Curah Hujan Tinggi, Harga Kebutuhan Pokok Bergejolak

Suasana jual beli kebutuhan pokok di pasar tradisional yang harganya bergejolak. (Foto: PARBOABOA/Fika)(

PARBOABOA, Medan – Harga kebutuhan pokok di sejumlah pasar tradisional di Kota Medan terpantau bergerak sangat volatile dalam sepuluh hari terakhir. 

Di Sumatera Utara misalnya, harga cabai merah terpantau mengalami kenaikan di awal pekan ini. Harga cabai merah ditransaksikan di kisaran angka Rp 37.750 per kilogram. 

Mengacu pada Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Sumut. Harga cabai merah saat ini lebih tinggi dibandingkan dengan harga di akhir bulan Juli yang rata-rata masih Rp31.950 per kilo gram.

Berbeda dengan harga cabai merah, harga cabai rawit di Sumatera Utara (Sumut) justru menunjukkan tren penurunan pada bulan Agustus ini.

Harga cabai rawit rata-rata dijual Rp45.550 per kilogram di Sumut, atau lebih rendah dibandingkan rata-rata Rp47.150 per kilogram mengacu pada PIHPS. 

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan fluktuasi pada harga cabai di wilayah Sumut tidak terlepas dari tingginya curah hujan belakangan ini.

Menurutnya, hujan cenderung merata di wilayah produsen atau dataran tinggi dan wilayah konsumen atau dataran rendah. 

Intensitas hujan yang cenderung tinggi memicu terjadinya gangguan pada saat panen, distribusi ke wilayah konsumen, hingga memicu risiko kerusakan produk yang bisa memicu kenaikan harga. 

“Ditambah lagi, demand atau permintaan pada pekan ini akan memasuki pola konsumsi normal,” ujar Gunawan Benjamin kepada PARBOABOA, Selasa (06/08/2024).

Gunawan Benjamin memaparkan, ada potensi kenaikan demand dari pasar yaitu sekitar 13 persen pada sejumlah komoditas pangan hortikultura setelah berakhirnya bulan Muharram. 

Khususnya, pada komoditas tertentu seperti cabai, bawang dan daging ayam. Demand yang mengalami kenaikan tersebut sejauh ini, menurut Gunawan Benjamin, dibarengi dengan curah hujan tinggi yang memicu kenaikan harga.

Selain cabai, komoditas bawang merah justru masih bertahan murah dengan kecenderungan turun di bulan ini.

Bawang merah terpantau turun sekitar Rp2.000 per kilogram. Di mana harga bawang merah bergerak dalam rentang Rp20 ribu hingga Rp30 ribu per kilogram sejauh ini.

Sementara itu, harga daging ayam di awal pekan ini mengalami kenaikan harga yang cukup signifikan.

Bila mengacu pada PIHPS, harga daging ayam di Sumut dijual rata-rata Rp32.400 per kilogram, atau naik dari harga Rp31.150 per kilogram di akhir Juli kemarin.

Jika mengacu pada PIHPS Kota Medan, harga daging ayam naik 17 persen dari Rp26.000 di akhir pekan menjadi Rp30.500 per kilogram saat ini.

“Saya menilai harga daging ayam masih berpeluang turun atau setidaknya berfluktuasi di bulan ini, meskipun kecenderungan mengalami penguatan,” tutur Gunawan Benjamin.

Untuk harga kebutuhan pangan yang lainnya, sejauh ini terpantau tidak mengalami perubahan harga yang signifikan.

Kemudian, untuk pasokannya sendiri, sejauh ini sejumlah komoditas pangan pasokannya masih mencukupi, hanya saja demand atau permintaan yang kerap berubah-ubah. 

Sementara itu, seorang ibu rumah tangga warga Jalan Stella Medan yang ditemui saat sedang berbelanja di pasar induk Lau Cih, Indah Lustiani mengakui adanya kenaikan harga daging ayam potong di awal bulan Agustus ini.

Bahkan, ia sempat mengeluhkan kenaikan yang berlangsung cukup cepat. “Jadi kan, hari Jumat lalu aku nanya harga ayam potong masih dua puluh tiga ribu per kilogram. Kemarin aku tanya sudah hampir tiga puluh ribu, ngeri kali kan,” ucapnya. 

Ia menyayangkan tidak langsung berbelanja ayam potong saat harga sedang turun. Menurutnya, meningkatnya harga daging ayam potong cukup berpengaruh dengan daya beli masyarakat.

Saat ini, hanya daging ayam potong yang masih terbilang terjangkau dibandingkan ikan laut atau sungai.

“Ya di masa sekarang ini kan, ayam potong udah lauk paling murah lah itu. Dibandingkan beli ikan dencis atau ikan nila semua di atas tiga puluh ribu,” tuturnya. 

Indah mengaku meskipun masa tahun ajaran baru sekolah sudah lewat dan anak-anak sudah mulai menjalani sekolah seperti biasa, namun tingginya pengeluaran bulan lalu masih berpengaruh di bulan ini.

“Bulan lalu kan pengeluaran tinggi, ya bulan ini masih agak ditekan lah supaya pengeluaran bulan lalu itu di bulan ini bisa cukup,” ujarnya.

Editor: Fika
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS