menurut BBC, para investor melepas uang kripto dan beralih ke aset yang lebih aman seperti dolar.
Selain indeks saham yang turun, suku bunga yang menjadi lebih besar juga menjadi penyebab harga Bitcoin anjlok. Pekan lalu, bank sentral AS menaikkan suku bunga guna mengatasi inflasi.
Menurut VP of Corporate Development and Internation Luno, Vijay Ayyar, jika harga Bitcoin turun lagi di bawah 30.000 dolar AS (Rp 435,8 juta), ada kemungkinan harganya anjlok sampai 25.000 dolar AS, sebelum naik lagi secara signifikan.
Prediksi serupa juga disampaikan oleh analis pasar Oanda, Edward Moya. Menurut Moya, menurunnya tren pasar saham (bearish) bisa membawa Bitcoin ke harga 28.500 dolar AS (Rp 414 juta).
Bearish sendiri diartikan sebagai tren pasar saham yang bergerak turun atau melemah terus--menerus dalam periode tertentu.
"Momentum bearish dapat membawa Bitcoin menuju level 28.500 dolar AS. Fundamental jangka panjang tetap berlaku untuk Bitcoin, tetapi kembali ke rekor tertinggi akan memakan waktu yang lama," ujarnya dikutip dari CoinDesk, Selasa (10/5/2022).
Ia juga meramalkan bahwa harga Bitcoin akan mulai stabil ketika pasar saham kembali pulih.
Adapun saat ini, Moya menilai investor masih dalam mode panik. Berdasarkan data CoinGecko.com, per Minggu (8/5) waktu AS, kapitalisasi pasar kripto global berada pada angka 1,68 triliun dolar AS.
Sementara volume perdagangan uang kripto pada Senin (9/5) mencapai 119 miliar dolar AS.
Editor: -