PARBOABOA, Medan - Pedagang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Medan Sumatra Utara mengeluhkan harga jual Liquefied Petroleum Gas (LPG) bersubsidi 3 kilogram yang terlalu tinggi dibandingkan harga di pangkalan.
"Jauh kali bedanya harga di pangkalan sama harga di kedai (eceran) bang. Di pangkalan itu cuma Rp16 ribu, sedangkan di kedai itu sampai Rp20 ribu. Jauh kali harganya," ungkap Andi (bukan nama sebenar), seorang pedagang kaki lima di Kota Medan kepada PARBOABOA, Selasa (1/8/2023).
Andi meminta Pemerintah Provinsi Sumatra Utara dan Pemerintah Kota Medan turun ke lapangan untuk membandingkan harga dan kondisi penyaluran LPG subsidi 3 kilogram di lapangan.
Apalagi sebelumnya Pemprov Sumut mengklaim penyaluran LPG di lapangan aman terkendali, nyatanya LPG subsidi di pangkalan selalu habis.
"Cek ke lapangan saja, jangan banyak teori. Cemana kita mau beli harga subsidi di pangkalan sedangkan gas yang semestinya untuk rakyat miskin selalu habis dijual oleh pangkalan ke kedai eceran, percuma saja ada pangkalan tapi kita rakyat miskin selalu beli harga tinggi. Inilah maunya ditindaklanjuti," kesal Andi.
Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Sumatra Utara menyatakan akan tindak tegas pedagang eceran yang menjual LPG subsidi 3 kilogram sesuka hati atau menjual tidak sesuai harga yang ditetapkan.
Pasalnya sejak terjadi kelangkaan tabung LPG subsidi 3 kilogram, banyak pedagang eceran yang menjual harga LPG bersubsidi sesuka hati, mulai Rp20 ribu hingga Rp25 ribu per tabung.
Gubernur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi menegaskan akan menindak tegas pedagang eceran yang menjual harga LPG subsidi 3 kilogram tidak sesuai aturan, apalagi pemerintah telah menentukan harga jual eceran.
"Tidak boleh menaikan harga sembarangan, karena dia (LPG subsidi 3 kilogram) ada harga minimal dan maksimal yang sudah ditentukan," katanya.
Eks Pangkostrad ini menyebu akan membentuk tim untuk menindak pedagang eceran yang menjual harga di atas ketentuan, dan menindak pangkalan yang mengoplos tabung LPG bersubsidi ke tabung LPG non-subsidi.
"Ini kita sedang menyebarkan orang," ungkap Edy Rahmayadi.
Eks Pangdam l/Bukit Barisan ini menilai, saat kelangkaan, banyak yang mencari kesempatan untuk keuntungan pribadi dan memperkaya diri.
"Karena dalam kesempitan ini orang mencari peluang," katanya.
Edy juga mengimbau masyarakat segera memberi informasi terkait pangkalan LPG subsidi 3 kilogram yang kedapatan melakukan kecurangan.
"Kita minta masyarakat informasikan ke kita kalau ada oknum pangkalan yang membandel agar diproses sesuai aturan yang ada," kata orang nomor satu di Sumut itu.
Edy menambahkan, ketersediaan LPG subsidi 3 kilogram saat ini sudah kembali normal, meskipun sempat terjadi kelangkaan, beberapa waktu lalu.
"Ada persoalan kemaren kekurangan di tempat-tempat tertentu. Saat ini sudah lancar," jelasnya.
Saat ini, lanjut Edy, kebutuhan tabung LPG subsidi 3 kilogram di Kota Medan sudah terpenuhi.
"Terpenuhi 357 ribu tabung gas melon (3 kg). Kebutuhan kita hanya 212 ribu, sehingga secara kuota kita tidak ada masalah dan kita melihat saat ini rakyat tidak mempersoalkan," imbuh Edy Rahmayadi.