PARBOABOA – El Nino merupakan fenomena alam yang telah lama dikenal dan menjadi perhatian serius bagi para ilmuwan, pakar cuaca, serta pemerintah di seluruh dunia. Fenomena ini dapat membawa dampak signifikan pada iklim global, termasuk di Indonesia.
Selama periode El Nino, negara Indonesia dapat merasakan perubahan pola cuaca yang membawa konsekuensi serius bagi pertanian, pasokan air, serta ekonsistem alam.
Biasanya, Indonesia mengalami musim hujan yang relatif kaya curah hujan di sebagian besar wilayahnya, terutama pada musim monsun.
Namun, El Nino dapat mengganggu pola monsun normal ini, menyebabkan penurunan curah hujan yang signifikan.
Dampaknya bisa berupa kekeringan yang parah, kebakaran hutan dan lahan, serta penurunan produksi pertanian.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), seperti yang dilansir dari website resminya, telah memprediksi wilayah-wilayah yang akan mengalami curah hujan dengan kategori rendah (0-100 mm/bulan), yang berlangsung sekitar bulan Agustus, Septermber dan Oktober.
Wilayah-wilayah itu antara lain Sumatra bagian tengah hingga selatan, pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian selatan, sebagian besar Sulawesi, sebagian Maluku Utara, sebagian Maluku dan Papua bagian selatan.
Lantas, apa itu El Nino? Dilansir dari buku Tanya Jawab: La Nina, El Nino dan Musim di Indonesia yang disusun BMKG, berikut penjelasannya:
Apa itu El Nino?
El Nino-Southern Oscillation (ENSO) adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika suhu permukaan laut di Samudera Pasifik bagian timur, terutama di dekat pantai Ekuador dan Peru, menjadi lebih hangat daripada rata-rata normalnya.
Istilah El Nino sendiri berasal dari bahasa Spanyol yang berarti "anak laki-laki".
Awalnya, istilah ini digunakan oleh para nelayan di Peru dan Ekuador berabad-abad lalu untuk menggambarkan kondisi arus laut hangat yang muncul menjelang Natal. Mereka menyebutnya "El Nino de Navidad" yang artinya "Anak Laki-laki Natal", sebagaimana mengartikan kehadiran arus tersebut sebagai sesuatu yang istimewa seperti kelahiran Kristus.
Menghangatnya perairan di wilayah Amerika Selatan ini ternyata berkaitan dengan pemanasan lautan yang lebih luas di bagian timur Samudra Pasifik. Bahkan, efeknya bisa merambat hingga mencapai garis batas penanggalan internasional di tengah Samudra Pasifik.
Intensitas fenomena alam ini sendiri dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
- Intensitas lemah, dengan nilai antara 0.5 hingga 1.0.
- Intensitas moderat, dengan nilai antara 1.0 hingga 2.0.
- Intensitas kuat, dengan nilai lebih dari 2.0.
Penyebab El Nino
Penyebab utama terjadinya fenomena ini adalah peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik tengah dan Timur. Fase Enso hangat ini terjadi secara alami dan berulang dalam jangka waktu tertentu. Berikut ini adalah faktor penyebab terjadinya fenomena alam ini:
- Pemanasan Suhu Permukaan Laut Biasanya, angin pasat berhembus dari timur ke barat di kawasan Samudra Pasifik. Angin ini mendorong air hangat ke arah barat sehingga menyebabkan permukaan air di wilayah barat Samudra Pasifik menjadi lebih hangat daripada wilayah timur.
- Redaman Bawah Permukaan: Di kondisi normal, lapisan air hangat di wilayah barat Pasifik didorong oleh angin pasat ke bawah permukaan laut. Akibatnya, lapisan air lebih hangat ini terperangkap di bawah permukaan laut yang lebih dingin di wilayah timur.
- Perubahan Sirkulasi Atmosfer: Ketika fase Enso hangat mulai berkembang, angin pasat melemah atau bahkan berbalik arah, sehingga menyebabkan air hangat yang sebelumnya terperangkap di bawah permukaan laut di wilayah barat naik ke permukaan. Air hangat ini kemudian mengalir ke arah timur dan menyebabkan peningkatan suhu permukaan laut di wilayah Timur Pasifik.
Apa Dampak El Nino?
Dampak fase Enso hangat dapat mencakup efek positif dan negatif, tergantung pada wilayah dan sektor yang terpengaruh. Berikut adalah beberapa dampak positif dan negatif dari fenomena tersebut
Dampak Positif:
- Peningkatan suhu permukaan laut dapat meningkatkan produksi klorofil-a, yang memicu pertumbuhan fitoplankton. Hal ini dapat menyuburkan perairan dan meningkatkan produksi ikan dan sumber daya perikanan.
- Beberapa wilayah di dunia dapat mengalami cuaca yang lebih hangat dan kering selama musim dingin, hal ini dapat mengurangi beban penggunaan pemanas dan mengurangi risiko hipotermia.
- Di beberapa wilayah terutama di Indonesia, fenomena ini dapat menyebabkan peningkatan pertumbuhan tanaman karena suhu yang lebih hangat dan curah hujan yang lebih rendah.
- Di Beberapa wilayah, musim kemarau dapat membuat pengusaha tambak garam memiliki kesempatan untuk melakukan panen garam yang berlimpah.
Dampak Negatif:
- Intensitas hujan yang lebih tinggi dari biasanya, menyebabkan banjir dan bencana alam lainnya.
- Kekeringan atau curah hujan yang tidak normal dapat merusak hasil panen dan pertanian, mengakibatkan kerugian ekonomi bagi petani dan masalah ketahanan pangan.
- Kanker kulit dan penyakit kulit lain terjadi lantaran paparan sinar matahari secara terus menerus
- Hama dapat lebih mudah menyebar dan merusak hasil panen di wilayah yang terdampak.
- Pemanasan global dan perubahan pola cuaca dapat menyebabkan gangguan pada ekosistem laut dan darat, mengancam keanekaragaman hayati dan keseimbangan alam.
Apa Pengaruh Global El Niño terhadap Cuaca?
Peristiwa ini memiliki dampak yang signifikan di wilayah Tropis dan sekitarnya. Berikut adalah beberapa dampak fase Enso hangat terhadap cuaca di berbagai bagian dunia:
- Di Amerika Selatan, risiko banjir meningkat secara drastis di pantai barat, sementara risiko kekeringan meningkat di beberapa bagian pantai timur.
- Negara-negara timur seperti India dan Indonesia mengalami peningkatan kekeringan.
- Secara umum, fase Enso hangat menyebabkan curah hujan yang tinggi di bagian timur Pasifik (pantai barat Amerika Selatan) dan cuaca yang sangat kering di bagian barat (India, Indonesia).
- Dengan adanya panas ekstra di permukaan Samudra Pasifik, energi dilepaskan ke atmosfer, menyebabkan pemanasan global secara keseluruhan untuk sementara waktu. Tahun-tahun di mana fase Enso hangat terjadi cenderung menunjukkan suhu yang lebih tinggi di seluruh dunia.
- Efek fase Enso hangat mencapai puncaknya pada bulan Desember dan dapat berlangsung selama beberapa bulan setelahnya.
- Setelah fase Enso hangat, perdagangan dan angin timur sering kembali ke siklus normalnya yang terus berlanjut. Namun, dalam beberapa kejadian, efeknya terbalik dalam proses yang disebut La Niña. Selama La Niña, angin pasat menguat, menyebabkan siklus normal menjadi lebih dramatis, dan memiliki efek kebalikan dari fenomena ini.
Kapan El Nino Terjadi di Indonesia?
Dilansir dari situs BMKG, dalam pemantauan 10 hari terakhir di bulan Juli 2023, fenomena El Nino (ENSO) menunjukkan nilai sebesar +1.14. Hal ini mengindikasikan bahwa ENSO terus menguat intensitasnya sejak awal Juli. BMKG memperkirakan bahwa puncak dampak ENSO akan terjadi pada bulan Agustus-September 2023 mendatang.
Berdasarkan hasil pemantauan hingga pertengahan bulan Juli 2023, sekitar 63% dari zona musim di Indonesia telah memasuki musim kemarau. BMKG memproyeksikan bahwa kemarau tahun ini akan lebih kering dari biasanya, bahkan lebih kering dibandingkan tiga tahun sebelumnya.
Beberapa daerah yang diperkirakan akan terdampak cukup kuat adalah sebagian besar wilayah Sumatra seperti Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Riau, Bengkulu, dan Lampung.
Selain itu, pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara juga diprediksi akan mengalami curah hujan yang rendah dan potensi mengalami musim kering yang ekstrem.
Upaya Antisipasi dan Adaptasi Terhadap El Nino
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengantisipasinya
- Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang fenomena ini, termasuk dampaknya dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk menghadapinya. Edukasi ini melibatkan kampanye informasi, pelatihan, dan penyuluhan tentang cara menghadapi perubahan cuaca yang disebabkan oleh fenomena ini.
- Meningkatkan perencanaan dan pengelolaan sumber daya air dengan membangun infrastruktur yang dapat menyimpan dan mengalirkan air dengan lebih efisien selama periode kemarau.
- Meningkatkan kerjasama dan koordinasi antara pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta dalam menghadapi fase Enso hangat, sehingga upaya antisipasi dan adaptasi dapat berjalan lebih efektif dan terintegrasi.
- Mendorong praktik pertanian yang berkelanjutan, seperti penggunaan irigasi yang efisien, konservasi tanah, dan pengelolaan lahan yang baik, untuk mengurangi risiko gagal panen akibat perubahan curah hujan selama fenomena tersebut
Pemantauan Fenomena El Nino
Melansir dari education national geographic, Ilmuwan, pemerintah, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) mengumpulkan data tentang El Niño menggunakan beberapa teknologi. Salah satu contohnya adalah Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA) yang mengoperasikan jaringan pelampung ilmiah. Pelampung-pelampung ini ditempatkan di sekitar 70 lokasi di Samudra Pasifik bagian selatan, mulai dari Kepulauan Galapagos hingga Australia.
Pelampung ilmiah ini mengukur berbagai parameter seperti suhu laut dan udara, arus, angin, dan kelembapan. Data yang dikumpulkan oleh pelampung ini dikirimkan setiap hari ke peneliti dan peramal di seluruh dunia. Dengan menggunakan data dari pelampung dan juga citra visual yang diperoleh dari citra satelit, para ilmuwan dapat memprediksi El Niño dengan lebih akurat dan memvisualisasikan perkembangan serta dampaknya di seluruh dunia.
Kesimpulan
El Nino merupakan fenomena cuaca yang kompleks dan memiliki dampak global. Pengertian, penyebab, dampak, dan cara mengantisipasinya sangat penting bagi kamu sebagai penduduk Bumi.
Dengan pemahaman yang lebih baik dan langkah-langkah antisipasi yang tepat, kamu dapat menghadapi fenomena alam ini dengan lebih siap dan melindungi diri dari perubahan cuaca yang ekstrem.