PARBOABOA, Pematang Siantar – Setelah World Health Organization (WHO) menetapkan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global pada Sabtu (23/7), Indonesia harus bersiap mencegah potensi penyebaran.
Anggota Komisi IX DPR Netty Prasetiyani, meminta pemerintah segera mengambil langkah, seperti melakukan penetilitian, menyiapkan vaksin, dan obat wabah cacar monyet.
"Jangan sampai kita ketinggalan berbagai informasi yang dibutuhkan untuk mengantisipasi penyakit tersebut. Indonesia sebagai Presidensi G20 harus menjadi yang terdepan dalam melawan potensi-potensi wabah global seperti cacar monyet," katanya, Selasa (26/7).
Netty berpendapat, pemerintah harus menyiapkan langkah pencegahan atau penularan dengan memberikan edukasi kepada masyarakat.
"Berikan edukasi kepada masyarakat tentang medium penularan, cara pencegahan, dan faktor yang bisa memicu terjangkitnya penyakit cacar monyet. Langkah preventif harus lebih diutamakan mengingat masih minimnya sosialisasi mengenai penyakit ini," kata dia.
Menurutnya, Indonesia harus belajar dari pengalaman mengatasi pandemi Covid-19, jangan meremehkan peringatan yang sudah dikeluarkan WHO.
"Kita harus belajar dari pandemi Covid-19, di mana Indonesia sebagai negara yang belum terjangkit saat itu, bersikap seolah meremehkan sehingga terlambat melakukan antisipasi. Kita panik dan baru bertindak setelah ditemukan satu kasus yang kemudian merebak dengan sangat cepat. Kita lengah dan terlambat lakukan antisipasi," ujar Netty.
Lanjutnya, Netty berharap, pemerintah tidak melakukan kesalahan yang sama saat mengantisipasi Pandemi Covid-19. Politisi dari Fraksi PKS itu juga meminta pemerintah agar lebih berhati-hati, karena penyakit cacar monyet muncul seiring dengan naiknya kasus Covid-19 di tanah air.
"Saat ini kasus Covid-19 sedang naik kembali. Ada 40 ribu kasus aktif di Indonesia. Pemerintah harus memastikan upaya percepatan vaksinasi 1, 2 dan booster berjalan dengan baik. Sementara realisasi vaksin booster kita masih berkisar 25 persen dari target sasaran. Sementara di masyarakat mulai terbangun sikap resistensi terhadap booster karena menganggap pandemi sudah selesai," papar Netty.