Dampak Melambatnya Ekonomi China pada Ekspor Sumut

Ilustrasi pelemahan ekonomi China yang berdampak pada ekspor Sumatera Utara. (Foto: PARBOABOA/Fika)

PARBOABOA, Medan – Pada kuartal kedua tahun ini, laju pertumbuhan ekonomi di China mengalami perlambatan.

Secara tahunan, laju pertumbuhan ekonomi China di kuartal kedua tumbuh 4.7 persen. Lebih buruk dari ekspektasi 5.1 persen, dan lebih buruk dari realisasi tahun kuartal sebelumnya 5.3 persen.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan perlambatan ekonomi China ini memberikan dampak bagi Sumatera Utara (Sumut).

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor Sumut pada bulan Mei 2024 mengalami kenaikan sebesar 15.65 persen secara bulanan.

Namun, jika ditarik ekspor tahun berjalan periode Januari sampai Maret 2024, ekspor Sumut angkanya masih lebih rendah 6.51 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Januari sampai Mei 2023.

Diketahui, China merupakan salah satu negara tujuan ekspor terbesar dari Sumatera Utara.

“Melemahnya pertumbuhan ekonomi di China sangat berpeluang menekan kinerja ekspor di wilayah Sumut. Dan tidak bisa dipungkiri pertumbuhan ekonomi China mengalami perlambatan,” ujar Gunawan Benjamin kepada PARBOABOA, Selasa (16/07/2024).

Pada tahun 2021, saat pandemi Covid masih melanda banyak negara, ekonomi China mampu tumbuh sebesar 8.1 persen.

Namun setelahnya, mengalami penurunan menjadi 2.9 persen di tahun 2022 dan tumbuh 5.2 persen di kuartal keempat tahun 2022.

“Dampak dari perlambatan ekonomi China di tahun 2024 nyatanya telah menekan ekspor barang ke China. Selama tahun berjalan (sampai Mei) ekspor ke China mengalami penurunan 9.9 persen,” tambah Gunawan Benjamin.

Sementara, impor juga mengalami penurunan sebesar 16.28 persen di periode yang sama. Jika ekonomi China terus melambat, maka potensi kinerja ekspor Sumut berpeluang mengalami penurunan.

Pada bulan Juni 2024, ekspor Sumut yang didominasi ekspor CPO berpeluang naik secara bulanan atau month to month.

Akan tetapi, masih diragukan bagaimana kemampuan negara tujuan ekspor Sumut dalam menyerap barang dari Sumut di enam bulan terakhir.

Di sisi lainnya, sekalipun kinerja impor Sumut dari China juga mengalami penurunan. Namun, dengan perlambatan ekonomi di China akan memicu terjadinya over capacity pada sisi produksi di China.

Sangat berpeluang memicu banjir produk China dengan harga yang sangat kompetitif. “Dan ini yang perlu diwaspadai ke depan. Dan yang tak kalah penting, perlambatan ekonomi China juga memicu peluang terjadinya perlambatan ekonomi mitra dagang China lainnya,” tutur Gunawan Benjamin.

Artinya, perlambatan ekonomi China juga akan berpeluang menekan kinerja ekspor Sumut ke sejumlah negara lain seperti ke India, Pakistan dan beberapa negara tujuan ekspor Sumut lainnya.

Jika berasumsi bahwa laju pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor Sumut mengalami stagnasi atau kontraksi. Maka, Sumut juga berpeluang mengalami over capacity pada industri pengolahannya.

Jika tanpa dibarengi dengan kebijakan mendorong peningkatan konsumsi domestik, maka dikhawatirkan akan memicu terjadinya perang harga pada produk hilir CPO (Crude Palm Oil) seperti harga minyak goreng yang akan turun.

Menurut Gunawan Benjamin, hal ini jangan dibiarkan berlangsung dalam jangka waktu yang lebih lama. Kabar baik dari melambatnya kinerja ekspor Sumut saat ini adalah rencana penggunaan minyak kelapa sawit (B40) yang lebih besar untuk biodiesel.

Editor: Fika
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS