PARBOABOA - Berlibur ke Pulau Dewata tentunya tidak pernah mengecewakan, karena banyak sekali objek wisata yang bisa dikunjungi, salah satunya yakni Desa Penglipuran Bali.
Bali, sebuah pulau di Indonesia, dikenal karena keindahan alamnya yang memesona, pantainya yang indah, dan juga warisan budaya yang kaya. Salah satu destinasi yang mencerminkan kekayaan budaya Bali adalah Desa Penglipuran.
Terletak di kabupaten Bangli, desa ini menawarkan pengalaman yang otentik tentang kehidupan tradisional Bali.
Salah satu aspek yang paling mencolok dari Desa Penglipuran adalah arsitektur tradisionalnya yang megah.
Rumah-rumah yang terbuat dari bambu dan bahan alami lainnya disusun secara teratur di sepanjang jalan-jalan yang dirancang dengan indah.
Struktur rumah yang seragam ini mencerminkan konsep harmoni dalam kehidupan masyarakat desa.
Sebelum mengunjungi tempat wisata di Bali ini, yuk simak informasi mengenai Desa Penglipuran Bali berikut!
Sejarah Desa Wisata Penglipuran
Penelitian menunjukkan bahwa Desa Adat Penglipuran ada sejak zaman Kerajaan Bangli pada sekitar 700 tahun yang lalu.
Mengutip ojs.uajy.ac.id, nama Penglipuran berasal dari kata pengeling dan pura. Pengeling artinya pengingat, berangkat dari kata dasar eling atau ingat, sedangkan pura adalah tempat atau tanah leluhur.
Para sesepuh atau penglingsir menyatakan bahwa para leluhur atau pendahulu Desa Penglipuran berasal dari Desa Bayung Gede, Kintamani.
Mereka kerap melakukan perjalanan jauh dan beristirahat di daerah bernama Kubu. Jarak kedua lokasi itu sendiri terbilang cukup jauh untuk ukuran zaman dulu, 25 kilometer.
Karena itulah dulunya Desa Penglipuran dikenal sebagai Desa Kubu Bayung (orang Bayung yang tinggal di wilayah Kubu).
Orang Bayung yang tinggal di wilayah Kubu semakin banyak dan akhirnya mereka membentuk desa sendiri yang lepas dari kewajiban sebagai warga Bayung Gede.
Mereka membangun tempat suci sendiri bernama Pura Kahyangan Tiga. Meski demikian, tata ruang desa dan konsep desa leluhur mereka masih mengikuti konsep yang ada di Desa Bayung Gede.
Fakta Menarik Desa Penglipuran Bali
1. Tata Ruang Tri Mandala
Seperti kita ketahui, desa-desa di Bali memiliki ciri khas tata ruang desa yang menjunjung tinggi nilai leluhur. Hal tersebut juga ditemukan dalam Desa Penglipuran.
Desa ini membuat tata ruang yang mengikuti konsep bernama Tri Mandala, di mana desa dibagi menjadi tiga wilayah. Yakni Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala.
Utama Mandala merupakan wilayah suci untuk para dewa dan peribadatan. Kemudian Madya Mandala digunakan sebagai tempat tinggal para penduduk. Sementara Nista Mandala merupakan area khusus pemakaman penduduk.
2. Dinobatkan Jadi Desa Terbersih Sedunia
Tahukah kamu, terdapat tiga desa yang dinobatkan sebagai desa terbersih di dunia? Nah, Desa Penglipuran Bali adalah satu di antaranya.
Berkat kebersihan dan kerapiannya, desa wisata yang terletak di Bangli ini juga berhasil mendapat beberapa penghargaan diantaranya Kalpataru, ISTA (Indonesia Sustainable Tourism Award) pada tahun 2017.
Selain itu, destinasi ini masuk dalam Sustainable Destinations Top 100 versi Green Destinations Foundation.
Saat memasuki desa ini, kamu akan disambut dengan deretan tanaman hijau. Semakin masuk ke area desa, udara dan pemandangan akan semakin terasa sejuk dan asri dengan pemandangan pagar tanaman yang menghiasi seluruh area desa.
Ketika kamu mengelilingi desa ini, kamu dilarang menggunakan kendaraan bermotor, ya! Hal ini dilakukan untuk menjaga lingkungan Desa Penglipuran agar bebas dari polusi.
Nah, kamu juga bisa mengeksplorasi keunikan Desa Penglipuran dengan berjalan kaki, ya. Selain itu, kamu juga dilarang membuang sampah sembarangan.
3. Kehidupan Masyarakat Tradisional dan Sistem Pemerintahan
Meskipun Bali semakin modern, Desa Penglipuran berhasil mempertahankan kehidupan tradisionalnya.
Masyarakatnya masih memegang teguh nilai-nilai budaya dan tradisi Bali. Mereka rajin melaksanakan upacara keagamaan dan kebudayaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
Desa Wisata Penglipuran menganut dua sistem pemerintahan, yaitu sistem pemerintah formal dan aturan desa adat atau dikenal sebagai awig-awig.
Melansir dari situs Pemerintah Kabupaten Bangli, aturan adat awig-awig tersebut merupakan implementasi dari Tri Hita Karana.
Meliputi, hubungan manusia dan Tuhan (prahyangan), hubungan manusia dan manusia (pawongan), serta hubungan manusia dan lingkungan.
4. Ritual Keagamaan
Seperti desa adat lainnya di Bali, Desa Wisata Penglipuran juga memiliki ritual keagamaan yang masih dilestarikan hingga saat ini. Salah satu ritual besar adalah Ngusaba untuk menyambut Hari Raya Nyepi.
Selain itu, setiap 15 hari sekali, masyarakat Desa Wisata Peglipuran akan datang ke Pura Penataran untuk bersembahyang. Ritual keagamaan ini menjadi salah satu daya tarik Desa Wisata Penglipuran.
5. Hutan Bambu Sebagai Pelindung Desa
Fakta menarik tentang Desa Penglipuran Bali selanjutnya adalah keberadaan hutan bambu seluas 45 hektare, atau sekitar 40 persen dari luas desa.
Melansir dari Pesona Indonesia, hutan bambu yang mengelilingi desa ini, disebut sebagai hutan pelindung desa.
Sebab, hutan bambu ini bukan hanya berfungsi untuk keindahan, namun juga sebagai kawasan resapan air.
Selain itu, masyarakat setempat percaya, bahwa hutan bambu ini adalah bagian dari awal sejarah keberadaan mereka.
Oleh sebab itu, hutan bambu tersebut masih dilestarikan hingga saat ini sebagai bentuk pelestarian warisan leluhur dan menjaga keseimbangan antara manusia dan alam.
Nah, itulah tadi beberpa informasi dan fakta menarik tentang Desa Penglipuran Bali yang perlu diperhatikan. Semoga informasi ini dapat menambah wawasan kamu ya!
Editor: Wanovy