PARBOABOA – Everton diduga melakukan pelanggaran Financial Fair Play (FFP) dan kini terancam degradasi jika mendapat hukuman pengurangan poin.
Pihak Liga Inggris telah mengumumkan dugaan pelanggaran Financial Fair Play yang dilakukan oleh klub asal Merseyside tersebut. Klub-klub Premier League diperbolehkan mengalami kerugian maksimal sebesar 105 juta paun selama tiga tahun.
Namun, Everton diduga mengalami kerugian lebih dari batas tersebut setelah melakukan banyak pembelian pemain sejak diambil alih oleh Farhad Moshiri.
Dua klub, yaitu Burnley dan Leeds, melaporkan bahwa Everton mengalami kerugian lebih dari 307 paun selama tiga tahun.
Sanksi kini mengancam The Toffees, termasuk pengurangan poin, denda, dan pembatasan pengeluaran.
Jika sanksi ini diberlakukan, Everton hampir pasti akan terdegradasi musim ini, karena saat ini mereka berjuang di papan bawah dengan menempati peringkat ke-15 dengan hanya 26 poin.
"Sesuai dengan Peraturan Premier League W.82.1, Liga Premier mengonfirmasi bahwa hari ini telah merujuk dugaan pelanggaran Aturan Profitabilitas dan Keberlanjutan Liga oleh Everton Football Club berdasarkan Peraturan Liga Premier W.3.4. Periode penilaian yang diduga dilanggar adalah periode akhir Musim 2021/2022," demikian bunyi pernyataan Liga Inggris.
Pihak Liga Inggris akan membentuk komisi independen untuk melakukan investigasi lebih lanjut terkait kasus ini. Sanksi untuk Everton akan ditentukan oleh komisi independen tersebut.
Meskipun begitu, pihak Everton membantah tuduhan tersebut. Mereka mengklaim tidak melanggar aturan Financial Fair Play dan siap mempertahankan posisinya dengan kuat di hadapan komisi independen.
"Everton siap untuk mempertahankan posisinya secara kuat di hadapan komisi. Klub telah memberikan informasi secara terbuka dan transparan kepada Liga Inggris selama beberapa tahun dan selalu bertindak dengan itikad baik," jelas pihak Everton dalam pernyataan di situs klub.