Cabor Tenis Meja absen di PON Papua dan Dualisme PTMSI buat Atlet Kesal

Atlet nasional Tenis Meja Bima Abdi Negara.

PARBOABOA, Jakarta – Absennya cabang olahraga (cabor) tenis meja di Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2020 membuat seluruh atlet tenis meja di Indonesia kecewa karena tidak bisa terlibat di ajang pesta olahraga terbesar di Indonesia itu. Hal ini membuat para atlet kehilangan kesempatan mengukir prestasi, motivasi, waktu, impian, dan juga peluang tambahan pemasukan.

Bima Abdi Negara yang merupakan atlet nasional Tenis Meja merrasa sangat kecewa dengan tidak dipertandingkannya tenis meja di PON XX Papua. Bima, tidak mengerti alasan tenis meja tidak dipertandingkan di PON kali ini. Tang Bima tahu sejak 11 tahun silam, Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) dirundung dualisme kepengurusan.

"Kami tidak dapat penjelasan kenapa tenis meja tidak di pertandingkan di PON 2021 ini. Tapi asumsi kami mengatakan ini dampak dari dualisme di PTMSI," kata Bima, Kamis (30/9).

Bima dan juga para atlet tenis meja lainnya, berharap pemerintah bsia memperhatikan masalah dualisme di PTMSI. Termasuk dari Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Pusat, NOC (National Olympic Committee) Indonesia maupun IOA (Indonesia Olympian Association).

Bima juga berharap kepada Bapak Presiden RI Joko Widodo untuk membantu para atlet tenis meja dalam membangun kembali motivasi yang saat ini sedang sirna. Salah satu caranya adalah dengan memperbaiki kepengurusan PTMSI yang saat ini sedang dalam keadaan dualisme.

"Dualisme ini sudah lebih 11 tahun ini sangat merugikan atlet tenis meja dalam satu generasi. Selain itu, dualisme itu juga banyak menghilangkan ajang maupun kegiatan penting lain nya di cabang olahraga tenis meja seperti Kejurnas Kelompok Umur, Kejurnas Senior, O2SN, POPNAS, POMNAS, Liga KU, Liga Profesional, SEA Games 2019, dan tentunya PON XX 2021," jelas Bima.

Menurut Bima, Imbas terburuk dualisme kepengurusan di PTMSI ialah menghambat regenerasi atlet. Dikhawatirkan konflik kepengurusan PTMSI bakal menghilangkan dua generasi atlet tenis meja Indonesia.

Dualisme kepengurusan ittu juga menyebabkan pembinaan usia dini sampai tahap profesional jadi terbengkalai. Banyak klub profesional saat ini berhenti membina atlet karena tidak jelasnya kepeengurusan PTMSi, padahal itu bagian dari pembinaan untuk regenerasi.

“Contohnya angkatan saya, kami tidak mau alasan kami kurang berprestasi karena dualisme. Tapi memang pada kenyataannya dualisme kepengurusan itu menghambat kami para atlet. Mulai dari jam terbang bertanding, pengalaman berlatih, dan juga hal-hal lain yang mungkin saya tidak bisa sebut. Oleh karena itu tanpa mengurangi rasa Hormat, sekali lagi kami sangat memohon kepada Bapak joko Widodo untuk menyelesaikan dualisme PTMSI Indonesia yang terjadi saat ini," ungkap Bima.

Editor: -
TAG :
Baca Juga
LIPUTAN KHUSUS